Bareksa.com - Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) pada perdagangan Rabu, 5 September 2018, ditutup anjlok 5,78 persen dan berakhir di level Rp2.930 per saham. Saham BBRI bergerak atraktif pada perdagangan kemarin dengan menjuarai nilai transaksi perdagangan senilai Rp628,5 miliar.
Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top seller atau sebagai penjual terbanyak saham BBRI pada perdagangan kemarin antara lain UBS Sekuritas (AK) dengan nilai penjualan Rp121,73 miliar, Morgan Stanley Sekuritas (MS) Rp100,67 miliar, dan JP Morgan Sekuritas (BK) Rp100,14 miliar.
Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi saham BBRI secara keseluruhan yaitu 19,37 persen, 16,02 persen, dan 15,93 persen.
Analisis Fundamental BBRI
Saat ini Bank BRI merupakan bank terbesar nomor lima di Asia Tenggara dengan kapitalisasi pasar mencapai US$27,23 miliar.
“Secara konsisten Bank BRI juga memberikan keuntungan jangka panjang bagi para investornya, di mana sejak IPO di tahun 2003 hingga saat ini kenaikan harga saham BRI, biasa disebut BBRI, mencapai 32 kali lipat,” ujar Direktur Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo, seperti dilansir dari Liputan6.
Kinerja cemerlang BBRI tersebut disokong oleh kinerja perseroan yang positif dan selalu tumbuh setiap tahunnya. Selama 13 tahun berturut turut, Bank BRI mampu mencetak laba terbesar di industri perbankan Indonesia.
Hingga akhir Semester I 2018, laba bersih Bank BRI (bank only) tercatat Rp14,5 triliun atau tumbuh 10,8 persen yoy.
Laba bersih BRI ini mencapai 20,5 persen dari market share laba industri perbankan di Indonesia. Tidak hanya laba bersih, market share pinjaman dan simpanan Bank BRI di Semester I 2018 juga meningkat dibandingkan posisi yang sama tahun lalu.
Tercatat market share pinjaman BRI 15,3 persen atau tumbuh dibandingkan dengan posisi Juni 2017 yang sebesar 14,7 persen.
Di tengah kondisi perekonomian yang sangat dinamis, BRI telah mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga dan meningkatkan profitabilitas perseroan.
Beberapa langkah yang telah diambil ialah dengan terus menggenjot pendapatan yang bersumber dari pendapatan non-bunga (fee based income) serta efisiensi bisnis proses.
Pendapatan non-bunga BRI tercatat tumbuh 11,7 persen yoy pada akhir Juni 2018. Sementara itu, untuk efisiensi, Bank BRI berhasil menurunkan BOPO dari 72,3 persen pada semester I 2017 menjadi 70,5 persen pada akhir semester I 2018. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan BOPO industri perbankan 79,46 persen.
Efisiensi yang dilakukan Bank BRI tidak terlepas dari strategi perseroan yang telah melakukan digitalisasi pada proses bisnisnya. Bank BRI memanfaatkan aplikasi BRISPOT untuk pengajuan proses kredit mikro.
Analisis Teknikal Saham BBRI
Sumber : Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham BBRI pada perdagangan kemarin membentuk bearish candle dengan body yang besar menggambarkan adanya tekanan jual yang hebat pada saham ini hingga menyebabkan harganya turun signifikan.
Volume terlihat mengalami lonjakan menandakan adanya aksi jual yang besar dari para pelaku pasar. Selain itu, investor asing juga tampak banyak melepas saham emiten perbankan pelat merah ini dengan membukukan net sell senilai Rp274,59 miliar, atau yang terbesar dibandingkan saham-saham lain.
Indikator relative strength index (RSI) terpantau masih bergerak turun mengindikasikan sinyal penurunan yang kuat dengan support terdekat berada pada level Rp2.850.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.