Daftar Produk Reksadana Rekomendasi Bareksa Agustus 2018
Bareksa merekomendasi reksadana yang dinilai berkinerja baik dan memiliki daya tahan terhadap potensi gejolak pasar
Bareksa merekomendasi reksadana yang dinilai berkinerja baik dan memiliki daya tahan terhadap potensi gejolak pasar
Bareksa.com - Potensi kenaikan kembali suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed Rate) membuat pasar modal berisiko mengalami gejolak. Tidak berbeda, kurs rupiah berpeluang masih akan tertekan. Seiring dengan itu, kinerja reksadana juga mengalami tantangan.
Bareksa menganalisis kinerja produk-produk reksadana yang dianggap berkinerja baik dan memiliki daya tahan di tengah gejolak pasar saham dan keuangan. Berikut ulasannya ;
Inflasi AS Tertinggi Sejak 2012
Promo Terbaru di Bareksa
Analisis Bareksa menyebut per Juni 2018, angka inflasi Negeri Abang Sam mencapai 2,9 persen atau sesuai dengan konsensus analis. Angka itu merupakan level tertinggi sejak 2012. Inflasi tinggi menggambarkan perekonomian AS sedang bertumbuh.
Angka Inflasi AS dan Tingkat Pengangguran
Sumber : tradingeconomics, diolah Bareksa
Di sisi lain naiknya tingkat pengangguran AS menjadi 4 persen pada Juni 2018 dari sebelumnya 3,8 persen pada Mei 2018 belum menjadi perhatian utama. Sebab level pengangguran AS saat ini berada di level terendah dalam 18 tahun terakhir.
Kondisi itu diperkirakan oleh para pelaku pasar akan dijadikan momentum oleh The Fed dalam menaikkan suku bunga hingga 4 kali tahun ini.
Dari sisi anggaran, defisit anggaran pendapatan belanja negara AS berpotensi membengkak tahun ini seiring kebijakan pemangkasan pajak oleh Presiden Donald Trump. Kebijakan ini sejatinya bertujuan untuk menaikkan laba perusahaan-perusahaan AS guna mendorong pertumbuhan ekonomi Negeri Abang Sam.
Sumber : tradingeconomics, diolah Bareksa
Suku Bunga AS Berpeluang Menuju Area Inflasi
Meski begitu, Bareksa menilai potensi kenaikan kembali suku bunga The Fed seiring tingkat suku bunga yang masih berada di bawah level inflasi. Saat spread antara The Fed Rate dengan inflasi AS minus 0,9 persen.
Perbandingan antara The Fed dan Inflasi AS
Sumber : tradingeconomics, diolah Bareksa
Di negara lain, umumnya tingkat suku bunga berada di atas level inflasi guna menjaga nominal mata uang (real yield) agar tidak tergerus inflasi.
Di Indonesia misalnya, level inflasi 3,12 persen pada Juni 2018 dan suku bunga acuan Bank Indonesia per 19 Juli ditetapkan di level 5,25 persen. Dengan begitu spread antara BI 7 days Repo Rate dengan inflasi 2,13 persen.
BI saat ini mempunyai prinsip “Ahead the Curve”. Artinya BI masih mempunyai ruang untuk menaikkan suku bunga pada Agustus 2018 ini.
Perbandingan Angka Inflasi dengan Suku Bunga Acuan BI
Sumber : Bank Indonesia, diolah Bareksa
Meski begitu, suku bunga The Fed pada Agustus ini diprediksi tetap. Sebab saat ini data ekonomi AS terus menunjukkan pemulihan di mana level pengangguran dan inflasi AS terus mencatatkan rekor baru.
Selain itu per Juni 2018, The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak dua kali yakni pada Maret dan Juni. Jika The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak empat kali, maka peluangnya akan dilakukan pada September dan Desember 2018.
Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) selanjutnya akan dilakukan pada 1 Agustus 2018, di mana sebanyak 96,5 persen konsensus analis memperkirakan suku bunga akan tetap di level 2 persen.
Menyikapi hal tersebut, pada Juni lalu, BI telah menaikkan suku bunga 50 basis poin menjadi 5,25 persen.
Harga Minyak Dunia Melonjak
Asumsi angka inflasi diperkirakan masih stabil 3,5 persen. Asumsi itu mempertimbangkan jika pemerintah masih memegang komitmennya untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak subsidi dan tarif dasar listrik di tengah melonjaknya harga minyak dunia.
Namun sepanjang 2018, harga minyak dunia merangkak naik hingga melampaui asumsi APBN 2018 yang hanya US$48 per barel. Pada 30 Juli, harga minyak menyentuh US$70,13 per barel, bahkan sebelumnya menembus di atas US$72 per barel pada awal Juli 2018. Artinya semakin tinggi harga minyak, maka nilai subsidi BBM oleh pemerintah akan semakin besar.
Pergerakan Harga Minyak WTI
Sumber : Investing.com
Di sisi lain, yield obligasi pemerintah Indonesia menyentuh level 7,84 persen per Juli 2018 dibandingkan US treasury yield di level 2,96 persen. Artinya diferensiasi keduanya kini 4,88 persen.
Berdasarkan data rata-rata (mean) Bloomberg, entry point akan menarik jika tingkat diferensiasi antara yield obligasi pemerintah Indonesia dengan AS di kisaran 4,25 – 5 persen.
Sumber : Bloomberg, diolah Bareksa
Analisis Bareksa menyimpulkan pada Agustus 2018 ada beberapa hal yang patut dicermati :
1. Dari sisi ekonomi makro, masih terdapat risiko pasar dari potensi kenaikan suku bunga AS tahun ini.
2. Kondisi itu akan mendorong suku bunga acuan BI berpeluang naik dalam beberapa bulan mendatang, mengikuti kenaikan suku bunga AS.
3. Dari sisi moneter, rupiah dan pasar saham masih berpotensi tertekan.
4. Di tengah pelemahan rupiah, maka pemerintah kemungkinan akan tetap berupaya menjaga tingkat inflasi dengan menjaga harga BBM dan tarif tenaga listrik.
Mempertimbangkan beberapa kondisi tersebut, Bareksa merekomendasikan produk-produk reksadana yang dinilai memiliki kinerja baik sekaligus cukup memiliki daya tahan di tengah gejolak pasar pada periode Agustus 2018.
Daftar Produk Reksadana Rekomendasi Bareksa Agustus 2018
Dalam memilih produk reksadana, Bareksa melakukan beberapa proses, di antaranya :
Pertama, pemilihan produk reksadana tersebut didasarkan pada kinerja reksadana terbaik dalam periode 1 tahun dan year to date.
Kedua, reksadana itu juga harus memiliki konsistensi dalam menghasilkan kinerja berdasarkan kinerja konsistensi beating index (KBI).
Ketiga, reksadana tersebut memiliki portofolio yang berkorelasi positif dengan perkembangan kondisi makro dan mikro ekonomi.
Keempat, reksadana yang dipilih memiliki tata kelola yang baik (GCG) berdasarkan interview yang dilakukan Bareksa.
Proses Pemilihan Reksadana Agustus 2018
Sumber : Bareksa
Reksadana Pasar Uang (Periode return per 20 Juli 2018)
Sumber : Bareksa
Reksadana Pendapatan Tetap (Periode return per 20 Juli 2018)
Sumber : Bareksa
Sumber : Bareksa
Reksadana Saham (Periode return per 20 Juli 2018)
Sumber : Bareksa
Reksadana Campuran (Periode return per 20 Juli 2018)
Sumber : Bareksa
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai
(AM)
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.