Berita Hari Ini : Perluasan Perubahaan DMO Batu Bara, GIAA Cari Pinjaman
Rugi KRAS susut 71,76 persen, Laba bersih WOOD naik 25,39 persen, ZINC catat laba Rp84,87 miliar, HITS ekspansi bisnis
Rugi KRAS susut 71,76 persen, Laba bersih WOOD naik 25,39 persen, ZINC catat laba Rp84,87 miliar, HITS ekspansi bisnis
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 31 Juli 2018 :
DMO Batu Bara
Opsi perubahan kebijakan wajib pasok domestik (domestic market obligation/ DMO) batu bara bakal meluas, tidak hanya mencakup revisi harga khusus batu bara, tetapi juga besaran kuota dan pungutan ekspor.
Promo Terbaru di Bareksa
“Sekarang semua sedang kami exercise mengenai bagaimana DMO ini karena kami mau lihat peluang berapa banyak uang yang bisa kami dapat dari sini. Kami butuh ekspor ini, jadi kami cari peluang-peluangnya,” ujar Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Luhut mengatakan bila kebijakan DMO batu bara jadi direvisi, maka besar kemungkinan implementasinya baru dapat dilakukan pada tahun depan. Pasalnya, waktu yang dibutuhkan untuk mengubah kebijakan tersebut cukup panjang.
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA)
Manajemen GIAA harus memutar otak untuk menyiasati utang perseroan yang akan jatuh tempo di sisa tahun ini, ketika kondisi pasar fluktuatif, terdapat kenaikan harga avtur, dan persoalan internal karyawan yang belum sepenuhnya tuntas.
Mengutip Bisnis Indonesia, Direktur Keuangan Garuda Indonesia, Helmi Imam Satriyono menegaskan perseroan menargetkan dapat menempuh refinancing pinjaman sebanyak-banyaknya US$500 juta. Nilai tersebut lebih rendah dari target perseroan pada awal tahun ini yang mencapai US$750 juta.
“Untuk total pembiayaan tahun ini kami masih melihat perkembangan pasar tapi kami harap bisa ke US$500 juta. Pelemahan nilai tukar menjadi perhatian kami, makanya kami ingin ubah pinjaman dalam rupiah menjadi dolar,” ujarnya.
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS)
KRAS masih mengantongi rugi bersih US$16,01 juta pada semester I 2018. Namun, jumlah tersebut menyusut 71,76 persen secara tahunan dan merupakan nilai rugi terendah dalam semester I periode 2015—2018.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis Indonesia, kerugian yang diderita korporasi baja pelat merah itu mencapai US$134,93 juta pada semester I 2015. Lantas, nilainya turun menjadi US$87,54 juta pada semester I 2016, US$56,7 juta pada semester I 2017, dan mencapai titik terendah US$16,01 juta pada semester I 2018.
Emiten berkode saham KRAS ini mengantongi pendapatan senilai US$854,27 juta sepanjang Januari - Juni 2018. Jumlah tersebut naik 34,75 persen secara tahunan dari US$633,97 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama Krakatau Steel Mas Wigrantoro Roes Setiyadi menjelaskan volume penjualan perseroan naik 24,44 persen menjadi 1,04 juta ton pada semester I 2018. Faktor itu menjadi salah satu penopang kinerja pendapatan perseroan pada periode tersebut
PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD)
Keuangan WOOD pada semester I 2018 cemerlang. Pendapatan perusahaan yang memiliki kode emiten WOOD ini berhasil melesat 7,03 persen menjadi Rp905,71 miliar. Sejalan, beban penjualan perusahaan juga naik 7,41 persen menjadi Rp 198,53 miliar. Meski begitu, WOOD tetap mampu membukukan kenaikan laba bersih 25,39 persen menjadi Rp113,74 miliar.
Mengutip Kontan, Direktur WOOD Wang Sutrisna menyebut kenaikan pendapatan ini didukung oleh segmen usaha di bidang forestry.
"Untuk semester pertama, pertumbuhan cukup besar dari sektor forestry karena harga kayu meranti naik cukup tinggi," ujar Wang.
Ia menambahkan, harga jual rata-rata kayu meranti naik 38,46 persen dari Rp1,6 juta per meter kubik pada tahun lalu, menjadi Rp2,6 juta per meter kubik.
PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC)
Perseroan mencatatkan kinerja apik. Hingga paruh pertama tahun ini, Kapuas Prima membukukan pendapatan Rp372,53 miliar, naik 140,87 persen dibanding penjualan di periode yang sama tahun lalu Rp154,66 miliar.
Dari sisi bottom line, Kapuas Prima Coal meraih laba bersih Rp84,87 miliar, melonjak 662,53 persen dibanding periode yang sama di 2017 Rp11,13 miliar. Komoditas seng menjadi penyumbang pendapatan terbesar, yakni Rp209,29 miliar, timbal dan perak menyumbangkan pendapatan masing-masing Rp116,51 miliar dan Rp46,73 miliar.
PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS)
Perseroan memperluas sektor bisnis meliputi aktivitas pengerukan pelabuhan dan pengangkutan ke luar negeri. Presiden Komisaris PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk, Theo Lekatompessy menjelaskan bisnis pengerukan telah dilakukan sejak tahun lalu dan kian fokus pada tahun ini.
Emiten bersandi saham HITS itu telah mengantongi kontrak di Pelabuhan Patimban setelah sebelumnya menyelesaikan pengerukan di pelabuhan di Gresik dan Surabaya, Jawa Timur.
Target bisnis pengerukan terhadap total pendapatan pada tahun ini diproyeksikan mencapai 10 - 15 persen. “Ada yang baru mulai semester II 2018. Paling bisa 10 persen sudah bagus,” kata dia.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.