BBTN Bentuk Perusahaan Manajemen Investasi, Ini Persiapannya

Bareksa • 11 Jul 2018

an image
Dirut BTN Maryono (kedua kanan), Komisaris Utama BTN I Wayan Agus Mertayasa (kedua kiri), Komisaris Independen BTN Kamaruddin Sjam (kiri), dan Direktur BTN Iman Nugroho Soeko (kanan) bersiap mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2018 PT Bank Tabungan Negara (BTN) (Persero) Tbk di Jakarta, Jumat (23/3). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Nantinya, entitas manajemen investasi tersebut bakal digunakan untuk mengelola dana Tapera

Bareksa.com - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) siap mengakuisisi anak usaha baru dalam bentuk manajemen investasi. Aksi korporasi tersebut digelar guna menggarap potensi pendanaan jangka panjang usai beroperasinya Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) nantinya.

Direktur Utama BTN, Maryono, mengatakan dalam payung hukum terkait Tapera, entitas bank diberikan dua opsi pilihan untuk mengelola dana tersebut yakni sebagai kustodian atau memiliki manajemen investasi.

Dari hasil kajian bisnis perseroan, lanjutnya, perseroan memutuskan untuk mengambil opsi kedua. Nantinya, entitas manajemen investasi yang akan dibentuk tersebut bakal digunakan untuk mengelola dana Tapera secara profesional dan komersial.

“Pada September tahun ini, kami akan membeli anak usaha dalam bentuk manajemen investasi. Ini sebagai salah satu langkah kami mengamankan sumber pembiayaan jangka menengah panjang termasuk yang bersumber dari Tapera,” ujar Maryono dalam keterangannya, Rabu (11/7/2018).

Maryono menambahkan langkah strategis tersebut juga dilakukan melihat prospek yang semakin cerah usai relaksasi loan to value (LTV) di sektor perumahan yang ditetapkan Bank Indonesia (BI).

“Kebijakan tersebut menjadi keuntungan bagi BTN dengan core business pembiayaan perumahan,” kata Maryono.

Maryono juga meyakini dengan adanya relaksasi dari pemerintah tersebut, perseroan akan mampu mencapai target pertumbuhan pembiayaan pada tahun ini. Apalagi, mulai paruh kedua tahun ini, BTN sudah bisa menggunakan dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Skema FLPP pada tahun ini pun dipandang akan menguntungkan posisi Bank BTN. Pasalnya, pada skema baru tersebut, sebanyak 75 persen dananya berasal dari pemerintah, sedangkan 25 persen sisanya bersumber dari PT Sarana Multigriya Finansial (SMF).

Dengan penambahan fasilitas tersebut, emiten bersandi saham BBTN ini juga bisa menggunakan dua sumber pembiayaan yakni Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan FLPP.

Untuk memperkokoh sumber pembiayaan, tutur Maryono, BTN juga terus berinovasi mengembangkan produk-produk low cost fund. Di antaranya, perseroan telah menyiapkan program menarik untuk produk tabungan dan giro.

"Kami telah menyiapkan program low cost fund yang menarik untuk mendukung rencana pembiayaan kami yang ekspansif. Semua langkah tersebut kami siapkan agar BTN tetap menjadi leader di bidang perumahan dan kami optimistis target bisnis pada tahun ini akan tercapai," kata dia.

Hingga Mei 2018, BBTN telah menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) senilai Rp187,61 triliun. Posisi DPK tersebut tercatat naik 17,15 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp160,14 triliun pada bulan yang sama tahun sebelumnya.

Laju pertumbuhan simpanan masyarakat di BTN tersebut juga terpantau masih berada di atas rata-rata posisi kenaikan DPK di industri perbankan nasional. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pertumbuhan DPK secara industri hanya naik di level 8 persen yoy pada April 2018.

Dari sisi penyaluran kredit dan pembiayaan pun, BBTN mencatatkan laju kenaikan di atas rata-rata industri perbankan di Tanah Air. Per Mei 2018, BTN telah menyalurkan fungsi intermediasi senilai Rp209,23 triliun atau tumbuh 20,58 persen yoy dari Rp173,52 triliun.

Sebaliknya, data OJK menyebutkan kredit perbankan secara nasional hanya tumbuh sebesar 9 persen yoy per April 2018.

(K09/AM)