Investor Buat Petisi Tolak Reverse Stock ELTY, Apa Alasannya?

Bareksa • 05 Jun 2018

an image
Gerbang Aston Bogor, salah satu proyek Bakrieland. (Sumber : bakrieland.com)

Forty menganggap reverse stock ELTY bakal merugikan investor

Bareksa.com – Sejumlah investor ritel pemilik PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) menggalang dukungan untuk menolak rencana pengabungan nilai saham atau reverse stock.

Sekelompok investor ritel yang memiliki sebanyak 4,28 miliar saham PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), atau setara 10 persen dari modal disetor, menolak rencana Bakrieland melangsungkan penggabungan nilai nominal saham (reverse stock) dengan rasio 10:1.

Forum Investor Penolak Reverse Stock Saham ELTY (Forty) menjelaskan investor yang bergabung dalam Forty telah mencapai 10 persen dari 43 miliar saham ELTY yang beredar.

Jumlah itu meningkat signifikan karena per 2 Juni, investor ritel yang bergabung baru setara 5 persen kepemilikan saham ELTY.

Forty rencananya akan mendatangi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menuntut pembatalan aksi korporasi reverse stock ELTY. Forty menganggap reverse stock ELTY bakal merugikan investor dan cenderung berlawanan dengan program Yuk Nabung Saham Bursa Efek Indonesia (BEI).

Petisi Menolak RUPSLB

Penggalangan dukungan tidak hanya dilakukan melalui forum pasar modal maupun grup Whatsapp, namun penggalangan dukungan juga dilakukan secara online melalui petisi di Change.org.

Dalam petisi tersebut, Yusno Fianto selaku inisiator atas petisi ini mengharapkan manajemen ELTY tak melakukan penggabungan saham yang akan mengakibatkan dilusi luarbiasa pada pemegang saham perusahaan ini.

“Urgensi dari corporate action ini sebenarnya tidak ada, yang dibutuhkan adalah tata kelola dengan transparan pada kinerja perusahaan yang di mana selama ini grup ini selalu melakukan hal yang sama”. Ujarnya

“Otoritas bursa seperti tidak ada keberpihakan kepada investor retail, dengan kejadian seperti ini akan memungkinkan emitmen-emiten lain melakukan hal yang sama, sementara indonesia butuh kekuatan investasi lokal dimana selama ini rasio masih jauh dari jumlah penduduk dibanding dengan negara tetangga yang sudah berkembang lebih dulu”. Tutupnya. (AM)