Suku Bunga Acuan BI Naik, Morgan Stanley Bilang Penguatan Dolar Segera Berakhir
Riset Morgan Stanley menilai fundamental ekonomi makro Indonesia telah membaik, yang terlihat dari empat data
Riset Morgan Stanley menilai fundamental ekonomi makro Indonesia telah membaik, yang terlihat dari empat data
Bareksa.com - Bank Indonesia, sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar, memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan untuk yang kedua kalinya bulan ini di tengah pelemahan rupiah. Riset dari sekuritas asing pun menilai bahwa kondisi ekonomi Indonesia telah membaik.
Riset Morgan Stanley yang telah dibagikan kepada nasabah menilai bahwa dalam waktu dekat ini, sudah cukup kenaikan 50 basis poin - yang terjadi selama bulan Mei 2018 saja. Dengan menimbang faktor global dan domestik saat ini, riset itu juga melihat bahwa bank sentral juga tidak akan mengambil kebijakan pengetatan hingga 200 basis poin seperti yang terjadi pada 2013.
Morgan Stanley yakin bahwa US Treasury 10 tahun sepertinya tidak akan bertahan di atas 3 persen dan akan turun ke 2,85 persen pada kuartal keempat 2018 dan ke 2,75 persen pada kuartal kedua 2019. Seiring dengan hal itu, penguatan mata uang Amerika Serikat akan segera berakhir.
Promo Terbaru di Bareksa
"Morgan Stanley juga yakin reli dolar AS akan segera berakhir. Faktor-faktor ini akan memberikan kelegaan bagi Indonesia," tulis riset tersebut.
Berdasarkan data kurs JISDOR Bank Indonesia, hari ini 31 Mei 2018, kurs rupiah-dolar AS telah membaik ke Rp13.951 per dolar AS dibandingkan Rp14.032 per dolar AS kemarin. Rupiah pun mulai terapresiasi bila dibandingkan level terlemahnya tahun ini pada 24 Mei 2018 yang menyentuh Rp14.205 per dolar AS.
Grafik Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS
Sumber: Bank Indonesia, Bareksa.com
Sementara itu, riset juga menyebutkan fundamental ekonomi makro Indonesia telah membaik, yang terlihat dari empat data berikut ini.
Pertama, inflasi mulai mereda dengan peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) inti di 3,4 persen secara year on year (yoy pada April 2018. Hal ini hanya separuh dari kondisi yang terjadi di 2013 dan masih dalam target inflasi Bank Indonesia di kisaran 3,5 persen plus minus 1 persentase poin. Sementar itu, IHK berada di berada pada 2,7 persen yoy pada April 2018.
Kedua, selisih tingkat suku bunga riil yang lebih baik akibat inflasi yang mereda. Selisih suku bunga riil yang lebih baik memberikan perlindungan terhadap volatilitas modal dan memitigasi risiko arus dana keluar (capital outflow) di pasar obligasi.
Ketiga, selisih pendanaan eksternal yang semakin kecil. Saat ini defisit neraca berjalan (CAD) Indonesia di kisaran 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) per kuartal pertama 018. Untuk 2018, diperkirakan CAD mendekati 2,2 persen PDB, yang dianggap lebih terjaga dibandingkan level 3 persen - 4 persen pada masa taper tantrums. CAD yang mengecil mengindikasikan rupiah tidak lagi dalam area terlalu mahal (overvalued).
Keempat, cadangan devisa yang membaik. Bank Indonesia telah membangun cadangan devisa tahun lalu di tengah masuknya dana asing (capital inflow). Cadangan devisa Indonesia telah meningkat dibandingkan dengan level sebelum taper tantrums karena utang luar negeri sektor publik sudah naik.
Namun, sebagian besar peningkatan itu terdiri dari utang jangka panjang, sementara rasio utang luar negeri jangka pendek terhadap cadangan devisa sudah turun dibandingkan dengan level sebelum taper tantrum. Hal ini mengindikasikan terdapat perlindungan cadangan devisa yang lebih baik.
Sementara itu, cadangan devisa ini sudah bisa menalangi impor untuk jumlah bulan yang lebih tinggi, menjadi 8,9 bulan pada April 2018 dibandingkan 6,6 bulan pada kuartal pertama 2013.
Seperti diberitakan sebelumnya, Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan tambahan yang digelar 30 Mei 2018 menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) ke level 4,75 persen.
RDG Bulanan ini, yang pertama kali sejak Bank Indonesia dipimpin oleh Perry Warjiyo, dilakukan menjelang rapat petinggi bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) pada 12 - 13 Juni mendatang. (Lihat juga BI 7DRRR Naik Lagi, Ini Historis Kenaikan Suku Bunga Acuan dan Pergerakan IHSG)
Terakhir kali, BI menggelar rapat bulanan tambahan pada akhir Agustus 2013. Rapat juga dilakukan di tengah meningkatnya potensi kenaikan bunga acuan The Fed. Ketika itu, The Fed tengah berancang-ancang untuk menaikkan bunga acuan untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun ditahan rendah di level 0,25 persen.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,82 | 0,23% | 4,09% | 7,79% | 8,03% | 19,38% | 38,35% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,66 | 0,21% | 4,11% | 7,21% | 7,45% | 2,88% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,69 | 0,58% | 3,99% | 7,68% | 7,82% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,91 | 0,57% | 3,86% | 7,26% | 7,40% | 17,49% | 40,87% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.289,21 | 0,83% | 4,10% | 7,42% | 7,55% | 19,87% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.