Bareksa.com – Sebagai bagian dari upaya merestrukturisasi utang, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) kembali melakukan aksi reverse stock pada hari ini. Namun, aksi ini justru membuat harga saham kembali anjlok 25 persen (autoreject).
Setelah melakukan aksi reverse stock tahun 2008 lalu, BNBR kembali mengubah harga sahamnya dengan melakukan reverse stock jilid II dengan rasio 10:1. Itu artinya aksi ini pun akan ikut mengubah harga saham BNBR yang bertengger di level harga Rp 50 menjadi Rp 500 per saham.
Reverse stock juga bisa jadi upaya bagi emiten untuk mengurangi jumlah sahamnya di pasar. Selain itu, aksi korporasi ini juga bisa membuat harga saham suatu perusahaan jadi naik sehingga mengubah segmentasi harga perusahaan tersebut.
Menariknya, harga saham BNBR langsung melemah 25 persen, dari Rp500 menjadi Rp376 per lembar pada saat jam perdagangan dibuka pukul 09.00 wib.
Hal ini menggambarkan jika banyak pemegang saham yang ingin menjual sahamnya. Selain itu, meski harga saham telah melemah 25 persen, masih terlihat antrian penjualan saham di harga terbawah pada hari ini mencapai 606 juta lembar saham.
Langkah BNBR Selanjutnya
Direktur Utama BNBR Bobby Gafur S Umar mengatakan, reverse stock merupakan bagian dari kesepakatan dengan kreditur terkait restrukturisasi utang BNBR.
Sebelum merestrukturisasi utang, kreditur meminta BNBR meningkatkan likuiditas saham. Tahun ini masih ada plafon utang dari tiga kreditur yang harus direstrukturisasi. Nilainya Rp9,87 triliun.
Langkah pertama ialah menyelesaikan restrukturisasi dengan satu kreditur dalam tempo dua pekan mendatang. Nilai utangnya Rp2,87 triliun. Sementara, sisanya Rp7 triliun akan diselesaikan pada semester II 2018.
Pada tahun 2016 dan 2017, BNBR telah merestrukturisasi utang dengan Credit Suisse senilai masing-masing Rp 1,37 triliun dan Rp 1,04 triliun. (AM)