Akuisisi Tambang Batu Bara Australia, 11 Bank akan Pinjami Adaro US$1,57 Miliar

Bareksa • 31 May 2018

an image
Petugas memantau heavy dump truck yang menurunkan batubara di kawasan tambang batubara milik Adaro, Tabalong, Kalimantan Selatan. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Adaro Energy membutuhkan pinjaman perbankan US$1,35-1,57 miliar untuk mengakuisisi tambang Kestrel, Australia

Bareksa.com – Sebanyak 11 bank dalam dan luar negeri bakal membiayai PT Adaro Energy Tbk (ADRO) untuk mengakuisisi 80 persen saham Rio Tinto di tambang batu bara Kestrel di Australia. Adaro Energy membutuhkan dana pinjaman perbankan sekitar US$1,35-1,57 miliar untuk mengakuisisi tambang tersebut.

Direktur Adaro Energy, M Syah Indra Aman, mengatakan ke-11 bank yang akan mendanai akuisisi tambang batu bara Kestrel adalah bank yang sudah sering mendanai kebutuhan keuangan Adaro.

Tiga bank tersebut di antaranya adalah Bank Mandiri, ANZ dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC). “Kita targetkan financial close pada akhir Juli 2018,” katanya di Jakarta, Rabu, 30 Mei 2018.

Transaksi jual beli saham tambang Kestrel dengan Rio Tinto ditargetkan akan berlangsung pada 1 Agustus 2018. Dia memastikan perseroan harus memperoleh pinjaman sebelum transaksi berlangsung.

Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir, mengungkapkan perseroan akan membiayai 30-40 persen kebutuhan dana akuisisi menggunakan kas internal. Sementara sisanya berupa pinjaman perbankan.

Adaro Energy telah memperoleh persetujuan akuisisi tambang Kestrel dari pemerintah Australia pekan lalu. Saat ini perseroan masih melihat kondisi-kondisi lain yang ditetapkan penjual serta kesiapan pendanaan.

Langkah mengakuisisi tambang batu bara Kestrel merupakan strategi diversifikasi bisnis Adaro Energy. Tambang batu bara Kestrel memiliki kandungan batu bara coking coal yang dapat menghasilkan kokas.

Kokas merupakan bahan baku proses pembuatan baja dalam blast furnace. Garibaldi memandang bisnis kokas menjanjikan di masa mendatang.

“Yang menjanjikan adalah kokas. Ini salah satu pemikiran untuk mendiversifikasi usaha sebelum kita terkena hantam sesuatu yang tidak kita inginkan pada bisnis thermal coal,” ujarnya.

Tambang Kestrel telah memproduksi sebanyak 4 juta ton coking coal per tahun. Apabila telah diakuisisi, maka total produksi coking coal perseroan menjadi 5 juta ton per tahun.

Sebelumnya perseroan juga telah menguasai 100 persen saham tambang batu bara coking coal di Kalimantan Tengah. Tambang tersebut bakal memproduksi sebanyak 1 juta ton coking coal per tahun.

Penjualan batu bara kokas diperkirakan bakal mendongkrak kinerja keuangan Adaro secara signifikan sehingga di masa mendatang kinerja Adaro Energy akan sangat menarik.

Sebelumnya Boy melihat peluang mengakuisisi tambang Kestrel karena Rio Tinto hendak menjualnya. “Tetapi selain ada peluang, balance sheet kita juga cukup untuk membeli. Akhirnya kita putuskan ambil,” terangnya.

Adaro Energy berambisi menjadi salah satu produsen batu bara kokas terbesar di dunia. Garibaldi mengatakan tidak banyak perusahaan yang bermain pada batu bara jenis kokas.

Ekspansi Pembangkit Listrik

Adaro Energy akan mengembangkan bisnis pembangkit listriknya ke luar negeri. Sejumlah negara yang dibidik untuk ekspansi perseroan di antaranya adalah Bangladesh, Vietnam, Thailand, Kamboja, Myanmar dan Laos.

“Tapi yang paling dekat adalah ke Vietnam dan Thailand,” kata Garibaldi.

Dia mengatakan tingkat pengembalian investasi pada kedua negara tersebut lebih baik dibandingkan negara lainnya. Karena itu dalam waktu dekat perseroan akan ekspansi di kedua negara tersebut terlebih dahulu.

Untuk ekspansi ke Vietnam, Adaro Energy tengah menyusun persiapan untuk mengakuisisi salah satu pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Sedangkan untuk ekspansi ke Thailand, pihaknya akan membangun PLTU baru.

Di sisi lain, Adaro Energy dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tengah mematangkan rencana pembentukan usaha patungan (joint venture/ JV) PLTU mulut tambang di Kalimantan Timur. Rencananya, dalam waktu dekat Adaro dan PLN akan menandatangani pembentukan JV tersebut.

Adaro Energy memiliki tambang batu baranya di Kalimantan Timur sebagai bahan baku pembangkit listrik. Meski begitu, nantinya PLN akan menjadi pemegang saham mayoritas JV dengan kepemilikan 51 persen.

PLTU mulut tambang tersebut akan dibangun dengan kapasitas 2x100 megawatt (MW). Nilai investasi yang dibutuhkan untuk membangun proyek itu diperkirakan mencapai US$400 juta. (AM)