Bareksa.com - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 4,75 persen, hari ini (Rabu, 30 Mei 2018). Langkah ini pun dipercaya bisa menahan dana investor asing tetap berada di dalam negeri.
Lalu bagaimana pergerakan dana asing di pasar modal pasca penaikan bunga acuan ini?
Pantauan Bareksa hingga pukul 14:39 WIB, asing kembali mencatatkan net buy di Bursa Efek Indonesia. Jika pada perdagangan Senin, 28 Mei 2018 net buy asing mencapai Rp512,72 miliar, hingga berita ini ditulis hari ini catatan net buy asing baru mencapai Rp137,97 miliar.
Dari catatan net buy asing itu, tiga besar saham yang paling banyak diminati asing antara lain PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Guyuran dana asing pun membuat tiga saham itu dalam posisi hijau.
Misalnya saja PTBA. Saham perusahaan tambang yang saat ini berada di bawah PT Inalum mencatat net buy asing Rp109,35 miliar. Atas catatan ini, saham PTBA dalam posisi naik 4,1 persen dari Rp3.660 menjadi Rp3.810.
Secara total, transaksi saham PTBA jelang pukul 15:00 WIB sudah mencapai Rp209,42 miliar yang terjadi atas volume 554.738 lot dengan frekuensi 4.929 kali.
Pergerakan Intraday Saham PTBA Hingga Pukul 14:46 WIB Perdagangan Rabu, 30 Mei 2018
Sumber: Bareksa.com
Berada di bawah PTBA adalah saham BMRI. Saham bank pelat merah ini sudah mencatat net buy asing Rp87,15 miliar dan membuatnya naik 1,36 persen ke level Rp7.475 dari hari sebelumnya Rp7.375. Sebelum menguat, saham BMRI sempat turun hingga Rp7.175.
Secara total, transaksi saham BMRI mencapai 574.088 lot dengan frekuensi 9.485 kali bernilai Rp425,19 miliar.
Pada posisi tiga, saham BBCA menjadi yang paling banyak diburu asing. Nilainya telah mencapai Rp79,27 miliar dan membawa saham BBCA naik 0,22 persen ke level Rp22.900. Hingga pukul 14:50 WIB, saham BBCA ditransaksikan sebanyak 6.927 kali atas volume 117.519 lot dengan nilai Rp269,04 miliar. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.