Saham EXCL Meroket di Awal Puasa, Begini Kinerja Keuangannya

Bareksa • 18 May 2018

an image
Menkominfo Rudiantara (kedua kanan), Chairman Vocus Group Vaughan Bowen (kiri), Direktur/Chief Technology Officer XL Axiata Yessie D Yosetya (kedua kiri), dan CEO Alcatel Submarine Networks Phillipe Piron berbincang di sela-sela peresmian pembangunan infrastruktur Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Australia-Indonesia-Singapura, di Jakarta. ANTARA

Pada perdagangan Kamis, 17 Mei 2018 ditutup meroket 20,44 persen ke Rp2.180

Bareksa.com - Harga Saham PT XL Axiata Tbk. (EXCL) pada perdagangan Kamis, 17 Mei 2018 ditutup meroket 20,44 persen ke Rp2.180. Saham EXCL bergerak sangat atraktif pada perdagangan kemarin yang tercermin dari frekuensi perdagangan sebanyak 9.757 kali serta nilai transaksinya yang mencapai Rp138,69 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, tiga anggota bursa yang paling banyak melakukan pembelian terhadap saham EXCL antara lain Mandiri Sekuritas (CC) dengan nilai pembelian Rp31,47 miliar, kemudian Macquarie Sekuritas (RX) Rp22,58 miliar, dan UBS Sekuritas (AK) Rp13,45 miliar.

Ketiga anggota bursa tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi secara keseluruhan yakni 22,69 persen, 16,28 persen, dan 9,70 persen.

Analisis Fundamental

Secara fundamental, emiten operator telekomunikasi ini memperoleh capaian yang kurang memuaskan pada kuartal pertama 2018. XL Axiata membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp15,4 miliar. Capaian tersebut merosot 66,8 persen dibandingkan laba bersih perseroan pada periode sama tahun sebelumnya (yoy) yang sebesar Rp46,5 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, emiten dengan kode saham EXCL tersebut membukukan pendapatan kuartal pertama 2018 sebesar Rp5,5 triliun, meningkat tipis 4,5 persen dibandingkan dengan kuartal pertama 2017.

Adapun sepanjang periode Januari hingga Maret 2018, perseroan dapat menekan sejumlah beban seperti biaya infrastruktur, biaya beban langsung, dan beban umum dan administrasi. Beban perseroan yang naik tajam yaitu beban penyusutan yang meningkat 11 persen menjadi Rp1,81 triliun.

Selain itu, beban penjualan dan pemasaran perseroan pun meroket tajam sebesar 109,5 persen. Perseroan membukukan rugi sebelum pajak penghasilan sebesar Rp71,1 miliar, turun tipis 2 persen (yoy).

Pada tahun lalu, perseroan mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 0,7 persen menjadi Rp375,24 miliar. Pada periode tersebut, perseroan membukukan kenaikan pendapatan sebesar 7,2 persen menjadi Rp22,87 triliun.

Adapun, pada tahun ini perseroan menganggarkan belanja modal sebesar Rp7 triliun yang sebesar 60 persennya akan digunakan untuk memperkuat layanan ke luar Pulau Jawa.

Perusahaan akan melanjutkan perluasan jaringan ke wilayah-wilayah yang permintaannya tinggi seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Dengan perluasan jaringan, masyarakat luar Jawa diharapkan dapat memiliki lebih banyak opsi penggunaan operator telekomunikasi.

Saat ini, XL Axiata memiliki total lebih dari 101.000 base transceiver station (BTS) yang 17.000 di antaranya berada di luar Jawa. Sepanjang 2018, XL menargetkan dapat membangun BTS di luar Jawa lebih dari 17.000 unit.

Analisis Teknikal

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle EXCL pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan body yang sangat besar menggambarkan saham ini bergerak positif dalam rentang yang lebar.

Volume terlihat mengalami lonjakan serta diiringi dengan aksi pembelian bersih (net buy) oleh investor asing sebesar Rp 31,60 miliar menandakan saham ini banyak diakumulasi oleh pelaku pasar.

Apabila diperhatikan, pola pergerakan saham EXCL terlihat membentuk double bottom yang merupakan indikasi pembalikan arah dan telah terkonfirmasi karena mampu menembus resisten pada level Rp2.090.

Selain itu, indikator MA 5 juga terpantau telah terjadi golden cross dengan MA 20 yang biasanya menjadi sinyal awal sebuah uptrend. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.