Kontrak Baru Adhi Karya Hingga April Capai Rp3,8 Triliun

Bareksa • 15 May 2018

an image
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) yang dikerjakan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) sebagai kontraktor di samping tol Jagorawi, Cibubur, Jakarta Timur. ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya

Total kontrak baru perseroan merepresentasikan 16,3 persen dari target kontrak Adhi tahun ini sebesar Rp23,3 triliun

Bareksa.com – PT Adhi Karya Tbk (ADHI) membukukan kontrak baru sebesar Rp3,8 triliun sejak awal tahun hingga April 2018, meningkat 25,9 persen dibandingkan dengan perolehan akhir Maret 2018 sebesar Rp3 triliun. Total kontrak baru perseroan merepresentasikan 16,3 persen dari target kontrak Adhi tahun ini sebesar Rp23,3 triliun.

Manajemen Adhi Karya menjelaskan, realisasi perolehan kontrak baru perseroan pada April antara lain berasal dari proyek RSKIA Tahap II sebesar Rp279,5 miliar, apartemen Cordova Rp164 miliar dan Novotel Bali sebesar Rp153 miliar melalui PT Adhi Persada Gedung (APG).

Sementara itu, kontribusi per lini bisnis perolehan kontrak baru perseroan didominasi oleh lini bisnis konstruksi dan energi sebesar 88,2 persen serta properti 9,5 persen. “Dan sisanya berasal dari lini bisnis lainnya,” terang manajemen dalam keterangan resmi, Selasa, 15 Mei 2018.

Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru perseoran terdiri atas pemerintah sebesar 11,4 persen, badan usaha milik negara 43,2 persen dan swasta serta lainnya sebanyak 45,4 persen.

Untuk tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri atas proyek gedung sebanyak 71,3 persen, proyek jalan dan jembatan sebanyak 17,3 persen dan proyek infrastruktur lainnya sebesar 11,4 persen.

Di sisi lain, hingga 4 Mei 2018, progress pelaksanaaan pembangunan prasarana kereta api ringan (light rail transit/ LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) fase I telah mencapai 37,4 persen. Proyek LRT fase I meliputi Cawang-Cibubur, Cawang-Kuningan-Dukuh Atas dan Cawang-Bekasi Timur.

Untuk progres lintasan pelayanan Cawang-Cibubur mencapi 59 peren, Cawang-Kuningan-Dukuh Atas 21,2 persen dan Cawang-Bekasi Timur mencapai 33,3 persen.

Pelaksanaan pembangunan prasarana LRT wilayah Jabodebek fase I direncanakan bakal tuntas pada 2019. Total kontrak pengerjaan Adhi Karya dari proyek tersebut adalah sebesar Rp22,8 triliun.

Spin Off TOD

Belum lama ini, Adhi Karya memperoleh persetujuan dari pemegang saham untuk memisahkan (spin off) unit usahanya di sektor transit oriented development (TOD) dan hotel. Pengembangan kawasan TOD milik Adhi Karya dalam 5-10 tahun berpotensi mencapai Rp50-55 triliun.

Direktur Keuangan Adhi Karya Entus Asnawi mengatakan, saat spin off perseroan memisahkan aset berupa tanah persediaan yang berada di kawasan empat stasiun kereta ringan (light rail transit/ LRT) di Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodebek). Luas lahan yang akan dikelola anak usaha baru perseroan di empat stasiun itu seluas 20-25 hektar (ha).

“Nilai tanah yang disertakan kepada anak usaha TOD sebesar Rp1,9 triliun,” terangnya.

Nama anak usaha baru Adhi Karya nantinya adalah PT Adhi Commuter Properti (ACP).

Lebih lanjut dia mengkapkan, nilai aset tanah yang disertakan kepada anak usaha TOD dicaatatkan berdasarkan laporan keuangan perseroan pada Desember 2017. Setelah dilepas, sesuai mandat anak usaha baru di sektor pengembangan TOD harus melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/ IPO) saham dalam waktu satu tahun setelah spin off.

Entus mengatakan bahwa dalam 10 tahun, perseroan optimistis dapat mengembangkan TOD di 12 titik stasiun LRT. Adhi Karya melalui anak usahanya tersebut, akan mengembangkan lahan TOD secara bertahap. Dalam lima hingga 10 tahun, nilai kapitalisasi pengembangan kawasan TOD di 12 stasiun LRT diproyeksikan mencapai Rp50-55 triliun.

Entus melanjutkan, pertimbangan perseroan melakukan spin off anak usahanya di sektor TOD karena perseroan sudah memulai konstruksi TOD di empat stasiun. Kawasan TOD yang tengah dibangun perseroan berada di Sentul, Ciracas, Bekasi Timur dan Jaticempaka.

Proyek pengembangan properti perseroan di kawasan TOD umumnya cukup menarik karena harganya di kisaran menengah (medium). Saat ini Adhi Karya masih memproses izin mendirikan bangunan (IMB) di keempat lokasi tersebut.

Hingga kuartal I-2018, prapenjualan (marketing sales) proyek TOD perseroan masih di bawah Rp100 miliar, cukup rendah dibandingkan dengan target tahun ini sebesar Rp3,3 triliun. Dia mengatakan bahwa penjualan perseroan masih rendah karena belum mendapatkan IMB di beberapa lokasi TOD.

Adhi Karya menargetkan memperoleh IMB di Ciracas maksimal akhir Juni 2018. “Beberapa perizinan belum kita peroleh, tetapi minat masyarakat sudah luar biasa,” terang Direktur Adhi Karya, Budi Saddewo.

Rencana spin off unit usaha TOD sempat tertunda pada pertengahan April 2018 akibat pemegang saham yang hadir dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) saat itu tidak memenuhi kuorum untuk memutuskan spin off.

 (hm)