Bareksa.com - Pasar keuangan global akan fokus pada data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) pada minggu ini, yang seharusnya memberikan sinyal yang lebih jelas pada kekuatan konsumen AS.
Pelaku pasar juga akan memperhatikan komentar dari pejabat The Fed pada minggu ini untuk pandangan ke dalam prospek kebijakan moneter dalam beberapa bulan ke depan dan frekuensi kenaikan suku bunga di akhir tahun.
Sementara itu dari Asia, Jepang akan mempublikasikan data awal pada pertumbuhan ekonomi kuartal pertama karena para pelaku pasar mencari sinyal lebih lanjut mengenai kekuatan ekonomi dan petunjuk tentang kapan Bank of Japan (BoE) akan mulai menarik stimulus.
Untuk lebih rincinya, berikut beberapa peristiwa penting yang kemungkinan besar memengaruhi pasar pada pekan ini.
1. Penjualan Ritel Amerika Serikat
Departemen Perdagangan AS akan mempublikasikan data penjualan ritel untuk bulan April pada pukul 8:30 pagi hari Selasa waktu setempat.
Perkiraan konsensus adalah laporan tersebut akan menunjukkan penjualan ritel naik 0,4 persen bulan lalu, melambat dari kenaikan 0,6 persen pada bulan Maret. Namun, jika tidak termasuk sektor otomotif, penjualan diperkirakan meningkat 0,5 persen, setelah naik 0,2 persen sebulan sebelumnya.
Para ekonom memperhitungkan bahwa data akan mendorong perdebatan lebih lanjut tentang berapa kali The Fed akan menaikkan suku bunga hingga akhir tahun ini, setelah angka inflasi AS yang agak mengecewakan pada pekan lalu.
Naiknya penjualan ritel dari waktu ke waktu berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, sementara sinyal penjualan yang lebih lemah menandakan ekonomi yang menurun. Sekedar informasi, belanja konsumen menyumbang sebanyak 70 persen dari pertumbuhan ekonomi AS.
2. Laporan Pekerjaan Bulanan Inggris
Kantor Statistik Nasional Inggris akan mempublikasikan laporan pekerjaan bulanan pada pukul 08.30 pagi hari Selasa waktu setempat dan yang akan diperhatikan lebih detail yaitu tentang upah daripada perekrutan.
Perubahan jumlah pekerja diperkirakan akan naik 13.300 pada bulan Maret, dengan tingkat pengangguran bertahan stabil di 4,2 persen. Lebih penting lagi, pertumbuhan upah termasuk bonus diperkirakan naik 2,7 persen, lebih lambat dari kenaikan 2,8 persen yang terlihat di Februari.
Jika data tidak sesuai perkiraan, poundsterling bisa menghadapi tekanan jual baru setelah meluncur terhadap mata uang utama pada pekan lalu di tengah pertemuan kebijakan Bank of England (BoE) yang dovish.
BoE mempertahankan suku bunga stabil pada minggu lalu dan mengatakan pertumbuhan yang lemah selama awal tahun yang bersalju hingga akhir 2018 kemungkinan hanya sementara, tetapi mereka ingin melihat peningkatan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan sebelum menaikkan suku bunga.
Perekonomian Inggris tumbuh lebih lambat dibandingkan kebanyakan rekan-rekannya pada kuartal pertama 2018, karena faktor campuran antara cuaca salju yang tidak biasa dan headwinds dari Inggris yang akan keluar dari Uni Eropa.
3. Pertumbuhan Ekonomi Jepang Kuartal Pertama 2018
Jepang akan mempublikasikan data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2018 pada pukul 8:50 pagi waktu Tokyo di hari Rabu.
Laporan tersebut diharapkan mengungkapkan bahwa negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu menyusut untuk pertama kalinya dalam dua tahun karena konsumsi swasta yang lemah dan permintaan ekspor yang lebih lunak.
Produk domestik bruto kemungkinan mengalami kontraksi pada tingkat tahunan sebesar 0,2 persen pada kuartal pertama, setelah ekspansi 1,6 persen pada kuartal terakhir 2017.
Jika terkonfirmasi, hal tersebut akan menandai kontraksi pertama dalam ekonomi Negeri Matahari Terbit sejak akhir 2015, menyusul pertumbuhan delapan kuartal berturut-turut, yang merupakan periode terpanjang ekspansi ekonomi negara tersebut sejak gelembung ekonomi tahun 1980-an.
Konsumsi swasta, yang menyumbang sekitar 60 persen dari produk domestik bruto, terlihat tidak mencatat pertumbuhan pada periode Januari-Maret, setelah naik 0,5 persen dalam periode tiga bulan sebelumnya. (hm)