Kurangi Ketergantungan di Batu Bara, United Tractors Lakukan Bisnis Ini
Perseroan memiliki bisnis di luar batu bara seperti konstruksi, tambang emas, dan pembangkit listrik
Perseroan memiliki bisnis di luar batu bara seperti konstruksi, tambang emas, dan pembangkit listrik
Bareksa.com – PT United Tractors Tbk (UNTR) giat melakukan diversifikasi usaha agar mengurangi ketergantungan pada bisnis pertambangan, khususnya batu bara. Langkah itu secara perlahan mulai berjalan, terutama dengan keberadaan bisnis tambang emas dan pembangunan pembangkit listrik.
Direktur Keuangan United Tractors, Iwan Hadiantoro, menyampaikan pihaknya menyadari bisnis perseroan sangat bergantung pada pertambangan. Padahal, bisnis pertambangan, khususnya batu bara sangat volatile.
“Pernah harga batu bara sentuh US$130 per ton pada 2010, tapi setelah itu turun dalam hingga US$50 per ton. Untuk itu, kami berusaha kurangi ketergantungan pada bisnis batu bara,” ujar Iwan dalam Workshop Wartawan Pasar Modal di Jakarta, Kamis, 3 Mei 2018.
Promo Terbaru di Bareksa
Iwan pun menyontohkan upaya-upaya United Tractors dalam mengatas ketergantungannya itu. Salah satunya masuk ke sektor konstruksi melalui akuisisi PT Acset Indonusa Tbk (ACST). Iwan mengungkapkan, akuisisi Acset dilakukan perseroan karena bisnis konstruksi lebih long term dan sustain.
“Acset juga kami arahkan agar tidak hanya membangun gedung saja, tapi perlahan masuk ke infrastruktur misalnya tol, jembatan, maupun pelabuhan,” imbuh Iwan.
Selain Acset, perseroan juga memiliki entitas di bawah PT Tuah Turangga Agung yakni PT Suprabari Mapamindo Mineral yang memproduksi coking coal. Coking coal ini, kata Iwan, bisa menjadi bahan baku pembuatan baja karena berkalori tinggi ketimbang termal coal.
Tak hanya itu, Iwan bilang, perseroan melalui PT Sumbawa Jutaraya akan memulai produksi emas pada 2019 mendatang. “Harga emas kan lebih stabil dari termal coal,” imbuhnya.
Struktur Bisnis United Tractors
Sumber: website perseroan
Tak berhenti sampai di situ, United Tractors juga memiliki bisnis energi dalam pembangunan pembangkit listrik. Proyek pertama adalah PLTU PAMA-1 milik PT Energia Prima Nusantara dengan kapasitas 2x15 MW.
Bisnis energi lainnya melalui PT Bhumi Jati Power telah menggandeng Sumitomo Corporation dan Kansai Electric Power untuk pembangunan Tanjung Jati B unit 5 dan 6 di Jepara dengan kapasitas 2x1.000 MW. “Tanjung Jati akan beroperasi pada kuartal II tahun 2021,” ucap Iwan.
Dengan bisnis-bisnis yang ada, Iwan menegaskan, perseroan akan terus bertumbuh pada area yang sesuai dengan value chain United Tractors. Artinya, United Tractors tidak akan mendiversifikasi usaha ke sektor yang bukan bidangnya, apalagi jika sektor tersebut sudah dimiliki Grup Astra.
Hingga kuartal I 2018, United Tractors membukukan pendapatan Rp19,01 triliun dengan laba bersih Rp2,53 triliun. Pada periode ini, perseroan memiliki total aset sebesar Rp84,44 triliun. “Kami tidak bisa menyampaikan target-target keuangan tahun ini sesuai dengan kebijakan Astra,” imbuh Iwan. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.