Bareksa.com – PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM) berencana menerbitkan surat utang jangka menengah (medium term notes/ MTN) senilai Rp100-150 miliar tahun ini. Perseroan juga baru saja memperoleh dana sebesar Rp46 miliar penawaran umum perdana (initial public offering/ IPO) saham.
Direktur Utama Dafam Properti Indonesia, Billy Dahlan menuturkan, perseroan bakal menggunakan dana hasil penerbitan MTN untuk keperluan modal kerja dan mengakuisisi tiga hotel baru. Nilai akuisisi tiga hotel tersebut sekitar Rp100-120 miliar.
“Semua hotelnya berada di Jawa Tengah,” ujar dia di Jakarta, Jumat, 27 April 2018.
Menurut Bily, perseroan mempertimbangkan rencana menerbitkan MTN karena prosesnya cepat. Tahun ini perseroan membutuhkan dana lebih cepat untuk mengembangkan bisnisnya.
Dafam Property membutuhkan dana sekitar Rp150 miliar untuk memenuhi kebutuhan belanja modal (capital expenditure/ capex) tahun ini. Dana tersebut untuk akuisisi dan membebaskan lahan.
Selain dana hasil IPO saham dan penerbitan MTN, emiten yang baru tercatat di Bursa Efek Indonesia per hari ini, 27 April 2018, bakal mencari dana melalui perbankan. “Nanti untuk modal kerja ada juga dari perbankan,” katanya.
Dafam Property merupakan perusahaan properti yang berbasis di Jawa Tengah. Perseroan bergerak di bidang penjualan perumahaan, pengelolaan gedung dan perhotelan.
Selain ekspansi di dalam negeri, Dafam Property tengah dalam proses membangun kerjasama manajemen hotel di Mekah, Arab Saudi. Perseroan dan sebuah perusahaan asal negara Timur Tengah telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/ MoU).
Jika terlaksana, Dafam akan mengelola tujuh hotel dengan jumlah kamar sebanyak 6.000 unit. Dafam masih mejajaki lebih detil kerja sama tersebut sebelum menandatangani management agreement di Arab Saudi.
Selain di Timur Tengah, Dafam Property mendapatkan penawaran kerja sama dengan perusahaan asal Jepang untuk mengelola hotel. Perseroan juga masih berdiskusi tentang rencana kerja sama tersebut.
Billy mengatakan, belum ada titik temu antara Dafam dengan perusahaan asal Jepang tersebut terkait kepemilikan saham. Perusahaan Jepang ingin menjadi pemegang saham mayoritas dalam kerja sama.
“Mereka minta mayoritas 51 persen. Tidak mau, karena kita kan mengelola hotel,” katanya.
Kerja sama dengan perusahaan Jepang jika terealisasi, akan melibatkan 30 hotel yang berada di tiga negara, yakni Indonesia, Jepang dan Singapura. Sebagian besar hotel tersebut akan berada di Indonesia.
Tahun ini Dafam menargetkan dapat mengelola sebanyak 24 hotel dengan lima hotel di antaranya merupakan milik perseraon. Sementara, bakal ada enam hotel baru yang dikelola perseroan akan buka tahun ini.
Dafam menargetkan pendapatan tahun ini sekitar Rp190 miliar, meningkat dari realisasi sepanjang 2017 sebesar Rp120 miliar. Sementara laba bersih ditargetkan sebesar Rp9 miliar, naik tiga kali lipat dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp3 miliar.
Dafam merupakan perusahaan ke-8 yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini. Perseroan melepas sebanyak 400 juta saham atau setara 25 persen dari modal disetor.
Harga saham Dafam Property hingga perdagangan saham sesi I hari ini menguat 69,57 persen menuju Rp195 per saham. Harga saham perseroan dibuka senilai Rp115 per saham. (hm)