Ini Sentimen Penekan Saham-Saham Bank BUMN

Bareksa • 05 Apr 2018

an image
Seorang karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (7/3). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Saham BMRI, BBRI, BBNI, dan BBTN telah turun antara 7 persen hingga 13 persen sebulan

Bareksa.com - Pergerakan pasar saham masih menunjukkan tren penurunan sampai pada penutupan perdagangan kemarin (Rabu 4 April 2018). Sentimen dari pasar global menjadi faktor utama yang menekan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia.

Indeks harga saham gabungan (IHSG)  kemarin ditutup melemah 1,2 persen ke level 6.157. Namun, pasar obligasi sedikit menguat tercermin dari imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun memang sedang mengalami penurunan ke 6,6 persen, yang menunjukkan kenaikan pada harga obligasi.

Pada penutupan pasar kemarin, IHSG mengalami penurunan cukup besar yang didorong tiga sektor di antaranya, sektor finance yang turun 1,8 persen, sektor mining turun 2,2 persen, dan juga sektor misc-industry yang turun 1,4 persen.

Penurunan yang terjadi di pasar saham domestik ini, diperkirakan terdampak dari sentiment global. Menyusul kehawatiran pelaku pasar yang semakin tinggi terkait potensi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Setelah sebelumnya Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menaikkan tariff impor untuk baja dan alumunium dan dilanjutkan rencana pengenaan tarif sebesar US$50 miliar kepada produk impor dari Tiongkok.

Tetapi, tidak hanya itu, Amerika Serikat juga telah merilis daftar produk buatan Tiongkok yang akan dikenakan tarif dengan fokus pada produk-produk teknologi, seperti produk teknologi informasi, mesin, dan robotic kelas atas, peralatan laut, kapal, kereta api lanjutan, tenaga listrik, dan bio-medis.

Kemudian diberitakan juga, Tiongkok membalas dengan mengumumkan rencana untuk kenaikan tarif impor pada US$3 miliar impor dari AS dan kepada 128 produk Amerika Serikat. Pada hari Rabu, kemarin Tiongkok mengatakan akan mengenakan penambahan pajak sebesar 25 persen dan akan dikenakan pada sekitar US$50 miliar impor dari Amerika Serikat, seperti kacang kedelai, mobil, bahan kimia, dan pesawat terbang.

Sementara itu, Amerika Serikat sendiri masih menunggu respon publik dan belum menentukan kapan tarif akan diberlakukan. Selain itu, potensi untuk adanya negosiasi antara kedua negara ini juga masih besar.

Dari dalam negeri sendiri, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga terus menunjukkan pelemahan, hingga sempat menyentuh level Rp13.800 per dolar AS pada perdagangan kemarin. Hal ini juga diperparah oleh rilis inflasi Februari yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar, yaitu tercatat 3,40 persen.

Saham Sektor Finance

Keadaan domestik dan global yang seperti ini juga menyeret pasar saham pada perdagangan kemarin. Sektor finance merupakan salah satu yang terdampak, yang didorong oleh penurunan saham-saham bank BUMN.

Kemarin, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 2,6 persen ke level harga Rp7.600 per lembar, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 4,1 persen ke level Rp8.275 per lembar, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 3,1 persen ke level Rp3.490 per lembar, dan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga turun 5,6 persen ke level harga Rp3.510 per lembar.  

Bahkan, penurunan keempat saham bank BUMN tersebut telah terjadi selama sebulan terakhir, setelah tertekan juga dengan sentimen peningkatan suku bunga acuan AS sebanyak empat kali pada tahun ini dan diikuti kebijakan serupa oleh bank sentral China.

Grafik: Pergerakan Harga Saham Bank BUMN Sebulan

Sumber: Bareksa.com

Seperti terlihat di dalam grafik, dalam periode 5 Maret - 4 April 2018, saham BBNI anjlok paling dalam dengan penurunan 13,35 persen. Sementara itu, ketiga saudaranya juga turun dengan persentase di kisaran 7 persen.

Meskipun demikian, secara fundamental yang tercermin dari laporan keuangan bank-bank BUMN tersebut, keempatnya mencatatkan kinerja yang baik pada tahun 2017 lalu. Bank BTN sendiri mencatatkan laba bersih tumbuh 15,6 persen menjadi Rp3 triliun, laba bersih Bank Mandiri juga naik 53 persen menjadi Rp20 triliun, laba bersih Bank BNI tumbuh 20 persen menjadi Rp13,6 triliun, sedangkan Bank BRI mencatatkan laba bersih yang juga naik 10,7 persen menjadi Rp29 triliun. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.