Bareksa.com – Pasca menyentuh level tertingginya sepanjang masa pada Februari 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemudian terus tertekan. Penurunan indeks ini juga seiring dengan melemahnya sebagian besar harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Dalam waktu enam pekan, IHSG sudah turun hingga 6,8 persen ke level 6.229 pada penutupan perdagangan 3 April 2018, dari level tertingginya 6.689,29 pada tanggal 19 Februari 2018.
Anjloknya IHSG turut menyeret sebagian besar harga saham yang melantai di Bursa. Namun, saham-saham milik Grup Bakrie sebagian besar masih berhasil naik.
Lantas, apakah naiknya harga saham-saham Bakrie mendorong nilai kapitalisasi (market cap) konglomerasi ini meningkat?
Pergerakan IHSG 19 Februari- 3 April 2018
Sumber: Bareksa.com
Untuk mengukur kapitalisasinya, Bareksa memantau pergerakan delapan saham yang tergabung dalam Grup Bakrie ini.
Sejak penutupan 19 Februari 2018 hingga penutupan perdagangan 3 April 2018, tercatat saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik hingga 20,95 persen, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) naik 14,62 persen, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) naik 3,75 dan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) naik 7,05 persen.
Naiknya harga empat saham ini mendorong naiknya kapitalisasi pasar Rp1,13 triliun.
Sementara itu, di sisi lain, saham PT Dharma Henwa Tbk (DEWA), PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) tidak mengalami perubahan harga saham.
Meskipun empat saham Grup Bakrie lainnya masih berhasil merangkak naik dan tiga saham lainnya tidak mengalami perubahan harga saham, namun saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebagai penyumbang kapitalisasi terbesar -- mencapai 44,9 persen jika dibandingkan kapitalisasi delapan saham Grup Bakrie lainya -- anjlok 13,25 persen atau sekitar Rp3 triliun.
Nilai Market Cap Saham-Saham Grup Bakrie per 19 Februari 2018 dan 3 April 2018
Sumber: Bareksa.com
Hal ini membuat nilai kapitalisasi saham Grup Bakrie secara akumulasi tetap anjlok Rp1,872 triliun atau turun 4,3 persen menjadi Rp41,8 triliun pada 3 April 2018 dari sebelumnya Rp43,68 triliun pada 19 Februari 2018. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.