Bareksa.com - Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada perdagangan hari Jumat (23 Maret 2018) ditutup melemah 1,9 persen atau 70 poin ke harga Rp3.600, dari harga penutupan pada hari Kamis yakni Rp3.670. Volume transaksi dari saham emiten yang bergerak di sektor finance ini sendiri mencapai 200 juta lembar dan dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 440,1 triliun.
Jika dilihat dari aktivitas brokernya, sampai dengan penutupan hari Jumat kemarin yang menjadi 3 top uyer untuk saham BBRI ini antara lain Mandiri Sekuritas(CC) dengan nilai pembelian Rp64 miliar, kemudian yang kedua Citigroup SekuritasIndonesia (CG) dengan nilai Rp57,3 miliar, dan yang ketiga Maybank Kim Eng Sekuritas (ZP) dengan nilai Rp50,9 miliar.
Sedangkan di sisi yang lain, 3 top seller pada saham ini antara lain Deutsche Sekuritas Indonesia (DB) yang menjual saham BBRI senilai Rp120,5 miliar, selanjutnya J.P Morgan Sekuritas Indonesia (BK) dengan nilai Rp94,6 miliar, dan yang terakhir CLSA Sekuritas Indonesia (KZ) senilai Rp63,6 miliar.
Analisa Teknikal Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
Sumber: Bareksa.com
Seperti yang bisa dilihat dalam grafik, secara teknikal, saham BBRI ini untuk saat ini mulai memasuki tren bearish atau memasuki tren menurun. Pada hari Jumat (23 Maret 2018), harga saham BBRI ditutup dengan membentuk hanging man dengan memiliki lower shadow yang cukup panjang.
Jika dilihat lebih detail, pada penutupan Jumat kemarin, saham BBRI menunjukkan indikator Moving Average 34 baru saja memotong Moving Average 13 yang dalam kata lain disebut death cross. Kemudian Relative Strength Index (RSI) yang mencapai level 42 atau dalam arti lain sudah mulai keluar dari area jenuh beli yang juga mengindikasikan harga saham tersebut memiliki chance untuk memasuki tren bearish, ditambah lagi dengan lebih banyaknya volume penjualan daripada volume pembelian. Untuk saat ini, target resisten terdekat untuk saham BBRI pada harga Rp3.700 dengan support terdekat pada harga Rp3.450 per lembar saham.
Saham bank milik negara ini sempat terkena sentimen negatif seiring dengan berita peningkatan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat dan Tiongkok pada saat yang berdekatan. Sedangkan pada sisi yang lain, kebijakan Bank Indonesia untuk menahan suku bunga acuan atau 7 Days Repo Rate (7DRR) oleh pada level 4,25 persen tampaknya juga belum bisa mendorong harga saham perbankan nasional. (hm)
ISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.