BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Penjualan Rokok Januari Turun, Kinerja HMSP dan GGRM Kuartal I Bisa Melambat

23 Maret 2018
Tags:
Penjualan Rokok Januari Turun, Kinerja HMSP dan GGRM Kuartal I Bisa Melambat
Sejumlah buruh menyelesaikan lintingan rokok di pabrik rokok Desa Munjung Agung, Tegal, Jawa Tengah. Kementerian Perindustrian merencanakan menolak kenaikan cukai rokok sebesar 23 persen pada 2016, karena berdampak akan memberatkan sektor industri dan bisa menimbulkan gejolak dan pemutusan hubungan kerja (PHK). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Volume penjualan rokok secara industri turun sebesar 7 persen menjadi 23,1 miliar batang pada akhir Januari

Bareksa.com - Meski tanda-tanda pemulihan ekonomi sudah mulai kelihatan sejak semester dua tahun lalu, ternyata dampaknya belum berimbas positif terhadap industri rokok.

Sejumlah data memperlihatkan penjualan rokok sepanjang Januari turun dibanding tahun lalu. Namun, angka Januari ini belum bisa menjadi cerminan untuk keseluruhan tahun ini.

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh PT Bahana Sekuritas, volume penjualan rokok secara industri turun sebesar 7 persen menjadi 23,1 miliar batang pada akhir Januari dibanding periode yang sama tahun lalu. Sesuai dengan perkiraan Bahana, produsen rokok kecil mengalami volume penurunan yang lebih besar. Penjualan Djarum turun 11,7 persen, Nojorono turun sebesar 19,6 persen, sedangkan volume penjualan Gudang Garam turun 4,8 persen dan Sampoerna mengalami penurunan 3,7 persen.

Promo Terbaru di Bareksa

''Penurunan ini baru terjadi satu bulan, jadi masih terlalu dini untuk menjadi cerminan keseluruhan tahun, kami masih akan menanti data-data pendukung lainnya,'' papar Analis Bahana Michael Setjoadi dalam rilis yang diterima Bareksa pada 22 Maret 2018.

Menurutnya, jika dalam beberapa bulan ke depan volume penjualan tetap berada pada kisaran 23 miliar, volume penjualan industri pada kuartal dua akan turun sekitar 2 persen secara tahunan, ungkap Michael.

Penurunan penjualan ini tidak terlepas dari naiknya harga jual rokok yang dilakukan oleh produsen rokok untuk menutupi kenaikan cukai rokok sebesar 10,04 persen yang diberlakukan oleh pemerintah sejak 1 Januari 2018. Bahana memperkirakan produsen rokok tier 1, menaikkan rata-rata harga jual rokok sekitar 5 - 5,5 persen.

PT HM Sampoerna menaikkan rata-rata harga jual rokok sebesar 7 persen secara tahunan pada kuartal pertama tahun ini, sedangkan PT Gudang Garam lebih konservatif dalam menaikkan rata-rata harga jual yakni sekitar 4,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, yang berimbas pada perolehan laba perseroan.

Sekuritas milik negara ini memperkirakan pendapatan Sampoerna pada kuartal satu akan naik sekitar 3,8 persen secara tahunan, dengan proyeksi kenaikan laba bersih sekitar 1,3 persen menjadi Rp3,33 triliun. Sementara itu, Gudang Garam, meski diperkirakan akan mengantongi kenaikan pendapatan sekitar 2,4 persen pada kuartal pertama 2018 dibanding periode yang sama tahun lalu, laba bersihnya diperkirakan akan turun sebesar 13,3 persen menjadi Rp 1,64 triliun.

Dengan melihat turunnya volume penjualan untuk jangka panjang akibat kenaikan cukai rokok, Bahana masih mempertahankan rekomendasi Netral atas saham rokok. Untuk jangka menengah, Bahana lebih menyukai saham Gudang Garam (GGRM) dengan target harga sebesar Rp92.000 per lembar, sedangkan rekomendasi tahan untuk saham Sampoerna (HMSP) dengan target harga Rp4.600 per lembar.

Bila ternyata volume penjualan industri rokok sepanjang 2018 diperkirakan turun sebesar 7 persen dibanding tahun lalu, Bahana memproyeksikan pendapatan HMSP akan turun sekitar 4,6 persen menjadi Rp101,22 triliun dari perkiraan semula sebesar Rp106,07 triliun untuk sepanjang 2018, dengan perkiraan laba bersih turun sekitar 7 persen menjadi Rp12,77 triliun dari perkiraan semula untuk sepanjang 2018 sebesar Rp13,75 triliun.

Sedangkan pendapatan GGRM diperkirakan bakal turun sebesar 4,5 persen menjadi Rp87,79 triliun dari perkiraan semula sebesar Rp91,96 triliun, dengan perkiraan laba bersih bakal tergerus sebesar 18,5 persen menjadi Rp6,84 triliun dari perkiraan semula sepanjang 2018 sebesar Rp8,39 triliun.

Pada akhirnya, Bahana pun menurunkan target harga saham HMSP menjadi Rp3.900 per lembar saham, dan target harga saham GGRM menjadi Rp62.200 per lembar saham.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.337,76

Up0,49%
Up3,72%
Up0,04%
Up4,75%
Up18,40%
-

Capital Fixed Income Fund

1.793,05

Up0,56%
Up3,35%
Up0,04%
Up6,95%
Up16,60%
Up40,13%

I-Hajj Syariah Fund

4.872,25

Up0,59%
Up3,20%
Up0,03%
Up6,16%
Up22,01%
Up40,68%

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.047,73

Up0,53%
Up3,64%
Up0,04%
---

Reksa Dana Syariah Syailendra OVO Bareksa Tunai Likuid

1.147

Up0,31%
Up2,63%
Up0,03%
Up4,97%
Up14,27%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua