Berita Hari Ini : Minyak Tertekan Tarif Impor Trump, Produksi Gas Dunia 81,7 Bcf

Bareksa • 08 Mar 2018

an image
Pekerja beraktivitas di Lapangan Senipah, Peciko dan South Mahakam (SPS) yang merupakan tempat pengolahan minyak dan gas bumi dari Blok Mahakam, Kutai Kartanegara, Rabu (27/12). Pertamina akan mengambil alih pengelolaan Blok Mahakam dari Total E&P Indonesie mulai 1 Januari 2018. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Laba PPRO naik jadi Rp444 miliar, WOMF rilis obligasi Rp1 triliun, laba MBAP melonjak jadi US$58,6 juta

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 8 Maret 2018 :

Harga Minyak Mentah Dunia

Harga minyak mentah dunia turun tajam pada akhir perdagangan kemarin, seiring dengan pelemahan pasar ekuitas dan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) serta menyusul laporan pemerintah AS yang menunjukkan ekspansi cadangan dan produksi minyak mentah.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2018 anjlok US$1,45 menjadi US$61,15 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 27 persen di atas rata-rata 100 hari.

Harga minyak jenis Brent untuk pengiriman Mei 2018 juga ditutup turun US$1,45 menjadi US$64,34 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London. Minyak acuan global ini diperdagangkan US$3,32 premium terhadap WTI pengiriman Mei.

Dilansir Bloomberg, pelemahan di pasar ekuitas, penguatan dolar AS, serta kekhawatiran rencana pemberlakuan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump akan memicu perang dagang telah menekan kekuatan minyak mentah.

PT PP Properti Tbk (PPRO)

Pencapaian kinerja PPRO untuk tahun 2017 diperkirakan mencatat laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas Induk Rp444 miliar atau tumbuh 22 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp366 miliar.

Perolehan laba bersih tersebut ditopang oleh peningkatan marketing sales yang naik 21 persen menjadi Rp3,01 triliun dari 2016 sebesar Rp2,4 triliun.

Marketing sales disokong dari beberapa proyek PPRO antara lain Grand Kamala lagoon (24 persen), Grand Shamaya (18 persen), Apartemen Begawan (9 persen), Grand Dharmahusada Lagoon (5 persen), Gunung Putri Square (5 persen), The Ayoma (4 persen) dan beberapa proyek realti serta commercial lainnya.

PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF)

WOMF akan kembali menerbitkan obligasi Rp1 triliun. Berdasarkan pengumuman di laman resmi Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), oblligasi itu merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan II WOM Finance dengan target dana Rp4 triliun. Emisi obligasi berkelanjutan ini sudah mencapai 3 tahap.

Emisi terbaru ini merupakan tahap keempat tahun 2018 dari obligasi berkelanjutan tersebut. Dalam tiga tahap sebelumnya, perseroan menerbitkan masing-masing Rp665 miliar (24 Juni 2016), Rp720,5 miliar (22 Agustus 2017) dan Rp867,5 miliar (6 Desember 2017).

Dengan demikian, perseroan baru mengemisikan Rp2,253 triliun, atau masih tersisa jatah penerbitan Rp1,75 triliun lagi.

PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP)

Emiten batu bara MBAP meraih laba bersih US$58,63 juta pada 2017, melonjak 116,27 persen dari tahun sebelumnya US$21,11 juta.

Direktur Utama MBAP Widada menyebutkan, perusahaan mengantongi penjualan US$258,58 juta, atau naik 38,17 persen year on year (yoy) dari sebelumnya US$187,15 juta. Dalam rupiah, pendapatan tahun lalu mencapai Rp3,5 triliun, meningkat dari 2016 senilai Rp2,51 triliun.

Penjualan didominasi oleh pasar ekspor. Lima negara yang menjadi konsumen utama MBAP pada 2017 ialah Jepang (US$65,37 juta), Taiwan (US$55,18 juta), Indonesia (US$48,38 juta), Filipina (US$40,07 juta), dan India (US$29,37 juta).

Permintaan Indonesia meningkat signifikan dari 2016 sebesar US$5,41 juta. Adapun, penjualan ke India menurun drastis setelah mencapai US$83,48 juta pada 2016.

Produksi Gas Alam

Badan Energi Internasional (EIA) memperkirakan, produksi rata-rata gas alam akan mencapai 81,7 billions of standard cubic feet (Bcf) pada 2018, naik 8,1 Bcf dari tahun lalu sebesar 73,6 Bcf. Kenaikan juga diprediksi akan terjadi pada 2019 dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 1 Bcf.

Berdasarkan catatan perkiraan tingkat produksi gas alam, EIA memperkirakan harga gas alam akan turun dalam beberapa bulan mendatang. Diperkirakan harga rata-rata gas alam pada Maret ini akan mencapai US$2,72 per million British Thermal Unit (MMBtu).

Sementara itu, ekspektasi secara keseluruhan untuk tahun ini mencapai US$2,99 per MMBtu. Pada Februari, harga gas alam rata-rata US$2,66 per MMBtu, turun US$1,03 per MMBtu dari periode Januari.

“Cuaca dingin dimoderasi pada Februari setelah suhu yang sangat dingin terjadi di sebagian besar negara selama paruh pertama Januari,” papar EIA. (AM)