Bareksa.com – Calon investor strategis bakal memiliki sekitar 20 persen saham PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI). Alokasi saham yang ditawarkan kepada investor strategis berasal dari penerbitan saham baru dan divestasi saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).
Pemegang saham GMF telah menyetujui rencana perseroan menerbitkan sebanyak-banyaknya 10 persen dari modal disetor dalam rangka penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) atau nonpreemptive rights issue. Keputusan tersebut diambil dalam rapat umum pemegang saham luar biasar (RUPSLB) perseroan pada Selasa, 6 Maret 2018.
Dari total 10 persen saham yang akan diterbitkan, perseroan mengalokasikan 8,28 persen di antaranya untuk investor strategis dan 1,72 persen untuk program MESOP. Total, Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF AeroAsia) bakal menerbitkan sebanyak-banyaknya 2,33 miliar saham baru.
Direktur Utama GMF AeroAsia, Iwan Joeniarto, menuturkan masih terdapat beberapa perusahaan yang tertarik menjadi investor strategis perseroan. Dia menargetkan paling lambat awal kuartal II, investor strategis tersebut sudah menjadi pemegang saham perseroan.
“Targetnya akhir Maret, tetapi tidak menutup kemungkinan awal kuartal II,” katanya di Tangerang, Selasa, 6 Maret 2018.
Serap Saham Divestasi Milik Garuda
Iwan mengatakan nantinya investor strategis tersebut akan menyerap saham baru GMF AeroAsia dan saham perseroan milik PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang akan didivestasi. Rencananya, Garuda akan mendivestasi sekitar 10-12 persen saham GMFI.
Sehingga, total saham yang ditawarkan kepada investor strategis tersebut sekitar 20 persen dari total modal disetor. Menurut Iwan, saham nonpreemptive rights issue dan saham divestasi Garuda akan dijadikan satu paket saat penjualan.
Penjualan saham GMF AeroAsia kepada investor strategis akan menunggu rapat umum pemegang saham (RUPS) Garuda Indonesia terkait divestasi saham GMF. Saat ini, calon investor strategis masih bernegosiasi dengan perseroan dan Garuda Indonesia terkait porsi kepemilikan serta harganya.
Menurut Iwan, perseroan telah menetapkan kriteria calon investor strategis, yakni memiliki modal yang kuat, kemampuan memgembangkan bisnis GMFI dan membawa nilai tambah terhadap posisi brand GMF AeroAsia.
Setelah investor strategis tersebut masuk, GMF AeroAsia akan lebih ekspansif dengan menambah kapasitas dan kapabilitas. Dia berharap investor strategis dapat mendukung bisnsi GMF AeroaAsia di pasar domestik maupun regional.
Terkait harga, Iwan menekankan bahwa harga penjualan saham GMF AeroAsia kepada investor strategis akan berpatokan pada harga saat penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham.
GMF AeroAsia resmi mencatatkan sahamnya (listing) di Bursa Efek Indonesia pada akhir September 2017. Harga IPO saham perseroan saat listing di BEI adalah Rp400 per saham.
Bagi Dividen
Manajemen GMF AeroAsia berkomitmen untuk membagikan dividen tahun ini. Perseroan memiliki policy dividen maksimal 30 persen dari total laba bersih.
Direktur Keuangan GMFI, Ihsan Nu Cahyo, mengatakan perseroan akan mengusahakan yang terbaik untuk pemegang saham. Menurut dia, sangat kecil kemungkinan GMF AeroAsia tidak membagikan dividen tahun ini. “Kita komitmen memberikan yang terbaik kepada pemegang saham,” ujarnya.
Sepanjang tahun lalu, GMF AeroAsia memperoleh laba bersih senilai US$50,9 juta, atau sekitar Rp687 miliar. Jumlah tersebut naik 15 persen dari perolehan laba bersih pada 2016 yang sebesar US$44,2 juta.
Pendapatan GMF AeroAsia sepanjang 2017 tercatat US$493,3 juta, naik 13 persen dari perolehan tahun sebelumnya US$388,7 juta. Pendapatan terbesar peresroan berasal dari lini bisnis perawatan komponen pesawat 31 persen, base manitenance 22 persen, line maintenance 23 persen dan engine maintenance 19 persen. (AM)