Bareksa.com – Saham PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) yang tiba-tiba bergerak pada perdagangan 19 Februari 2018 setelah lama mendekam pada harga Rp50 sejak akhir Mei 2017, mengundang tanya Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebanyak lima pertanyaan pun langsung disampaikan BEI kepada manajemen Bank Banten.
Seperti tertuang dalam keterbukaan informasi kepada publik pada Selasa, 20 Februari 2018. Dalam keterangan itu, pertanyaan-pertanyaan dari BEI langsung dijawab Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa.
Dari lima pertanyaan BEI, setidaknya hanya satu pertanyaan saja yang bisa jadi mendapat perhatian dari sebagian kalangan investor pemegang saham BEKS. Pertanyaan itu terkait apakah Bank Banten memiliki rencana untuk melakukan tindakan korporasi dalam waktu dekat yang akan berakibat terhadap pencatatan saham perseroan di bursa (paling tidak dalam 3 bulan mendatang)?
Fahmi pun menjelaskan, sesuai rencana bisnis bank (RBB) 2018-2020 yang telah disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perseroan bermaksud untuk melakukan emisi surat utang yang memiliki fitur ekuitas dengan mekanisme penawaran terbatas. “Pada semester I 2018 guna memperkuat permodalan bank,” kata Fahmi dalam surat balasan ke BEI.
Namun, katanya, rencana tindakan korporasi tersebut masih dalam proses pengkajian lebih lanjut.
Hingga akhir November 2017, bank yang memiliki total aset Rp7,29 triliun ini punya ekuitas sebesar Rp797,91 miliar. Artinya, Bank Banten sampai periode itu masih dalam kelompok bank BUKU 1 atau bank dengan modal hingga Rp1 triliun.
Tabel: Harga Penutupan dan Volume Transaksi Saham BEKS Periode 15 – 20 Februari 2018
Sumber: Bareksa.com
Sebagai informasi, pertanyaan dari BEI kepada manajemen Bank Banten tersebut merupakan dampak dari fluktuasi harga dan aktivitas saham BEKS. Hal ini karena aktivitas transaksi saham BEKS mengalami peningkatan sebanyak 41,41 juta saham dengan frekuensi 9.169 kali dibandingkan penutupan hari bursa sebelumya sebanyak 3,02 juta dengan frekuensi 156 kali.
Sebelumnya, dikabarkan bahwa pemegang saham, Pemerintah Provinsi Banten akan melepas kepemilikan sahamnya di PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) demi menambah modal ke Bank Banten. Harapannya, dengan modal kuat, ke depan BEKS bisa lari lebih kencang.
Fahmi juga optimistis Bank Banten bisa mencetak laba di 2018 setelah merugi dalam tiga tahun belakangan, seiring komitmen pemegang saham yang berniat menambah modal ke perusahan. Perseroan menargetkan pertumbuhan kredit 30 persen sepanjang tahun ini.
Dalam 3 tahun terakhir BEKS justru mencatatkan rugi bersih. Sepanjang Januari-September 2015 perseroan mencatat rugi bersih Rp220,9 miliar dan pada periode yang sama di 2016 rugi membengkak jadi Rp283,8 miliar dan pada 2017 rugi Rp63,2 miliar.
Kondisi paling parah terjadi pada 2016, di mana laba operasional turun signifikan sebesar 37,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi itu semakin menekan bottom line perusahaan. (hm)