4 Bank Besar BUMN Laporkan Kinerja 2017, Siapa Jawaranya?

Bareksa • 01 Feb 2018

an image
Seorang petugas teller di kantor Bank Mandiri menata tumpukan uang rupiah di Jakarta. (Wahyu Putro A/Antara Foto)

Bank Mandiri sepanjang 2017 mencatat realisasi laba bersih belum diaudit Rp 20 triliun atau naik 53,09 persen

Bareksa.com- Laporan keuangan tahun 2017 dari empat bank besar milik pemerintah telah disampaikan. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatat peningkatan laba sepanjang tahun lalu.

Lantas kinerja bank mana yang paling cemerlang?

Bank Mandiri mencatat realisasi laba bersih belum diaudit sepanjang 2017 sebesar Rp 20 triliun. Jumlah tersebut naik 53,09 persen secara year on year (yoy). Pencapaian ini menjadi perbaikan kinerja Bank Mandiri setelah mencetak penurunan laba 32,1 persen dari tahun sebelumnya pada 2016.

Kenaikan laba ini dikontribusikan kenaikan fee based income dan pengendalian biaya operasional. Selama 2017 fee based income Bank Mandiri naik 14,72 persen yoy menjadi Rp21 triliun. Dalam periode yang sama biaya operasional dapat ditekan hanya naik 7,38 persen.

Biaya operasional yang bisa ditekan ini karena penurunan pencadangan sebesar 41 persen yoy menjadi Rp13,2 triliun. Sebagai informasi, pencadangan atau provisi disiapkan oleh bank untuk menutup kredit macet (non-performing loan/NPL).

Dari sisi penyaluran kredit, Bank Mandiri mencatat kredit tahun 2017 mencapai Rp644 triliun atau naik 8,7 persen yoy. Pertumbuhan kredit Bank Mandiri hanya single digit dan fokus ke segmen ritel yang mempunyai risiko rendah. Itu membuat pendapatan bunga bersih Bank Mandiri turun 1,7 persen yoy menjadi Rp44,8 triliun.  

Grafik: Laba dan Pertumbuhan Laba BMRI, BBNI, BBTN dan BBRI

Sumber: Bareksa.com

Sementara itu, BNI berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp13,62 triliun pada 2017. Angka ini tumbuh 20,1 persen jika dibandingkan laba bersih tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp11,34 triliun. (Baca Laba Bank BNI 2017 Capai Rp13,62 Triliun, Pertumbuhan Melambat)

Dari sisi penyaluran kredit, BNI pada 2017 mencatat pertumbuhan 12,2 persen menjadi Rp441,31 triliun. Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan kredit industri perbankan yang diperkirakan hanya 8,2 persen.

Dengan penyaluran kredit ini, BBNI mampu mencatatkan Pendapatan Bunga Bersih (NII) sebesar Rp 31,94 triliun pada 2017. Dalam hal pendapatan Non-Bunga juga, pertumbuhannya mencapai 13,9 persen dari Rp 8,59 Triliun pada 2016 dan menjadi Rp 9,78 Triliun pada akhir tahun 2017. (Lihat juga Bank BNI Target Kredit Tumbuh 17 Persen Pada 2018)

Kemudian, sepanjang 2017, BRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp29,04 triliun atau tumbuh 10,7 persen jika dibandingkan kinerja periode yang sama tahun sebelumnya. 

Perolehan laba tersebut ini tak lepas dari penyaluran kredit BRI yang tumbuh double digit dan berada di atas rata rata industri perbankan nasional.

Penyaluran kredit BBRI secara konsolidasi hingga akhir Desember 2017 sebesar Rp739,3 triliun atau tumbuh 11,4 persen dibandingkan penyaluran kredit pada posisi akhir Desember 2016 yang mencapai Rp663,4 triliun. 

Penyaluran kredit BBRI masih didominasi oleh kredit segmen UMKM yang mencapai 74,6 persen dari total portofolio kredit BBRI

Sepanjang 2017, perseroan juga menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp69,4 triliun kepada lebih dari 3,7 juta debitur baru. Dari angka itu, sebesar 41 persen telah digunakan untuk sektor produktif. 

Kinerja memuaskan juga dilaporkan BTN. Bank pelat merah yang berfokus di segmen kredit pemilikan rumah tersebut mencetak realisasi laba (sebelum diaudit) sepanjang 2017 senilai Rp 3 triliun. Nilai itu naik 15,4 persen secara tahunan dibandingkan 2016. (Lihat NISP, BMRI, dan BBTN Cetak Laba Cemerlang di 2017, Apa Penyebabnya?)

Direktur Utama BTN, Maryono, menyatakan laba bersih perseroan salah satunya disumbang kenaikan pendapatan operasional 13,3 persen menjadi Rp21,6 triliun. "Sepanjang 2017, BTN menyalurkan kredit sebesar Rp198 triliun melonjak 21,01 persen," kata Maryono yang juga hadir dalam rapat dengar pendapat di Komisi VI DPR.  (Baca  41 Tahun, BTN Telah Salurkan KPR Rp230 Triliun)

Dari sisi kualitas kredit, sepanjang 2017, rasio kredit bermasalah (NPL) BTN sebesar 2,6 persen di 2017 membaik dari 2,84 persen di 2016. Dari kenaikan kinerja ini, BTN mencatat total aset sepanjang 2017 senilai Rp261,5 triliun atau melonjak 22,1 persen secara year on year.

Senior Analis PT Bahana Sekuritas Henry Wibowo memperkirakan permintaan kredit perbankan tahun ini bakal tumbuh sekitar 10 persen. Pertumbuhan penyaluran kredit diprediksi berasal dari kredit infrastruktur oleh badan usaha milik negara (BUMN).

Permintaan kredit investasi tahun ini akan naik karena 2018 merupakan saat yang tepat untuk melakukan berbagai aksi korporasi besar sebelum memasuki pemilihan presiden (Pilpres) tahun depan. Kredit konsumer khususnya yang berasal dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih akan tumbuh, diikuti dengan kenaikan kredit modal kerja, tambahnya.

Membaiknya pertumbuhan kredit optimistis akan diikuti dengan meningkatnya kualitas kredit yang akan tercermin pada penurunan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sehingga tren penurunan biaya pencadangan yang disisihkan industri perbankan untuk menutupi kredit bermasalah masih akan terus berlanjut sepanjang 2018.

“Apalagi kenaikan harga komoditas yang diperkirakan bertahan pada tahun ini, akan memberi ruang bagi korporasi untuk menyelesaikan kredit bermasalahnya yang masih tersisa,” jelasnya.

Dengan melihat perkiraan industri perbankan yang akan terus membaik sepanjang tahun ini, Henry merekomendasikan beli atas saham Bank Mandiri (BMRI) dengan target harga Rp8.500 per lembar, Bank Negara Indonesia (BBNI) dengan target harga Rp10.000 per lembar, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan target harga Rp4.530 per lembar, dan Bank Tabungan Negara (BBTN) dengan target harga Rp4.500 per lembar. (hm)