BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Kinerja Keuangan BUMN Konstruksi 2017 : WSKT Tumbuh Tertinggi, WIKA Melandai

22 Januari 2018
Tags:
Kinerja Keuangan BUMN Konstruksi 2017 : WSKT Tumbuh Tertinggi, WIKA Melandai
Sejumlah pekerja menyelesaikan proyek konstruksi gedung properti bertingkat di Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Pendapatan WSKT sepanjang tahun lalu meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan 2016

Bareksa.com - Empat perusahaan konsturksi badan usaha milik negara (BUMN) membukukan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sepanjang 2017. Pertumbuhan kinerja keuangan paling tinggi dibukukan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).

Direktur Utama Waskita Karya, Muhammad Choliq, menjelaskan pendapatan perseroan sepanjang tahun lalu meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan 2016, menjadi sebesar Rp45,44 triliun. Laba bersih perseroan juga melonjak 135,9 persen pada 2017 yakni senilai Rp4,27 triliun dibandingkan 2016 yang sebesar Rp1,81 triliun.

"Salah satu anak usaha yang berkontribusi signifikan adalah PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP)," ujarnya di Jakarta, Senin, 22 Januari 2018.

Promo Terbaru di Bareksa

Kontribusi laba bersih Waskita Beton terhadap laba bersih Waskita tahun lalu mencapai Rp1,33 triliun. (Baca : Box Girder LRT di Kayu Putih Runtuh, Ini Penjelasan PT Wijaya Karya)

Choliq menyatakan kontrak baru Waskita pada 2017 tercatat Rp55,83 triliun. Perolehan kontrak baru perseroan tahun lalu memang tidak signifikan, karena Waskita mengerem invstasinya karena leverage perseroan sudah cukup tinggi.

Kinerja PTPP

Sementara itu, Direktur Utama PT PP (Persero) Tbk (PTPP), Tumiyana, menuturkan prognosa pendapatan perseroan sepanjang tahun lalu mencapai Rp41,07 triliun, jumlah itu meningkat cukup signifikan dibandingkan realisasi pendapatan sepanjang 2016 sebesar Rp32,6 triliun. (Lihat : Daftar Perusahaan Paling Dinanti untuk IPO Versi Dirut Bursa)

Laba bersih PTPP juga meningkat cukup signifikan menjadi sebesar Rp1,45 trilun di 2017 dibandingkan realisasi 2016 yang sebesar Rp1,02 triliun.

Total ekuitas PP pada 2017 senilai Rp14,22 triliun, meningkat dibandingkan 2016 yang sebesar Rp10,8 triliun dan aset perseroan mencapai Rp42,2 triliun melonjak dari tahun sebelumnya Rp31,23 triliun.

Tumiyana menjelaskan dalam rasio keuangan, perseroan juga mengalami perbaikan. Rata-rata rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) tahun lalu membaik jadi 197 persen. Tahun lalu, PP Menyerap belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp6,05 triliun, jauh lebih tinggi dari capex 2016 senilai Rp1,62 triliun. (Baca : BTMU Danai Proyek KAI dan Waskita Karya)

Prognosa Keuangan Emiten Konstruksi BUMN 2017 (Rp miliar)

Illustration
*Sumber: materi presentasi BUMN konstruksi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Di ruangan yang sama, Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk (ADHI), Budi Harto memaparkan bahwa kinerja perseroan pada 2017 cukup baik. Adhi Karya membukukan pendapatan Rp15,11 triliun, meningkat dari perolehan tahun sebelumnya Rp11,06 triliun.

"Laba bersih tercatat Rp526 miliar, meningkat dari tahun 2016 yang sebesar Rp313 miliar," terangnya. (Baca : Emiten Konstruksi Masih Ekspansif di 2018, ADHI dan PTPP Dinilai Paling Menarik)

Pertumbuhan Laba Wika Melandai

Dibandingkan emiten saham BUMN konsturksi lainnya, pertumbuhan laba bersih PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sepanjang tahun lalu tidak mengesankan. WIKA membukukan laba bersih Rp1,1 triliun, hanya naik tipis dibandingkan 2016 yang senilai Rp1,04 triliun.

Deputi Bidang Usaha Konstruksi, Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN, Ahmad Bambang, mengatakan laba bersih WIKA tahun lalu memang tersalip oleh PTPP. Kementerian BUMN saat ini belum melakukan rapat khusus dengan manajemen WIKA. (Lihat : Saham Bangkit, Simak Perbedaan Skema Pembayaran dan Turnkey 4 BUMN Konstruksi)

"Tetapi pertumbuhan laba Wika melandai karena mereka sudah investasi banyak di proyek kereta api cepat," kata Bambang.

Bambang menuturkan Wika merupakan salah satu pemegang saham dalam konsorsium proyek kereta cepat. Selain itu, sebagai kontraktor, WIKA belum mendapatkan sebagian pembayaran proyek yang telah dikerjakan.

Bambang mengatakan bahwa bagian proyek yang belum dibayarkan adalah bagian dari kredit. Hal itu terjadi karena kredit dari China Development Bank (CDB) belum cair hingga sekarang. (AM) (Baca : Melonjak 9 - 15 Persen dalam 4 Hari, Saham Sektor Konstruksi Mulai Bangkit?)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua