Adhi Karya Siapkan Belanja Modal Rp10 Triliun Tahun Ini
Adhi Karya membidik perolehan dana sebesar Rp1-1,5 triliun dari pelepasan saham APG ke publik
Adhi Karya membidik perolehan dana sebesar Rp1-1,5 triliun dari pelepasan saham APG ke publik
Bareksa.com – PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp10 triliun tahun ini. Angka itu melonjak signifikan dari alokasi tahun lalu yang sekitar Rp3,5 triliun. Perseroan akan menggunakan sebagian capex untuk berinvestasi di depo stasiun kereta ringan (light rail transit/LRT) Jabodebek.
Direktur Keuangan Adhi Karya, Haris Gunawan, mengungkapkan perseroan menyiapkan dana Rp4,2 triliun untuk pembangunan depo stasiun LRT pada 2018. “Untuk pencarian dananya kita akan lihat kondisi,” jelas Haris kepada Bareksa di Jakarta, Kamis, 4 Desember 2017. (Baca : Saham BUMN di Tiga Sektor Berpotensi Bukukan Kinerja Positif Tahun Ini)
Tahun ini Adhi Karya berencana menerbitkan obligasi Rp2 triliun. Obligasi tersebut merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi perseroan tahun lalu senilai Rp5 triliun. Meski begitu, perseroan akan melihat dahulu perkembangan pricing bond tahun ini sebelum mengeksekusi emisi obligasi.
Promo Terbaru di Bareksa
Selain itu, anak usaha Adhi Karya, PT Adhi Persada Gedung (APG) berencana melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/ IPO) pada tahun ini. APG rencananya akan melepas 30-40 persen saham baru ke publik. (Lihat : Besok PT KAI Dapat Pinjaman LRT, ADHI Segera Raih Pembayaran Rp4,5 Triliun)
Adhi Karya membidik perolehan dana Rp1-1,5 triliun dari pelepasan saham APG ke publik. Jumlah itu lebih kecil dari target yang sebelumnya dicanangkan, sebesar Rp1,5-2 triliun.
“Hasil IPO saham akan menambah ekuitas Adhi Karya secara konsolidasi,” kata Haris. APG merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi, khususnya konstruksi bangunan bertingkat (high rise building). (Baca : BUMN Pemilik Lahan di Lintasan Proyek LRT akan Dilibatkan dalam Konsorsium)
Spin Off Unit Usaha
Adhi Karya juga berencana memisahkan (spin off) unit usahanya di bidang pengembangan transit oriented development (TOD) LRT pada Januari 2018. usai spin off, perseroan akan segera melepas sebagian saham anak usahanya itu melalui IPO saham.
Direktur Operasi II Adhi Karya, Bambang Saddewo Soediro, mengungkapkan saat ini perseroan tengah memperbesar aset unit usaha di sektor TOD itu. Menurut dia, aset unit usaha TODnya sekitar Rp1,5 triliun, perseroan akan menyuntik modal hingga asetnya mencapai Rp3 triliun. (Lihat : Ini Analisis Laporan Arus Kas ADHI Jika PT KAI Batal Jadi Investor LRT)
"Sesuai peraturan, setahun setelah spin off anak usaha baru itu harus IPO," kata Bambang belum lama ini. Rencananya anak usaha TOD akan IPO secepatnya atau menunggu hingga 2019.
Hingga November 2017, Adhi Karya membukukan kontrak baru Rp33,3 triliun. Jumlah itu termasuk perolehan kontrak baru dari proyek LRT Jabodebek fase I. (Lihat : Ambrol 7,8 Persen Hanya dalam 90 Menit, Ini Analisa Teknikal Saham ADHI)
Perolehan kontrak perseroran tumbuh 5,4 persen dari kontrak baru pada Oktober 2017 senilai Rp31,6 triliun. Realisasi perolehan kontrak baru pada November berasal dari proyek jalan tol Cisumdawu fase I Rp813,6 miliar, jaringan irigasi Serayu Sumpiuh Rp181,2 miliar dan terowongan Nanjung Rp157,2 miliar.
Untuk kontribusi per lini bisnis, kontrak baru perseoran pada November 2017 didominasi oleh bisnis konstruksi dan energi sebesar 96 persen, properti 3,8 persen dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya.
Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru terdiri dari pemerintah 74,1 persen, badan usaha milik negara (BUMN) 13,9 persen dan swasta 12 persen. (Baca : KAI Diusulkan Tidak Mendanai LRT, Saham ADHI Anjlok 7,8 Persen dalam 90 Menit)
Sedangkan berdasarkan tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri atas proyek jalan, jembatan dan LRT sebanyak 67,4 persen, proyeksi gedung 23,1 persen serta proyek infrastruktur lainnya sebesar 9,5 persen. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,12% | 7,77% | 8,02% | 19,27% | 38,33% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,20% | 4,14% | 7,20% | 7,44% | 2,99% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,57% | 4,03% | 7,67% | 7,80% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,55% | 3,90% | 7,24% | 7,38% | 17,49% | 40,84% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,81% | 4,14% | 7,41% | 7,53% | 19,89% | 35,81% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.