Bareksa.com - Pertumbuhan sektor industri properti pada tahun depan tampaknya masih menghadapi banyak tantangan. Setidaknya ada empat tantangan yang akan dihadapi industri perumahan pada tahun depan.
Direktur Utama PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) Maryono mengungkapkan, tantangan pertama yang akan dihadapi di sektor properti adalah backlog atau kekurangan pasokan rumah hingga 13,38 juta unit.
"Tingginya kebutuhan rumah tidak sebanding dengan pasokan," ungkap dia dalam keterangan tertulis, Selasa (19 Desember 2017). (Baca Sri Mulyani: Backlog Perumahan Makin Meningkat, Bagaimana Solusinya?)
Selanjutnya, tidak tersedianya lahan yang cukup untuk membangun properti. Kemudian, industri properti juga terkendala regulasi pertanahan yang belum terstandarisasi untuk di setiap daerah.
Sedangkan yang terakhir adalah sedikitnya masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR yang masuk kategori bankable, sehingga sulit mengakses pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
"Padahal menurut data BPS (2015) kalangan MBR dengan penghasilan di bawah Rp3 juta paling banyak membutuhkan tempat tinggal. Namun, backlog di MBR informal tercatat mencapai lebih dari 6 juta unit," jelas dia.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Bank BTN mendukung pemerintah melalui Program Sejuta Rumah. Selama 2015 hingga November 2017, pencapaian BTN terhadap program tersebut selalu di atas 100 persen. (Baca 41 Tahun, BTN Telah Salurkan KPR Rp230 Triliun)
"Kami telah berkontribusi lebih dari 1,6 juta unit rumah baik berbentuk KPR ataupun kredit konstruksi perumahan dengan nilai lebih dari Rp177,24 triliun,” kata dia. (K09)