Berita Hari Ini : Investasi LRT Rp29,9 Triliun, Indofarma Bangun Pabrik Infus
Dividen interim ke-2 GEMS Rp138,4 miliar, BUMN kembali akan terbitkan Komodo Bond, industri rokok hadapi plain packaging
Dividen interim ke-2 GEMS Rp138,4 miliar, BUMN kembali akan terbitkan Komodo Bond, industri rokok hadapi plain packaging
Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting pemberitaan ekonomi dan aksi korporasi, yang disarikan dari berita sejumlah media hari ini, Rabu, 20 Desember 2017 ;
PT Golden Energy Mines (GEMS)
PT Golden Energy Mines (GEMS) bakal membagikan dividen interim kedua mengggunakan tahun buku 2017 senilai Rp138,44 per saham. Batas akhir perdagangan saham dengan hak dividen (cum dividen) di pasar regular dan negosiasi adalah pada 22 Desember 2017. Sementara cum dividen di pasar tunai pada 29 Desember 2017.
Promo Terbaru di Bareksa
Dalam pengumuman di situs Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Selasa (19 Desember 2017), dijelaskan tanggal pencatatan atau recording date saham yang berhak atas dividen dilakukan pada 29 Desember 2017. Kemudian, perusahaan akan membayarkan dividen pada 12 Januari 2018.
PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF)
Konsorsium PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) bakal membangun pabrik produksi infus tahun depan. Indofarma berkongsi dengan PT Baruna Energi Lestari dan Sungwun Phamacopia Co. Ltd untuk membangun pabrik tersebut. "Nilai investasi pabriknya Rp250 miliar," ujar Direktur Utama Indofarma, Rusdi Rosman.
Konsorsium tersebut membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV) untuk pembangunan pabrik infus. Komposisi pemegang saham JV tersebut adalah Baruna 60 persen, Indofarma 20-30 persen dan sisanya dimiliki Sungwun. Nilai investasinya akan disesuaikan dengan porsi kepemilikan saham dalam JV.
Kebutuhan infus di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Pada 2016, kebutuhannya mencapai 400 juta botol. Jumlahnya meningkat jadi sekitar 700 juta botol tahun ini. Sehingga, kue pasar produk kesehatan yang satu ini masih cukup besar.
Nilai Investasi LRT
Kementerian Perhubungan (Kemenhub), PT Kereta Api Indonesia (KAI), dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) meneken perjanjian penyelenggaraan pra sarana kereta ringan atau light rail transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodebek). Dalam kontrak, nilai investasi proyek LRT Jabodebek tercatat senilai Rp29,9 triliun. Sebelumnya, nilai investasi LRT Jabodebek diperkirakan mencapai Rp31 triliun, melonjak dari rencana awal nilai investasi Rp23,3 triliun.
Penandatanganan kontrak tersebut dilakukan oleh Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri, Direktur Utama KAI Edi Sukmoro dan Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto, serta disaksikan langsung Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. "Puji syukur kita berhasil menandatangani suatu skema yang baik sekali untuk dunia transportasi," kata Menteri Perhubungan Budi Karya.
Investasi tersebut digunakan untuk pembiayaan aset prasarana (jalur dan fasilitas pengoperasian), aset sarana, aset perawatan prasarana sebesar Rp 25,7 triliun dan pembiayaan aset prasarana (17 stasiun) dan aset depo Rp 4,2 triliun.
Adapun pembiayaan pembangunan prasarana LRT Jabodebek berasal dari penyertaan modal negara (PMN) kepada PT KAI dan Adhi Karya serta pinjaman perbankan. Pembayaran terhadap pembangunan prasarana kepada Adhi Karya dilakukan oleh PT KAI sesuai dengan perjanjian tata cara pembayaran. Dalam kontrak juga disebutkan masa penyelenggaraan atau konsesi yang dimiliki oleh KAI untuk LRT Jabodebek selama 50 tahun, dihitung sejak tanggal pengoperasian perdana LRT.
Industri Kretek Indonesia
Indonesia akan menghadapi babak baru terkait kebijakan kemasan polos tanpa merek, (plain packaging) pada Februari 2018. Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/ WTO) bakal mengumumkan hasil sengketa dagang Australia dengan Indonesia bersama Honduras, Republic Domonika dan Kuba. Sebelumnya, berdasarkan pemberitaan terkait dengan hasil laporan sementara tidak resmi dari WTO terhadap keputusan sengketa dagang tersebut, Indonesia kemungkinan dinyatakan kalah.
Ketua Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo), Muhaimin Moeftie, menuturkan apabila pernyataan pemberitaan tersebut benar, Indonesia akan mendapatkan ancaman serius terutama pada ekspor produk tembakau. Dia mengatakan, Gaprindo akan mendukung upaya banding pemerintah Indonesia di WTO jika dinyatakan kalah dalam sengketa dagang kebijakan plain packaging terhadap Australia.
“Selain kekhawatiran mengenai ekspor produk tembakau, kami juga melihat bahwa kebijakan plain packaging dapat mencederai hak kekayaan intelektual dan melenyapkan fungsi merek dagang, serta memiliki dampak sistemik terhadap regulasi produk ekspor strategis nasional lainnya yang memiliki profil risiko seperti aneka produk makanan dan kelapa sawit," ucapnya.
Penerbitan Komodo Bond
Satu badan usaha milik negara (BUMN) akan mencatatkan obligasi global berdenominasi rupiah (Komodo Bond) awal tahun depan. PT Mandiri Sekuritas sedang mempersiapkan proses penerbitannya.
"Komodo yang selanjutnya kalau lancar mudah-mudahan di awal tahun. Kita belum tahu kapan pastinya, karena banyak persiapan yang mesti dilakukan dan bukan hanya oleh Mandiri Sekuritas, ada auditornya, legal konsultannya, dari segi ratingnya, agencynya, banyak lah," kata Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Silvano Rumantir.
Kendati demikian, Silvano tak menyebutkan secara detail siapa perusahaan yang akan menyusul PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) yang lebih dulu menerbitkan Komodo Bond. Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengungkapkan rencananya menerbitkan Komodo Bond. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.