Bareksa.com - Harga saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) pada perdagangan Jumat 8 Desember 2017 ditutup menguat 4,54 persen ke level Rp368 per saham. Saham SRIL ditransaksikan sebanyak 8.661 kali dengan nilai Rp35,49 miliar.
Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang terpantau banyak memborong saham SRIL antara lain MNC Sekuritas (EP) dengan nilai pembelian Rp8,16 miliar, kemudian Phillip Sekuritas (KK) Rp5,23miliar, dan FAC Sekuritas (PC) Rp3,57 miliar. (Baca : Harga SRIL Meroket, Ini Analisa Teknikal dan Fundamental Saham Sritex)
Analisis Teknikal SRIL
Sumber : Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle SRIL pada perdagangan Jumat kemarin membentuk pola bullish candle disertai dengan short lower shadow. (Lihat : Meroket 6 Persen, Saham SRIL Rajai Transaksi Secara Nilai, Volume, dan Frekuensi)
Kondisi tersebut menggambarkan sepanjang perdagangan saham ini bergerak dalam area positif dengan sempat menyentuh level terendah satu tick di bawah harga pembukaan. Namun saham SRIL kemudian berhasil kembali bergerak positif hingga di tutup di level tertingginya.
Sebelumnya pergerakan SRIL terlihat cukup tertekan sejak akhir November lalu, namun pada jumat kemarin berhasil rebound serta membentuk swing low yang mengindikasikan sinyal pembalikan arah cukup kuat dalam jangka pendek.
Indikator volume pada perdagangan Jumat pekan kemarin terlihat belum mengalami peningkatan yang signifikan menandakan saham ini belum banyak menarik minat pelaku pasar.
Indikator relative strength index (RSI) mulai bergerak rebound dan saat ini masih berada di level 47 atau masih cukup jauh dari area overbought (jenuh beli) di level 80 mengindikasikan sinyal penguatan saham ini masih cukup terbuka.
Level support kuat saham SRIL berada di Rp338 dan resisten di level Rp386 per saham. (Baca : SRIL Melonjak 51 Persen Sepanjang 2017, Ini Analisa Kinerja dan Saham Sritex)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.