BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Ekonom DBS: Ekonomi Indonesia Stabil Tapi Waspada Risiko Ini

Bareksa21 November 2017
Tags:
Ekonom DBS: Ekonomi Indonesia Stabil Tapi Waspada Risiko Ini
Sejumlah pekerja menyelesaikan proyek konstruksi gedung properti bertingkat di Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 5,3 persen pada 2018 dan 5,4 persen pada 2019

Bareksa.com - Ekonom menilai kondisi ekonomi Indonesia cukup stabil untuk tahun depan. Meskipun demikian ada sejumlah hal yang perlu diwaspadai.

Riset DBS mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi fundamental terkuat di kawasan ASEAN dengan utang publik di bawah 30 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang merupakan salah satu terendah di antara ekonomi negara berkembang. Selain itu, inflasi terbilang moderat yakni berada di kisaran 4 persen dalam beberapa tahun terakhir.

Economist Group Research DBS Bank Gundy Cahyadi mengungkapkan, Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terbilang stabil dan tingkat risiko politiknya berada di level yang rendah. Meski situasi dan kondisi perekonomian berada di kisaran positif, tetap perlu kewaspadaan guna menekan sejumlah risiko.

Promo Terbaru di Bareksa

Gundy menambahkan, kendati tumbuh positif sekarang ini, Indonesia mengalami tekanan ketika harga komoditas dunia turun cukup tajam di 2014-2015 dan diperparah tingkat investasi yang penuh tantangan.

"Ekonomi sepertinya terjebak dalam lintasan pertumbuhan ekonomi di angka 5 persen, atau jauh di bawah potensinya. Itu menurut pandangan kami," ungkap Gundy, Selasa, 21 November 2017.

Ia menambahkan, dengan para pembuat kebijakan yang semakin tertantang dan Pemilihan Presiden 2019 semakin menjulang, Indonesia akan membutuhkan tarikan utama dari lingkungan luar untuk beralih ke peralatan yang lebih tinggi guna mendukung laju perekonomian.

"Kami memperkirakan pertumbuhan PDB yang sedikit kuat sebesar 5,3 persen dan 5,4 persen pada 2018 dan 2019. Investasi akan terus pulih, terutama didorong oleh belanja infrastruktur pemerintah," tuturnya.

Bahkan saat pemerintah mempertahankan sikap kebijakan fiskal yang akomodatif, lanjutnya, tidak banyak ruang untuk stimulus, dengan peraturan defisit fiskal tiga persen. Gundy memperkirakan defisit anggaran mencapai 2,6 persen dari PDB pada 2018, serupa dengan perkiraan sebesar 2,7 persen untuk 2017.

"Sementara perkiraan kami lebih tinggi dari target defisit resmi pemerintah sebesar 2,2 persen dari PDB untuk 2018, sebagian besar didorong oleh potensi kekurangan pendapatan daripada kenaikan belanja," tuturnya.

Selain itu, Gundy memperkirakan inflasi IHK (indeks harga konsumen) akan mencapai 4,0 persen dan 4,5 persen pada 2018 dan 2019, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,9 persen untuk 2017. Inflasi IHK rata-rata 3,8 persen sejauh ini di semester kedua, lebih rendah dari rata-rata 4,3 persen di kuartal kedua. Inflasi makanan terus melemah sepanjang tahun.

"Kami memperkirakan BI akan mulai menaikkan suku bunga lagi di kuartal IV-2018, membawa tingkat suku bunga kembali ke lima persen pada pertengahan 2019. "Kami tidak hanya memperkirakan inflasi akan tertekan, namun antisipasi dolar AS yang kuat juga bisa berarti bahwa suku bunga domestik yang lebih tinggi diperlukan," tuturnya. (K03)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.337,76

Up0,50%
Up3,71%
Up0,04%
Up4,77%
Up18,50%
-

Capital Fixed Income Fund

1.793,05

Up0,58%
Up3,35%
Up0,04%
Up6,97%
Up16,56%
Up39,91%

I-Hajj Syariah Fund

4.872,25

Up0,61%
Up3,20%
Up0,04%
Up6,18%
Up22,01%
Up40,68%

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.047,87

Up0,54%
Up3,63%
Up0,04%
---

Reksa Dana Syariah Syailendra OVO Bareksa Tunai Likuid

1.147,05

Up0,31%
Up2,62%
Up0,03%
Up4,98%
Up14,26%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua