Bareksa.com - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) bakal meningkatkan nilai ekuitasnya pada akhir tahun ini menjadi Rp17,5 triliun untuk menopang investasinya tahun depan. Setiap tahun perseroan menargetkan investasi Rp25 triliun.
Direktur Utama PTPP, Tumiyana menuturkan, sebenarnya perseroan memproyeksikan ekuitas akhir tahun ini sekitar Rp18 triliun. Namun karena terjadi perubahan, terutama karena kondisi di pasar modal, maka proyeksi ekuitas diturunkan jadi Rp17,5 triliun.
"Kita kan mau investasi, meningkatkan ekuitas untuk menjaga balance sheet capacity kita bagus, katanya di Jakarta, Senin, 23 Oktober 2017. (Baca : Ditransaksikan Rp77 miliar, Ini Analisa Teknikal Saham PTPP)
Hingga semester II 2017, total ekuitas PP tercatat sebesar Rp11,7 triliun. Nantinya, perseroan akan menambah ekuitas melalui penawaran umum perdana (initial public offering/ IPO) saham anak usahanya, PT PP Presisi dan penerbitan perpetual bond.
Target IPO PP Presisi
Tumiyana menjelaskan, awalnya perseroan menargetkan ekuitas sebesar Rp18 triliun pada akhir tahun ini, dengan harapan IPO saham PP Presisi dapat mencapai Rp3 triliun. Saat mencanangkan target itu, price to earning per share (PE) ratio industri konstruksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih sekitar 23 kali.
Kemudian saat PP Presisi akhirnya memulai proses go public, PE ratio industri konstruksi turun cukup tajam. Akhirnya harga saham IPO PP Presisi disesuaikan dengan kondisi market sehingga perolehan dananya tidak sesuai ekspektasi awal. (Lihat : IPO Saham, PP Presisi Bidik Hingga Rp2,3 Triliun)
Selain melalui IPO saham PP Presisi, perseroan bakal meningkatkan ekuitasnya melalui penerbitan perpetual bond. Tumiyana mengatakan bahwa PTPP akan menerbitkan perpetual bond senilai Rp2 triliun pada Desember tahun ini. "Perpetual bond sudah ada calon investornya," ujarnya.
Perpetual bond merupakan obligasi yang diterbitkan tanpa masa pelunasan dan pembayaran kupon dilakukan periodik untuk selamanya.
Menurut Tumiyana, dibandingkan dengan menerbitkan obligasi dengan tenor 10 tahun, perseroan lebih baik menerbitkan perpetual bond yang akan meningkatkan ekuitas. (Baca : PTPP Siapkan Rp 25 Triliun untuk Investasi Tahun Depan)
Net Gearing Ratio
Dalam berinvestasi, PTPP berkomitmen tetap menjaga stabilitas neraca keuangan dengan meningkatkan ekuitas. Perseroan akan tetap menjaga net gearing ratio pada level 0,4 kali tahun depan.
Tumiyana memproeyksikan net gearing ratio perseroan akan mencapai tingkat paling tingginya pada 2019, yakni 0,6 kali.
Gearing ratio adalah jumlah pinjaman dibandingkan modal perusahaan.
Sementara itu, PP Presisi telah memulai proses bookbuilding IPO saham. Perseroan membidik dana Rp1,8-2,3 triliun melalui proses go public. (Lihat : Hingga Agustus, Pendapatan PTPP Naik 18 persen, Kontrak Baru Meroket 40,5 persen)
PP Presisi menerbitkan 4,23 miliar saham baru atau setara 35 persen dari modal disetor dengan harga pelaksanaan Rp430-550 per saham.
Rencananya, perusahaan yang bergerak di bidang alat konstruksi ini akan menggunakan sekitar 70 persen dana untuk belanja modal (capital expenditure/ capex) dan sisanya untuk modal kerja.
"Harga saham PP Presisi yang ditawarkan merefleksikan PE ratio 11-15 kali," ujar Direktur PP Presisi, Benny Pidakso.
PE ratio menunjukkan valuasi saham dengan membandingkan harga saham dengan kinerja labanya. Semakin tinggi nilai PE ratio, semakin mahal harga saham tersebut terhadap laba bersih per sahamnya.
PE Ratio Perusahaan Konstruksi
Dia melanjutkan, apabila dibandingkan dengan PE ratio perusahaan konstruksi, seperti PT Waskita karya (Persero) Tbk (WSKT), PE ratio PP Presisi sedikit lebih tinggi. Akan tetapi, dia memastikan bahwa PP Presisi menawarkan kondisi keuangan yang lebih baik.
Benny menyebut bahwa margin dan arus kas (cashflow) PP Presisi lebih baik dibandingkan kompetitor. Semua proyek yang dikerjakan perseroan tidak ada proyek turnkey. Bahkan, proyek perseroan yang berasal dari induk usahanya, pembayarannya telah dijamin.
"Kita tidak ada proyek turnkey, cashflow kami lebih baik dari kompetitor," ujarnya. (Baca : Bangun Pembangkit Listrik, PTPP Suntik Modal PP Energi Rp 745 Miliar)
Terkait bisnis di masa mendatang, perseroan memandang bahwa proyek konstruksi tidak hanya mengandalkan belanja pemerintah. Dia melihat bisnis tersebut di masa mendatang akan berasal dari badan usaha milik negara (BUMN) dan sektor swasta. Peluang bisnis perseroan usai go public adalah proyek-proyek BUMN.
Benny menuturkan, dia juga yakin model pemerintahan ke depan akan tetap seperti model pemerintahan saat ini. Karena, sejak lama pembangunan infrasturktur memang menjadi pendorong bagi produk domestik bruto (gross domestic product/ GDP) Indonesia.
Lini Bisnis Terdiversifikasi
Sementara itu, lini bisnis PP Presisi juga cukup terdiversifikasi. Tidak hanya konstruksi, PP Presisi juga bergerak di sektor pertambangan. Perseroan sudah memiliki kontrak hauling batu bara dengan kontrak 3-5 tahun. (Lihat : Di Level Terendah pada 2017, Secara Teknikal Bagaimana Prospek Saham PTPP?)
Maka dari itu, jika bisnis konstruksi tengah lesu, PP Presisi masih mampu bertahan melalui lini bisnis lainnya. Benny mengatakan peralatan perseroan saat ini dapat digunakan untuk proyek pertambangan maupun konstruksi sipil.
Pendapatan perseroan per Juli 2017 sebesar Rp441 miliar meningkat 154 persen dari perolehan periode yang sama tahun lalu Rp174 miliar. Sementara laba bersih perseroan hingga Juli 2017 sebesar Rp38 miliar, lebih tinggi dari tahun lalu Rp16 miliar. Laba kotor perseroan tercatat Rp128 miliar, meningkat 250 persen dari Juli tahun lalu Rp42 miliar.
Pencapaian tersebut mencerminkan margin laba bersih 9 persen dan margin kotor 29 persen. Margin laba kotor perseroan tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu yang sebesar 24 persen. (Baca : Saham 4 BUMN Kontruksi Ini Longsor Padahal Kinerja Cemerlang, Mana Lebih Unggul?)
Perseroan menunjuk Bahana Sekuritas, CIMB Sekuritas Indonesia, Danareksa Sekuritas dan Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi untuk IPO ini. (AM)