Bareksa.com - PT Intiland Development Tbk (DILD) memperoleh pendapatan penjualan (marketing sales) hingga kuartal III-2017 sebesar Rp3 triliun. Jumlah itu mencerminkan 131 persen dari target marketing sales perseroan tahun ini sebesar Rp2,3 triliun.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono menjelaskan, melonjaknya nilai marketing sales secara signifikan terutama didorong oleh kesuksesan perseroan meluncurkan proyek baru Fifty Seven Promenade, Jakarta. Proyek pengembangan mixed use & high rise terpadu ini menorehkan penjualan sebesar Rp1,5 triliun, atau berkontribusi sebesar 51 persen dari total marketing sales perseroan.
“Nilai marketing sales melonjak sebesar 115 persen dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun 2016 yang jumlahnya sebesar Rp1,4 triliun,” ungkap Archied dalam keterangan resmi, Jumat, 20 Oktober 2017.
Berdasarkan segmen pengembanganya, kontribusi marketing sales terbesar berasal dari pengembangan mixed-use dan high rise senilai Rp1,85 triliun, atau 61 persen dari total marketing sales. Penjualan dari segmen kawasan industri juga tercatat sebagai kontributor marketing sales terbesar berikutnya yang mencapai Rp531 miliar atau 18 persen.
Segmen pengembangan kawasan perumahan berkontribusi sebesar Rp343 miliar, atau 11 persen dari total perolehan pendapatan penjualan. Segmen properti investasi yang merupakan sumber pendapatan berulang (recurring income), hingga akhir 30 September 2017 berkontribusi sebesar Rp294 miliar, atau 10 persen dari keseluruhan.
Archied menuturkan, berdasarkan jenis sumbernya, pendapatan dari pengembangan (development income) berkontribusi sangat signifikan mencapai Rp2,7 triliun, atau 90 persen. Sementara, recurring income yang bersumber dari penyewaan ruang kantor, ritel, pengelolaan lapangan golf, klub olah raga, pergudangan, dan fasilitas memberikan marketing sales sebesar Rp294 miliar atau 10 persen.
“Meskipun kontribusi recurring income baru sekitar 10 persen, namun nilainya melonjak 32 persen dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun lalu,” ungkap Archied.
Peningkatan recurring income perseroan didorong adanya naiknya kontribusi pendapatan dari penyewaan ruang perkantoran dan fasilitas, terutama yang berasal perkantoran South Quarter di Jakarta Selatan. “Kami melihat prospek tenant atau penyewa masih bagus. Saat ini okupansi baru mencapai 58 persen, sehingga berpotensi naik dan akan meningkatkan recurring income,” ujarnya lebih lanjut.
Lonjakan nilai marketing sales perseroan, sebagian besar ditopang oleh penjualan dari tiga proyek yakni Fifty Seven Promenade, Ngoro Industrial Park, dan kawasan perumahan Serenia Hills, Jakarta. Ketiga proyek ini memberikan kontribusi sebesar 74 persen atau senilai Rp2,2 triliun.
Kepercayaan Pasar
Manajemen Intiland optimistik kondisi pasar properti nasional akan bergerak membaik tahun ini. Kebutuhan masyarakat terhadap produk properti berkualitas dan lokasinya strategis relatif masih cukup tinggi. Selama ini konsumen maupun investor dinilai cenderung hanya mengambil sikap menunggu (wait and see) untuk membeli maupun berinvestasi di sektor properti.
“Respon positif pasar pada peluncuran Fifty Seven Promenade memberikan indikasi bahwa kepercayaan konsumen mulai pulih. Produk properti yang berkualitas, punya keunggulan konsep, serta berada di lokasi strategis tetap memiliki potensi besar untuk terserap pasar,” ungkapnya.
Memasuki kuartal terakhir 2017, perseroan akan fokus pada pemasaran proyek-proyek eksisting. Perseroan juga memperkuat strategi pemasaran, antara lain dengan menggelar pameran properti Intiland Expo’17 pada 12 sampai 15 Oktober 2017 di Jakarta dan Surprise Sundays yang berlangsung tiap akhir pekan mulai 17 September hingga 22 Oktober di Surabaya.
“Kami terus memantau kondisi dan arah pergerakan sektor properti. Saat ini kami berfokus dulu pada proyek-proyek yang sudah berjalan,” kata Archied.
Manajemen perseroan menilai bahwa secara umum iklim pasar properti cukup kondusif. Stabilitas makro ekonomi, tren penurunan suku bunga, penetapan kepemilikan properti untuk warga negara asing, serta iklim investasi yang relatif kondusif, berpotensi menjadi katalis pertumbuhan industri properti nasional di masa depan. (AM)