Agustus 2017, Laba Bank Umum Naik 17,67 Persen
Perbankan masih terus melakukan konsolidasi sehingga pertumbuhan kredit belum terlalu ekspansif
Perbankan masih terus melakukan konsolidasi sehingga pertumbuhan kredit belum terlalu ekspansif
Bareksa.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat perolehan laba bank umum hingga Agustus 2017 sebesar Rp87,79 triliun, meningkat 17,67 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 74,6 triliun. Laba bank kecil pada Agustus 2017 masih menunjukkan tren penurunan, sedangkan laba bank besar terus membesar.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis oleh OJK, laba bank kecil yang termasuk ke dalam BUKU I mencapai Rp570 miliar pada Agustus 2017, menurun 22,55 persen (year on year/yoy) dibandingkan periode Agustus 2016 yang sebesar Rp 736 milar. Sementara bank BUKU II menunjukkan pencapaian sebesar Rp6,94 triliun, menurun 15,98 persen (yoy).
Di sisi lain, pada periode yang sama, bank besar yang terdiri dari BUKU III menunjukkan pencapaian sebesar Rp23,95 triliun, meningkat 18,85 persen. Sedangkan bank BUKU IV mencatat perolehan laba sebesar Rp55,08 triliun, meningkat 22,29 persen (yoy).
Promo Terbaru di Bareksa
Masih berdasarkan data tersebut, pendapatan bunga masih menjadi kontributor utama perolehan laba bank, yakni mencapai Rp477,59 triliun, meningkat 5,76 persen (yoy). Kemudian kontributor lainnya, yakni pendapatan non bunga menurun 0,76 persen ke angka Rp159,02 triliun.
Pendapatan bunga bersumber dari penyaluran kredit perbankan yang meningkat 8,25 persen ke angka Rp4.488,64 triliun. Sementara itu, bank juga menghimpun dana pihak ketiga (DPK) yang tercatat sebesar Rp5.052,55 triliun, meningkat 9,6 persen (yoy).
Lebih lanjut, dilhat dari rasio keuangan, seperti rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) tercatat sebesar 89,17 persen. Nilai tersebut menurun dibandingkan periode Agustus 2016 yang mencapai 90,04 persen.
Pendapatan Bunga
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman mengungkapkan, perolehan laba perbankan bisa bersumber dari pendapatan bunga. Namun, di tengah arahan pemerintah dan regulator yang mengharuskan perbankan menurunkan suku bunga kredit, perbankan dituntut tidak hanya mengandalkan pendapatan bunga.
“Perbankan harus kreatif mendorong profitabilitas dari berbagai sumber, tidak hanya dari pendapatan bunga, tapi bisa juga dari pendapatan berbasis biaya (fee based income) dengan terus berinovasi meningkatkan layanan,” kata dia di Jakarta, Kamis, 19 Oktober 2017.
Dilihat dari ekspansi kredit, Agusman menilai, perbankan masih terus melakukan konsolidasi sehingga pertumbuhan kredit belum terlalu ekspansif. Namun, dia berharap, konsolidasi tersebut bisa cepat dilakukan sehingga pertumbuhan kredit pada akhir tahun bisa sesuai ekspektasi di angka 8-10 persen.
”Kuartal keempat kami harapkan pertumbuhan kredit bis lebih ekspansif,” jelas dia.
Sebelumnya, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) tampaknya sudah mulai berkurang di industri perbankan. Hal tersebut terlihat dari beban pencadangan yang mulai menurun dan berpengaruh positif terhadap perolehan laba pada kuartal III 2017.
Direktur PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), Iman Nugroho Soeko, menjelaskan besar kecilnya pencadangan sangat tergantung dari kemampuan bank untuk mengelola NPL.
"Kebijakan pencadangan BTN terutama untuk KPR (yang merupakan mayoritas portofolio kredit BTN) mengikuti aturan yang sudah baku, yaitu melihat kemungkinan default dan loss serta jaminan yang ada," ungkapnya.
Pada kuartal III 2017, NPL BTN sudah mulai menurun ke angka 3 persen. Dengan pencapaian tersebut, beban pencadangan bisa menurun, sehingga laba perseroan bisa meningkat."Kuartal III 2017, laba kami di atas 20 persen," jelas dia.
Beban Pencadangan
Presiden Direktur PT. Bank OCBC NISP Tbk (NISP), Parwati Surjaudaja, menjelaskan pihaknya juga mengharapkan beban pencadangan bisa menurun dibandingkan tahun lalu. Namun hal tersebut tidak lantas mengurangi kewaspadaan perseroan terhadap adanya potensi NPL.
“Penurunan beban pencadangan tentunya akan meningkatkan laba, hal ini sudah diperhitungkan dalam perencanaan pada tahun 2017,” jelas dia.
Lebih lanjut, Presiden Direktur PT. Bank Mayapada International Tbk (MAYA), Hariyono Tjahjarijadi, mengungkapkan NPL perseroan memang sudah mengindikasikan penurunan. Hal ini terlihat dari NPL posisi September 2017 yang mencapai 2,1 persen, menurun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu yang berada di angka 2,38 persen.
Dengan penurunan NPL ini, pihaknya juga berharap bisa menurunkan pencadangan dan berlanjut sampai akhir 2017.”Pencadangan yang turun diharapkan bisa menopang laba yang sampai akhir 2017 diproyeksi bisa tumbuh dua digit,” kata dia.
Chief of Economist SKHA Institute of Global Competitiveness Eric Sugandi mengungkapkan, pencadangan (cadangan penurunan kerugian nilai/CKPN) sangat dipengaruhi oleh pergerakan NPL."Kalau NPL bisa turun, maka CKPN juga turun," ucap dia.
Sedangkan pengaruhnya terhadap laba, menurut Eric, dengan menurunnya CKPN, maka ‘dana bebas’ yang bisa dipakai untuk kegiatan operasi seperti pembiayaan bisa bertambah. Hal ini tentunya bisa meningkatkan pendapatan interest income yang merupakan komponen dari perolehan laba.(K09)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.