Ini Penyebab Daya Saing Indonesia Naik ke Peringkat 36 Dunia
Indonesia menempati peringkat ke-31 dalam inovasi dan ke-32 untuk kecanggihan bisnis
Indonesia menempati peringkat ke-31 dalam inovasi dan ke-32 untuk kecanggihan bisnis
Bareksa.com - Sejumlah upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia, baik dari perbaikan kemudahan berusaha, meningkatkan kemudahan di perizinan, menyelesaikan sejumlah persoalan dari aspek perekonomian, maupun perbaikan dari segi birokasi memberi efek positif. Hasilnya adalah Indonesia menempati peringkat ke-36 dari 137 negara untuk tingkat daya saing secara global.
Mengutip laporan The Global Competitiveness Report 2017-2018 yang dilansir World Economic Forum (WEF), Jumat 29 September 2017, terungkap Indonesia mengalami kenaikan lima peringkat yakni menjadi peringkat ke-36 dari 137 negara yang ada dalam indeks daya saing tersebut.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa lebih banyak negara berinovasi tapi mereka harus berbuat lebih banyak untuk menyebarkan manfaatnya. Pasar negara berkembang seperti Cina, India, dan Indonesia menjadi pusat inovasi dan mereka terus mengejar ketertinggalan dari ekonomi di negara maju.
Promo Terbaru di Bareksa
"Namun, mereka akan mendapatkan keuntungan dari mempercepat kemajuan dalam meningkatkan kesiapan orang dan perusahaan mereka ketika mengadopsi teknologi baru, yang diperlukan untuk menyebarkan secara luas potensi inovasi manfaat ekonomi dan sosial," tulis laporan tersebut. (Baca : Dongkrak Daya Saing UKM, BEI Siapkan Aturan agar Bisa Go Public)
Indonesia Masih Harus Perbaiki Sejumlah Aspek
Dengan menampilkan indeks daya saing global maka laporan ini menilai lanskap daya saing di 137 negara, memberikan wawasan unik tentang pendorong produktivitas dan kemakmuran mereka. Indonesia harus terus memperbaiki sejumlah aspek agar daya saing agar bisa terus mengalami peningkatan di masa-masa mendatang.
Jika ditelisik lebih dalam maka peringkat daya saing tersebut perlahan bergerak maju lima tingkat sejak tahun lalu. Posisi tersebut didorong terutama oleh ukuran pasar yang besar di peringkat sembilan dan lingkungan makroekonomi yang relatif kuat di peringkat 26.
Dalam laporan itu, Indonesia telah memperbaiki kinerjanya di semua pilar seperti Korea. Pilar-pilar tersebut adalah institusi, infrastruktur, lingkungan makroekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan yang lebih tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, perkembangan pasar uang, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis serta inovasi. (Lihat : Menko Darmin Tegaskan Utang Bertambah Tidaklah Buruk, Apa Alasannya?)
Peringkat 31 di Bidang Inovasi dan 32 di Kecanggihan Bisnis
Indonesia menempati peringkat ke-31 dalam inovasi dan ke-32 untuk kecanggihan bisnis. Indonesia adalah salah satu inovator teratas di antara negara berkembang. Salah satu kemajuan yang signifikan adalah pilar efisiensi pasar tenaga kerja yang menempati peringkat ke-96. Hal ini disumbang oleh biaya redundansi yang berlebihan, terbatasnya fleksibilitas penguasaan upah dan representasi perempuan yang terbatas dalam angkatan kerja.
Swiss menduduki peringkat pertama, disusul dengan Amerika Serikat, Singapura, Belanda, Jerman, Hong Kong SAR, dan Sweden. Di Asia Tenggara, Indonesia masih ketinggalan dari Malaysia (23), dan Thailand (32). Secara global, Indonesia lebih baik dari Rusia (38), India (40), Portugal (42) dan Italia (43). (Baca : Target Inflasi hingga 2021 Ditetapkan, Daya Beli Masyarakat Bawah akan Dijaga)
Tanggapan BI
Bank Indonesia (BI) menyambut baik perbaikan peringkat daya saing berdasarkan laporan World Economic Forum tersebut. Pencapaian ini harus bisa terus dijaga, bahkan sebisa mungkin terus ditingkatkan agar daya saing bisa terus mengalami kenaikan dari waktu ke waktu.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo membenarkan bahwa ekonomi Indonesia berada dalam situasi dan kondisi yang baik dibandingkan dengan negara berkembang lain. Hal ini ditandai dengan berbagai indikator ekonomi yang positif di tengah ketidakpastian global.
"Perlu menaikkan daya saing kita," kata Agus, seraya menambahkan bahwa pembangunan infrastruktur memberikan kesempatan bagi masuknya investasi dari luar negeri.
Meski begitu reformasi birokrasi yang dijalankan pemerintah juga dapat meningkatkan daya saing Indonesia yang selama ini dinilai masih rumit soal perizinan investasi. (Lihat : Ini Alasan Agus Marto Yakin Suku Bunga The Fed Naik pada Akhir 2017)
"Ini semua membuat kita lebih kompetitif dan nanti lebih menarik untuk tujuan investasi luar negeri ke Indonesia," pungkas Agus. (K03)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,92 | 0,45% | 4,28% | 7,56% | 8,65% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,59 | 0,42% | 4,45% | 7,00% | 7,43% | 2,51% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.080,08 | 0,60% | 4,04% | 7,13% | 7,77% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.845,41 | 0,53% | 3,95% | 6,71% | 7,40% | 16,95% | 40,32% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.272,15 | 0,82% | 3,96% | 6,62% | 7,24% | 20,21% | 35,65% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.