Tarif Angkutan Udara dan Bawang Putih Bawa Ekonomi Indonesia Deflasi 0,07 Persen

Bareksa • 04 Sep 2017

an image
Pedagang dan pembeli bertransaksi di Pasar Bandarjo, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa, 4 Juli 2017. BPS mengumumkan bahwa tingkat inflasi pada Juli 2017 mencapai 0,22 persen. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Angka Inflasi secara year to date 2,53 persen masih di bawah target BI yang sebesar 4 persen

Bareksa.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya deflasi 0,07 persen secara bulanan (MoM) pada Agustus 2017. Angka tersebut lebih rendah baik dibanding ekspektasi konsensus sebesar 0,05 persen. Apabila dilihat secara tahunan (YoY), pertumbuhan inflasi Indonesia bertumbuh 3,82 persen juga lebih rendah dibanding dengan ekspektasi konsensus sebesar 3,95 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Agustus) 2017 sebesar 2,53 persen atau masih berada di bawah target Bank Indonesia yang sebesar 4 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bahwa khusus untuk pengguna angkutan udara tujuan domestik tercatat mengalami kenaikan paling tinggi mencapai 27,89 persen, dari bulan sebelumnya sebanyak 6,9 juta penumpang menjadi 8,9 juta penumpang.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat adanya kenaikan harga gabah kering panen dan gabah kering giling baik di tingkat petani maupun di penggilingan pada Agustus 2017, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Harga gabah kering panen naik 0,58 persen dan gabah kering giling naik 0,24 persen.

Penyebab Deflasi di Bulan Agustus 2017

Sumber : BPS

Kelompok bahan makanan memberikan andil deflasi 0,14 persen, adapun komoditas yang berkontribusi terbesar terhadap deflasi ialah bawang merah -0,07 persen dan bawang putih -0,05 persen.

Sementara itu dari sisi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan, sumbangan deflasi terbesar berasal dari tarif angkutan udara sebesar -0,1 persen dan tarif angkutan kota sebesar -0,01 persen. Adapun tarif pulsa ponsel inflasi 0,01 persen.

Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen, 47 mengalami deflasi, 35 inflasi. Deflasi tertinggi di Ambon dengan 2,08 persen dan terendah di Samarinda 0,03 persen, inflasi tertinggi di Lhokseumawe 1,09 persen dan terendah di Batam 0,01 persen.