KPK Perdalam Proyek PT Nusa Konstruksi, Namun Saham DGIK Malah Naik 10 Persen
Secara year to date, saham DGIK masih mencatat pertumbuhan
Secara year to date, saham DGIK masih mencatat pertumbuhan
Bareksa.com – Saham PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK) dalam posisi menguat pada perdagangan, Rabu, 23 Agustus 2017. Hingga pukul 14:22 WIB, saham DGIK tengah bertengger pada harga Rp 63 atau naik 8,62 persen dari penutupan hari sebelumnya Rp 58.
Sepanjang perdagangan hari ini, saham DGIK sempat menyentuh level terendah Rp 55 atau turun 5,17 persen dengan level tertinggi Rp 64 atau naik 10,34 persen.
Apa penyebab kenaikan saham DGIK hari ini? Secara tahunan, saham DGIK periode 30 Desember 2016 sampai 22 Agustus 2017 masih naik 5,45 persen dari Rp 55 menjadi Rp 58. Namun tentu saja catatan harga saham DGIK tidak lepas dari penetapan status tersangka perseroan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Promo Terbaru di Bareksa
Pasalnya, dalam periode 1 Februari 2017 sampai 14 Juli 2017, saham DGIK bergerak pada kisaran terendah Rp 92 hingga level tertinggi Rp 156. Hingga akhirnya, saham DGIK turun tajam pada 17 Juli 2017 ke level Rp 70, dan mendapat status suspensi sejak 19 Juli 2017 hingga 11 Agustus 2017.
Lepas dari suspensi, saham DGIK sempat menguat dua hari yakni pada Tanggal 14 dan 15 Agustus 2017 dengan kenaikan 4,19 persen dari Rp 71 menjadi Rp 74. Namun DGIK kembali turun dalam tiga hari, yakni periode Tanggal 18, 21, dan 22 Agustus 2017 dengan total penurunan 23,13 persen ke level Rp 58.
Grafik: Pergerakan Saham DGIK Periode 30 Desember 2016 – 22 Agustus 2017
Sumber: Bareksa.com
Kabar terbaru, KPK tengah mendalami sejumlah proyek pembangunan yang dikerjakan perseroan. Seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, perusahaan konstruksi itu kini berstatus tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Khusus Penyakit Infeksi dan Pariwisata Universitas Udayana Tahun 2009-2011.
"Kalau proyek itu ada KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme)-nya, ya tunggu saja pemeriksaannya," kata Ketua KPK Agus Rahardjo di Gedung KPK, Jakarta, Selasa, 22 Agustus 2017.
Selain mengerjakan proyek pembangunan RS Udayana, PT NKE juga menggarap sejumlah proyek pemerintah lainnya, yakni pembangunan gedung di Universitas Mataram dan Universitas Jambi. Kemudian pembangunan Badan Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Surabaya tahap III, RSUD Sungai Dareh Kabupaten Darmasraya, gedung Cardiac RS Adam Malik Medan, Paviliun RS Adam Malik Medan, RS Inspeksi Tropis Surabaya, dan RSUD Ponorogo.
PT NKE juga dipercaya ikut mengerjakan proyek Wisma Atlet dan pembangunan Gedung Serba Guna Palembang, Pemprov Sumatera Selatan tahun 2011. Dari proyek itu PT NKE dapat fee hingga Rp 49,01 miliar.
Sejauh ini, manajemen NKE telah menyampaikan keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait penetapannya sebagai status tersangka. Dalam keterbukaan informasi terakhir yang dipublikasikan pada 7 Agustus 2017, perseroan menyampaikan, telah berkomitmen menuntaskan masalah tersebut dengan menitipkan sejumlah uang kepada KPK sebagai jaminan kepada KPK jika nanti dari keputusan pengadilan terbukti merugikan negara.
Dalam keterbukaan informasi itu juga disampaikan, proyek-proyek perseroan yang berjalan saat ini tidak mengalami dampak signifikan, selama mitra kerja perseroan tidak bersikap over reaktif terhadap permasalahan perseroan dengan KPK. “Perseroan juga masih aktif mengikuti tender proyek dari pemerintah maupun swasta,” tulis keterangan perseroan.
Dari sisi kinerja keuangan, per 30 Juni 2017, NKE membukukan laba bersih Rp 15,75 miliar atau naik 400 persen dari Rp 3,15 miliar pada periode sama Tahun 2016. Salah satu pendorong laba perseroan adalah adanya penghasilan lain-lain yang mencapai Rp 48,11 miliar, terutama dikontribusikan pendapatan jasa manajemen Rp 18,39 miliar, dan laba akuisisi saham Rp 12,99 miliar.
Tabel: Pos Penghasilan Lain-Lain DGIK per 30 Juni 2017
Sumber: Laporan keuangan perseroan
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.