BI Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 4,25 Persen, Ini Alasannya
Penurunan suku bunga acuan ini masih konsisten dengan realisasi dan perkiraan inflasi 2017 yang rendah
Penurunan suku bunga acuan ini masih konsisten dengan realisasi dan perkiraan inflasi 2017 yang rendah
Bareksa.com – Hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 20 dan 22 September 2017 kembali memutuskan pemangkasan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) dari 4,5 persen menjadi 4,25 persen. Ini merupakan penurunan suku bunga acuan kedua di 2017 setelah pada 22 Agustus lalu BI memangkas BI 7-day Reverse Repo Rate dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman, menyatakan alasan pemangkasan karena BI memandang tingkat suku bunga acuan saat ini cukup memadai sesuai dengan prakiraan inflasi dan makroekonomi ke depan.
“Suku bunga deposit facility juga turun 25 bps menjadi 3,5 persen dan lending facility turun 25 bps menjadi 5 persen berlaku efektif sejak 25 September 2017,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 22 September 2017. (Baca juga : Longgarkan Kebijakan Moneter, BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 4,5 Persen)
Promo Terbaru di Bareksa
Agusman menyatakan penurunan suku bunga acuan ini masih konsisten dengan realisasi dan perkiraan inflasi 2017 yang rendah. Serta prakiraan inflasi 2018 dan 2019 yang akan berada di bawah titik tengah kisaran sasaran yang ditetapkan. Serta defisit transaksi berjalan yang terkendali dalam batas yang aman.
Menurut Agusman, BI telah memperhitungkan risiko eksternal terutama yang terkait dengan rencana kebijakan Fed Funds Rate (FFR) dan normalisasi neraca bank sentral AS. Penurunan suku bunga kebijakan ini diharapkan dapat mendukung perbaikan intermediasi perbankan dan pemulihan ekonomi domestik yang sedang berlangsung.
“Prospek perekonomian global diperkirakan semakin membaik terutama di negara maju. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan perbaikan permintaan domestik,” ungkapnya. (Lihat : Turunkan Suku Bunga Acuan, BI Dorong Kredit Tumbuh 10 Persen di 2018)
Di negara berkembang, kata Agusman, perekonomian Cina diperkirakan tumbuh lebih baik didukung oleh konsumsi yang kuat dan penyaluran kredit yang meningkat. Peningkatan pertumbuhan di Cina diperkirakan dapat mengkompensasi penurunan pertumbuhan di India.
Di pasar komoditas, harga minyak juga relatif stabil dan harga komoditas ekspor Indonesia relatif tetap tinggi, terutama batu bara dan tembaga. Relatif membaiknya pertumbuhan ekonomi global dan tetap tingginya harga komoditas dunia berdampak positif terhadap kinerja ekspor Indonesia. (Baca : BI Rate Turun jadi 4,5 Persen, Ini Dua Sektor Saham yang Paling Untung)
Ekonomi Kuartal III
Menurut Agusman, perekonomian Indonesia pada triwulan III 2017 diperkirakan membaik pada beberapa sektor. Perbaikan permintaan domestik terutama pada konsumsi rumah tangga mulai terlihat pada membaiknya penjualan ritel dan penjualan barang-barang tahan lama.
“Investasi bangunan diperkirakan tetap tumbuh baik sejalan dengan belanja pemerintah, sementara investasi nonbangunan terutama pada industri berbasis ekspor komoditas diperkirakan membaik sejalan dengan tetap tingginya harga komoditas dunia,” ujarnya. (Lihat : LPS Turunkan Tingkat Bunga Penjaminan 25 Basis Poin, Ini Rinciannya)
Menurut Agusman, di sisi sektoral meskipun masih lemah, perbaikan mulai terlihat pada sektor perdagangan, hotel dan restauran. Sektor industri pengolahan juga diperkirakan mulai membaik terutama di sektor-sektor yang terkait dengan kegiatan ekspor, seperti alat angkut serta kimia dan farmasi.
Pertumbuhan ekonomi ke depan diperkirakan akan semakin membaik sejalan dengan pengeluaran pemerintah yang meningkat dan pelonggaran kebijakan moneter BI. “Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi tahun 2017 diperkirakan masih dalam kisaran 5,0-5,4 persen dan akan meningkat menjadi 5,1-5,5 persen pada 2018,” ujarnya. (Baca : Bunga Kredit Ditarget Turun Jadi Satu Digit, LPS Minta Dilakukan Bertahap)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.