Bareksa.com – Daftar emiten yang berencana untuk memecah nilai saham alias stock split kembali bertambah. Kali ini, dua emiten yang sudah menyampaikan rencana itu adalah PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
Rencana BTEK untuk melakukan stock split telah disetujui pemegang saham pada 31 Juli 2017. Sesuai hasil RUPSLB, rasio stock split BTEK adalah 1:8, yang artinya setiap satu saham lama dengan nilai nominal Rp 100 per saham akan ditukarkan delapan saham baru dengan nilai nominal Rp 12,5 per saham.
Sesuai jadwal, akhir perdagangan saham BTEK dengan nilai nominal Rp 100 akan berakhir pada 14 Agustus 2017. Adapun, awal perdagangan saham dengan nilai nominal baru Rp 12,5 dimulai pada 15 Agustus 2017.
Sementara, Bank Mandiri baru akan membahas rencana stock split melalui RUPSLB pada 21 Agustus 2017. BMRI akan memecah nilai saham dengan rasio 1:2 dari nilai nominal Rp 500 menjadi Rp 250 per saham.
Dengan tambahan BTEK dan BMRI, maka emiten yang melakukan stock split pada tahun ini sudah mencapai 14 emiten. Dari jumlah itu, PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) menjadi emiten terbaru yang memulai perdagangan saham dengan nilai nominal baru.
Tabel: Daftar Emiten Stock Split Tahun 2017 Hingga 10 Agustus 2017
Sumber: BEI
Di sisi lain, hari ini, Kamis, 10 Agustus 2017, ULTJ memulai perdagangan awal saham stock split dengan rasio 1:4 dari nominal Rp 200 menjadi Rp 50 per saham.
Pada posisi 9 Agustus 2017, harga saham ULTJ menutup hari dengan harga Rp 4.950 atau turun 1,49 persen dari hari sebelumnya Rp 5.025. Adapun setelah stock split, saham ULTJ dibuka pada level Rp 1.240.
Grafik: Intraday Saham ULTJ Hari Pertama Perdagangan Nominal Baru
Sumber: Bareksa.com
Harga Saham Setelah Stock Split
Melihat perdagangan saham ULTJ pada hari pertama perdagangan nilai nominal baru mengingatkan lagi bagaimana pergerakan saham-saham lainnya yang melakukan stock split. Misalnya saja saham PT Red Planet Indonesia Tbk (PSKT).
PSKT menjadi saham pertama yang merealisasikan stock split tahun ini. Saat itu, awal perdagangan PSKT dengan nilai nominal baru hasil stock split dengan rasio 1:5 dari Rp 500 menjadi Rp 100 per saham, berlangsung pada 25 Januari 2017.
Nasib sial bagi PSKT. Setelah melakukan stock split, sahamnya terus turun. Bahkan, saat ini PSKT ada dalam deretan anggota saham klub gocap sejak 4 Mei 2017.
Begitu juga dengan saham PT PP Properti Tbk (PPRO). Membuka awal perdagangan setelah stock split dengan rasio 1:4 pada harga Rp 324, kini saham PPRO terpuruk. Hingga 9 Agustus 2017, saham PPRO berada pada level Rp 214 atau telah turun 33,95 persen. Saham-saham lainnya juga mengalami penurunan setelah melakukan stock split.
Tapi, dari daftar saham itu, hanya PT Barito Pacific Tbk (BRPT) saja yang mencatat pertumbuhan harga setelah stock split. Pada awal perdagangan dengan nilai nominal baru, saham BRPT dibuka pada level Rp 1.490.
Setelah itu, pergerakan saham BRPT naik ke atas dan sempat menyentuh level tertinggi Rp 1.900 pada hari perdagangan 4 Agustus 2017. Hingga 9 Agustus 2017, saham BRPT ada pada level Rp 1.850 atau telah naik 24,16 persen.
Grafik: Pergerakan Saham BRPT Sejak Stock Split Hingga 9 Agustus 2017
Sumber: Bareksa