Laba Bersih PLN Anjlok 72 Persen di Semester I 2017, Apa Penyebabnya?

Bareksa • 28 Jul 2017

an image
Seorang ibu rumah tangga mengisi vocher isi ulang di KWH milik PT PLN Persero di rumah susun sewa (Rusunawa) Kendari, Sulawesi Tenggara. ANTARA FOTO/Jojon

Pemangkasan subsidi pemerintah yang cukup signifikan terjadi pada 2015 mencapai 52,5 persen

Bareksa.com – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,25 triliun pada semester I 2017 atau anjlok 71,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 7,96 triliun. Salah satu faktor menurunnya kinerja perseroan didorong oleh penurunan subsidi yang dilakukan oleh pemerintah dalam tiga tahun terakhir.

Pemangkasan subsidi pemerintah yang cukup signifikan terjadi pada 2015, di mana sekitar 52,5 persen subsidi dialihkan ke Infrastruktur seiring adanya pergantian presiden. Hal tersebut berdampak kepada PLN di kuartal II Tahun 2015 yang mencatat rugi bersih hingga Rp 10,5 triliun.

Grafik : Perbandingan Pendapatan dan Subsidi Pemerintah (Rp Triliun)

Sumber : Laporan keuangan, diolah Bareksa

Meski begitu, adanya upaya dari manajemen terkait efisiensi biaya usaha yang dibarengi peningkatan pendapatan usaha di tengah berkurangnya penerimaan subsidi dari negara membuat PLN masih mampu membukukan kinerja positif paska 2015, seiring adanya pemangkasan subsidi yang dilakukan pemerintah secara bertahap. Efisiensi biaya usaha berasal dari peralihan konsumsi sumber energi yang menyebabkan konsumsi bahan bakar minyak turun dari 7,2 kiloliter menjadi 5,2 kiloliter pada 2015.

Grafik : Perbandingan Pembelian Bahan Bakar & Pelumas dan Laba Bersih  PLN (Rp Triliun)

Sumber : Laporan keuangan, diolah Bareksa

Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, PLN berupaya untuk menekan beban biaya bahan bakar dan pelumas agar terciptanya efisiensi dalam laporan keuangan. Selain itu, berdasarkan laporan keuangan di semester I, manajemen berupaya untuk menjaga margin sebesar 7 persen.

Rasio Elektrifikasi

Struktur keuangan PLN juga semakin menguat seiring tercapainya target rasio elektrifikasi PLN. Indikator ketersediaan listrik secara nasional dapat dilihat dari rasio elektrifikasi. Pada 2015, rasio elektrifikasi sebesar 88,3 persen melampaui target yang ditetapkan sebesar 87,3 persen. Namun, angka ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga.

Malaysia, Brunei dan Singapura misalnya, memiliki rasio elektrifikasi di atas 99 persen. Karena itu, pemerintah menetapkan prioritas akses listrik melalui program 35.000 MW dengan target rasio elektrifikasi 97,3 persen pada 2019.

Grafik : Rasio Elektrifikasi PLN

Sumber : ESDM, diolah Bareksa

Perlu dicatat, rasio elektrifikasi yang tinggi terkonsentrasi di daerah Indonesia Barat sementara Indonesia Tengah dan Timur masih rendah. Di Papua, rasio elektrifikasi hanya 45,93 persen, tidak berbeda Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggara juga memiliki rasio elektrifikasi di bawah 70 persen.