Bareksa.com – Memimpin perusahaan yang sedang terpuruk memang perlu mental baja dalam menghadapi berbagai tekanan dari berbagai pihak. Apalagi perusahaan yang dipimpin adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).
Itulah yang kini tengah dihadapi Pahala Nugraha Mansury. Tugas berat sudah menanti Pahala sejak dia ditunjuk sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) pada 12 April 2017 lalu.
Mantan bankir di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ini harus membenahi kinerja keuangan Garuda yang per Maret 2017 mencatat kerugian US$ 98,49 juta dari periode sama tahun sebelumnya untung US$ 1,02 juta. Yang jadi masalah, banyak pihak mulai menyoroti kerugian Garuda hingga merebak isu soal kebangkrutan.
Dengan nada santai, Pahala pun memberi tanggapan. “Saat ini situasi sudah membaik. Operasional Garuda periode April hingga Mei telah membaik. Bahkan, pendapatan pada April paling tinggi selama ini,” ujar Pahala, di Jakarta, Kamis, 15 Juni 2017.
Pahala bilang, pendapatan pada April mencapai US$ 280 juta dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang berkisar US$ 230 juta sampai US$ 260 juta. Pahala pun cukup optimistis Garuda Indonesia bisa kembali membukukan laba dalam kurun waktu 6 - 9 bulan ke depan.
“Masalah yang sebelumnya karena dari sisi biaya, biaya avtur atau bahan bakar meningkat sampai 33 persen. Ini kondisi karena harga global meningkat. Sementara harga tiket tidak bisa kami naikkan karena masalah persaingan,” imbuh Pahala.
Agar bisa kembali membukukan laba, Pahala sudah menyiapkan beberapa strategi. Selain dengan menekan biaya beban, Pahala ingin Garuda mencari sumber pendapatan baru, hingga melakukan restrukturisasi rute yang dianggap tidak profitable.
Pada kuartal I lalu, pertumbuhan pos pendapatan lainnya mengalahkan pendapatan penerbangan berjadwal. Nilainya mencapai US$ 103,55 juta atau naik 18,68 persen dari periode sama tahun lalu US$ 87,25 juta.
Nah, salah satu sumber pendapatan lain Garuda adalah pemeliharaan dan perbaikan pesawat. Dalam tiga bulan, nilainya mencapau US$ 33,11 juta. Selain itu, ada juga pendapatan dari layanan penerbangan yang bernilai US$ 17,96 juta.
Tabel: Rincian Pendapatan Garuda Indonesia Q1 2016 Vs Q1 2017
Sumber: Laporan keuangan perseroan
Sebelum peralihan pucuk manajemen ke Pahala, eks Direktur Utama Garuda Indonesia Muhammad Arif Wibowo telah menetapkan target-target keuangan pada 2017. Tertuang dalam laporan tahunan 2016, target keuangan Garuda tahun ini terbilang agresif.
Misalnya saja dari sisi target laba. Garuda Indonesia menetapkan angka US$ 57,8 juta, yang artinya naik hingga 244,48 persen dari catatan laba 2016. Padahal, dari sisi pendapatan, perseroan hanya mengincar angka US$ 4,52 miliar atau tumbuh 17,09 persen dari pendapatan di 2016 yang sebesar US$3,86 miliar.