7-Eleven Batal Diakuisisi, Defisit MDRN Terancam Makin Parah

Bareksa • 05 Jun 2017

an image
Program Mudik 7-Eleven (Company Website)

80 Persen Kinerja MDRN ditopang pendapatan 7-Eleven per September 2016

Bareksa.com – Hasil riset Bareksa menemukan bahwa batalnya rencana akuisisi 7-Eleven oleh PT Charoen Pokphand Restu Indonesia, akan mengakibatkan defisit kinerja PT Modern Internasional Tbk (MDRN) semakin parah. Sebab kabar akuisisi itu sejatinya memberi sentimen positif akan prospek kinerja perusahaan. Selain itu sejak kuartal III 2016, MDRN telah mulai menutup sebagian gerai 7-Eleven. Padahal 7-Eleven merupakan penopang utama kinerja MDRN,

Kabar bahwa 7–Eleven akan diakuisisi oleh Charoen Pokphand sempat mendorong naik harga saham MDRN dari level Rp 50-an menjadi Rp 83 pada 25 April 2017 atau menguat sekitar 35 persen. Penguatan itu terjadi hanya dalam satu hari perdagangan dari level terendahnya yakni Rp 61 pada 24 April 2017.

Namun, merujuk keterbukaan informasi yang disampaikan Direktur Modern Internasional, Chandra Wijaya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), hari ini (Senin, 5 Juni 2017), rencana transaksi material perseroan atas penjualan dan transfer segmen bisnis restoran dan convenience store di Indonesia dengan merek waralaba 7-Eleven beserta aset-aset yang menyertainya oleh PT Modern Sevel Indonesia sebagai salah satu entitas anak perseroan kepada CPRI, batal karena tidak tercapainya kesepakatan atas pihak-pihak yang berkepentingan. (Baca Juga : Transaksi 7-Eleven Batal, Saham MDRN Terancam ke Level Gocap)

Kinerja 7–Eleven Masih akan Membebani MDRN

Riset Bareksa mencoba menelusuri seberapa besar kontribusi 7–Eleven terhadap pendapatan MDRN secara keseluruhan.

MDRN sejak 2014 mempunyai 5 lini bisnis seperti 7-Eleven, produk industrial, telekomunikasi, produk fotografi, dan Lain-lain. Namun, sejak 2015 penjualan hanya berasal dari 4 lini bisnis, karena produk telekomunikasi ditutup. Selanjutnya hingga kuartal III-2016, penjualan hanya berasal dari 3 lini bisnis karena produk fotografi (Fuji Film) menyusul ditutup. Hingga saat ini, kontributor penjualan perseroan hanya tersisa dari 7-Eleven, produk Industrial, dan Lain-lain.

Grafik: Komposisi Penjualan MDRN Kuartal III-2016

Sumber : Bareksa.com

Seperti terlihat dalam grafik, sebanyak 80 persen penjualan MDRN ditopang oleh produk 7-Eleven hingga September 2016. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa MDRN sangat bergantung pada performa 7-Eleven. Namun, manajemen telah menutup 25 gerai yang dinyatakan underperformed hingga 2016 dan kebanyakan berlokasi di luar pulau Jawa. Hal tersebut dilontarkan manajemen dalam paparan publik pada 22 Desember 2016 silam.

Beberapa waktu lalu, di wilayah Jabodetabek ada beberapa gerai 7-Eleven yang ditempeli stiker “Objek Pajak Ini Belum Bayar Pajak Daerah”. Namun, dalam paparan publik, manajemen merespons bahwa hal tersebut telah diklarifikasikan perusahaan kepada pemerintah daerah dan sedang proses penyelesaian terkait pajak. Perseroan menargetkan masalah pajak itu selesai pada akhir 2016 lalu.

Mengingat ketergantungan perseroan terhadap gerai convenience store yang sempat populer ini, penutupan sejumlah gerai tentunya membawa dampak negatif terhadap kinerja keuangan secara keseluruhan.

Grafik : Pertumbuhan Penjualan 7-Eleven (Rp Miliar)

Sumber : Bareksa.com

Dalam 4 tahun terakhir, kinerja 7-Eleven cenderung bergejolak. Pada akhir kuartal III tahun lalu, performa 7-Eleven berada di level terendah seiring banyaknya gerai yang ditutup. Tidak menutup kemungkinan hal tersebut kian bertambah parah mengingat dalam pernyataan di public expose, manajemen akan terus melakukan review dan mempelajari gerai-gerai lain yang perlu ditutup atau direlokasi.

Grafik : Pertumbuhan Penjualan & Laba bersih MDRN (Rp Miliar)

Sumber : Bareksa.com

Seiring berkurangnya jumlah gerai 7-Eleven pada 2016, hal tersebut membawa dampak negatif terhadap performa kinerja perusahaan MDRN. Pendapatan perusahaan tercatat mencapai level yang terendah dalam 4 tahun terakhir yakni Rp 660,6 miliar. Bahkan untuk pertama kalinya, MDRN membukukan kerugian usaha, yang pada periode Januari - September 2016 mencapai Rp 155,5 miliar.

Sekedar tambahan informasi, melansir situs BEI hingga hari ini, MDRN baru mempublikasikan laporan keuangan hingga akhir kuartal III 2016.