Bareksa.com- PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau ASABRI tercatat menjadi pemegang saham terbesar PT Hanson International Tbk (MYRX) per akhir Februari 2017. Kepemilikan badan usaha milik negara ini di saham MYRX bahkan sudah melampaui porsi sang pengendali, yakni Benny Tjokrosaputro.
Fakta ini didasarkan pada laporan registrasi kepemilikan efek MYRX yang diumumkan oleh Bursa Efek Indonesia. Per 28 Februari 2017, ASABRI tercatat memiliki 8,7 miliar lembar saham atau setara 11,067 persen dari total seluruh saham. Sementara itu, pemegang saham pengendali sekaligus direktur utama perusahaan, Benny Tjokrosaputro tertinggal dengan porsi kepemilikan hanya 10,3 persen dari seluruh saham. Dalam laporan BEI, sisa kepemilikan saham MYRX sebesar 78,65 persen dimiliki oleh publik.
Menurut penelusuran Bareksa berdasarkan laporan bulanan MYRX yang dikirim ke BEI, kepemilikan ASABRI di saham perusahaan properti ini berangsur-angsur naik, sejak mulai masuk di Januari 2016. Di awal tahun lalu, Asabri memborong 955 juta lembar saham MYRX atau setara 6,06 persen dari seluruh jumlah saham yang beredar.
Grafik: Kepemilikan Saham MYRX Oleh Asabri dan Benny Tjokro
Sumber: Bursa Efek Indonesia
Kemudian, pada periode 3-5 Februari 2016 Asabri membeli sebanyak 81,3 juta lembar dan pada periode 9-12 Februari ASABRI membeli lagi 243,9 juta lembar. Sehingga dalam waktu dua minggu, Asabri telah memborong 325,2 juta lembar. Jumlah tersebut setara 1,55 persen dari seluruh jumlah saham beredar MYRX.
Pembelian saham ini membuat persentase kepemilikan ASABRI meningkat menjadi 8,13 persen dari sebelumnya 6,06 persen hanya dalam dua pekan saja.
Pada akhir Februari 2016, ASABRI kembali memborong 161,4 juta lot lembar saham MYRX sehingga pada 29 Februari 2016 ASABRI memiliki 9,16 persen saham beredar.
ASABRI kembali membeli saham MYRX dalam jumlah yang cukup signifikan pada bulan Juni 2016 sebanyak 297 juta lembar saham. Hal ini menyebabkan kepemilikan naik menjadi 11,59 persen.
Berbanding terbalik dengan ASABRI, Benny Tjokro justru banyak menjual saham MYRX. Awalnya pada Januari 2016, Benny memiliki 16,89 persen. Namun, pada April 2016, Benny menjual hingga 400 juta lembar saham dan menyisakan kepemilikan menjadi 14,99 persen.
Transaksi signifikan kembali terjadi pada September 2016. Benny menjual sahamnya, sehingga kepemilikan atas saham MYRX menjadi 11,67 persen. Sejak saat itu Benny juga terus menjual sedikit demi sedikit sahamnya hingga akhir Februari 2017 kepemilikannya di MYRX tersisa 10,28 persen.
Maka dari itu, bisa dilihat di dalam grafik bahwa sejak Oktober 2016, kepemilikan ASABRI sudah melampaui porsi yang dimiliki oleh Benny Tjokro.
Lantas bagaimana kinerja PT Hanson International Tbk (MYRX)?
Dari sisi keuangan, kinerja keuangan MYRX melonjak sejak banting stir ke bisnis properti. (baca juga: Dari Tekstil ke Properti, Begini Sepak Terjang Hanson MYRX) . Laba yang diraih dalam periode Januari-September 2016 mencapai Rp153,3 miliar jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp19,8 miliar.
Tetapi dengan harga saham Rp123 per saham saat ini, ternyata valuasi MYRX tidak bisa dibilang murah. Rasio harga saham terhadap laba bersih atau price earnings ratio (PER) MYRX berkisar 18,7 kali. Angka ini berada di atas PER rata-rata saham sektor properti lainnya yang memiliki rata-rata PER 13,1 kali. Valuasi MYRX saat ini tidak jauh berbeda dengan perusahaan properti lain yang sudah jauh lebih besar seperti seperti PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA).
Padahal bisnis properti yang dijalankan oleh MYRX secara langsung baru berumur sekitar 1 tahun sejak mengakuisisi anak usaha di bidang properti pada tahun 2016.
Grafik: PER Saham Properti pada harga saham 22 Maret 2017
Sumber: Bareksa.com
***
Harga saham MYRX pun sejak awal Januari 2016 hingga penutupan perdagangan kemarin tidak banyak mengalami perubahan. Kemarin per 21 Maret 2017 harga saham MYRX ditutup Rp123 per saham, sedangkan pada awal tahun 2016 saham ini berada di level Rp126 per saham. Harga saham ini memang sempat mengalami fluktuasi (naik turun) yang cukup signifikan. Seperti pada 15 Desember 2016 harga saham MYRX sempat naik tajam ke Rp188 per saham, naik 40 persen dari minggu sebelumnya. Tetapi dari awal tahun 2017 sampai 21 Maret 2017, saham ini justru merosot 27,2 persen.
-- Sebagai informasi, saham MYRX sempat mengalami pemecahan harga (stock split) pada awal Agustus 2016 dengan rasio 1:5 dengan nominal Rp500 menjadi Rp100. Artinya, pemegang satu saham MYRX akan memiliki lima saham MYRX setelah stock split meski nilai kepemilikannya tidak berubah. Per 15 Agustus, harga saham MYRX di pasar reguler dipecah menjadi Rp156, dibandingkan penutupan sebelumnya Rp780 per saham. Pergerakan harga saham dalam grafik Bareksa sudah menyesuaikan angka stock split -- .
(np)
Grafik: Harga Saham MYRX Sejak Awal Tahun 2016
Sumber: Bareksa.com