Menelusuri Kinerja & Strategi 4 Bank BUMN di Tahun 2016
Strategi yang dilakukan BBTN & BBNI pada tahun lalu berdampak positif terhadap kinerja keuangan mereka
Strategi yang dilakukan BBTN & BBNI pada tahun lalu berdampak positif terhadap kinerja keuangan mereka
Bareksa.com - Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah merilis kinerja keuangan sepanjang 2016 meskipun mayoritas masih berstatus unaudited. Mereka adalah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Sepanjang tahun lalu, para bank BUMN mencatatkan kinerja cukup baik yang ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII). Di antara empat bank BUMN, BBTN mencetak pertumbuhan pendapatan bunga bersih paling tinggi, yakni naik 16,18 persen menjadi Rp 7,9 triliun pada 2016. Lalu, diikuti oleh BBRI dan BBNI yang mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih masing-masing sebesar 11,68 persen dan 9,02 persen. Di sisi lain, BMRI harus puas mencatat pertumbuhan di bawah 1 persen menjadi Rp45,7 triliun.
Grafik : Pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih (Net Interest Income) 2015 – 2016 (Rp Triliun)
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber : Laporan Keuangan Emiten, diolah kembali oleh Bareksa.com
Kemudian, dari segi laba bersih BBTN masih menjadi juara dengan pertumbuhan signifikan di tahun 2016 mencapai 35,14 persen dibandingkan dengan akhir tahun 2015 menjadi Rp2,5 triliun. Bagusnya kinerja laba bersih tak lepas dari gencarnya pemerintah dalam menegakkan program rumah bersubsidi di tahun 2016. Hal ini berdampak pada membaiknya kinerja pendapatan bunga (top line) menjadi Rp18 triliun di penghujung 2016 atau meningkat 20,8 persen.
Grafik : Pertumbuhan Laba Bersih (Net Income) 2015 – 2016 (Rp Triliun)
Sumber : Laporan Keuangan Emiten, Diolah kembali oleh Bareksa.com
Sementara itu, BBNI mencatat pertumbuhan laba 17,6 persen menjadi Rp 10,7 triliun pada 2016 dari tahun sebelumnya Rp 9,06 triliun. Membaiknya kinerja BBNI di tahun ini selain dari meningkatnya kredit korporasi berkisar 30 persen, juga dari penghapusan kredit macet besar-besaran. Penghapusan kredit ini akibat pencadangan besar-besaran yang dilakukan tahun sebelumnya. Cadangan provisi perseroan mencapai Rp7,3 triliun di tahun 2015, melonjak lebih dari 100 persen dibandingkan Rp3,6 triliun pada 2014.
Hal yang sama baru dilakukan Bank Mandiri pada 2016 dengan mengalokasikan pencadangan yang lebih besar sekitar 99 persen dari Rp11,6 triliun di 2015 menjadi Rp22,6 triliun di akhir tahun 2016. Tak heran apabila kinerja laba bersih BMRI di sepanjang tahun 2016 cenderung menurun hingga 38 persen menjadi Rp13 triliun. Menyusutnya laba bersih terjadi karena adanya pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai yang dianggap sebagai beban sehingga mengurangi pendapatan perseroan di tengah top line perseroan yang hanya tumbuh kurang dari 1 persen.
Sementara itu, BRI masih mencatatkan pertumbuhan laba meski tipis pada 2016. Laba perseroan tumbuh 1,18 persen menjadi Rp 25,7 triliun pada 2016.
Prospek & Valuasi
Untuk membandingkan valuasi harga saham keempat bank ini, Bareksa menggunakan metode rasio harga terhadap laba per saham atau Price Earning Ratio (PER). Metode ini membandingkan harga suatu saham dengan laba per saham atau Earning per Share (EPS). Berdasarkan perbandingan ini, BMRI memiliki PER yang jauh di atas rerata keempat bank BUMN. Rasio PER BMRI mencapai 16,4 kali, padahal rata-rata keempatnya hanya 12,4 kali. Dengan kata lain, harga saham BMRI tergolong mahal dibandingkan dengan BBTN, BBNI, dan BBRI berdasarkan nilai PER.
Grafik : Perbandingan Rasio PER dan PBV (x) 4 Bank BUMN
Sumber : Laporan Keuangan Emiten, diolah kembali oleh Bareksa.com
Selain menggunakan metode PER, kita juga bisa mengukur valuasi saham dengan Price to Book Value/PBV. Metode ini membandingkan harga saham dengan nilai bukunya. Berdasarkan perhitungan, rerata PBV keempat bank ini adalah 1,61 kali. Hanya BBTN dan BBNI yang memiliki PBV di bawah rata-rata. Sedangkan PBV BBTN dan BBNI masing-masing ialah 1,25 kali dan 1,38 kali. Sekedar mengingatkan, semakin rendah rasio PER dan PBV dibandingkan rata-rata menggambarkan bahwa saham tersebut relatif lebih murah di sektornya.
Grafik : Perbandingan Performa 4 Saham Bank BUMN Dalam 1 Tahun
Sumber : Bareksa.com
Sementara itu, bila kita melihat pergerakan saham sepanjang setahun terakhir, kesemuanya tercatat memberikan keuntungan. Return tertinggi dicatatkan oleh saham BBTN sebesar 46,08 persen dalam periode 21 Februari 2016 hingga 20 Februari 2017. Selanjutnya, saham BBNI dan BMRI membukukan keuntungan masing-masing 25,5 persen dan 19,95 persen. Adapun saham BBRI mencatat return terendah yakni 7,06 persen.
Melihat kembali kinerja keuangan BBNI dan BBTN, wajar saja bila kedua bank ini bisa mengalami pertumbuhan harga saham yang signfikan selama setahun terakhir. Dilihat dari valuasinya, kedua saham ini juga relatif lebih murah dibandingkan dengan rerata sektornya sehingga masih ada kemungkinan untuk menguat lagi. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.