Mengukur Performa Saham dan Rencana IPO Perusahaan Anak BUMN
PTPP, WIKA, dan Hutama Karya berencana melepas saham anak usahanya
PTPP, WIKA, dan Hutama Karya berencana melepas saham anak usahanya
Bareksa.com – Wacana pelepasan saham perusahaan anak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui initial public offering (IPO), kembali menyeruak. Bahkan kini, jumlahnya terus bertambah.
Jika sebelumnya ada nama PT Tugu Pratama Indonesia (anak usaha PT Pertamina) dan PT Garuda Maintenance Facility (anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk – GIAA), kini beberapa perusahaan anak BUMN konstruksi juga direncanakan IPO.
Yang terbaru adalah perusahaan anak PT PP (Persero) Tbk (PTPP). Tidak tanggung-tanggung, PT PP menyiapkan langsung tiga perusahaan anak. Direktur Keuangan PT PP, Agus Purbianto, mengatakan perusahaan anak yang akan disiapkan IPO tahun 2017 ini antara lain PT PP Peralatan, PT PP Urban, dan PT PP Energi.
Promo Terbaru di Bareksa
“Yang pertama kali akan melaksanakan IPO adalah PP Alat,” terang Agus, Rabu, 1 Maret 2017.
Jika semua terealisasi, maka PT PP menjadi BUMN dengan jumlah terbanyak meng-IPO-kan perusahaan anak. Pada 2015, PT PP juga sukses melepas saham PT PP Properti Tbk (PPRO) yang kini bahkan masuk anggota indeks LQ45.
Sebelum PT PP, beberapa BUMN konstruksi juga menyiapkan IPO perusahaan anaknya. Antara lain PT Wika Gedung dan PT Wika Realty (anak usaha PT Wijaya Karya Tbk – WIKA), PT Adhi Persada Properti (anak usaha PT Adhi Karya Tbk – ADHI), dan PT HK Realtindo (anak usaha PT Hutama Karya).
Di antara nama-nama itu, Wijaya Karya telah menawarkan saham salah satu anak usahanya, yakni PT Wika Beton Tbk (WTON).
Performa Saham
Sebelum para BUMN itu merealisasikan rencana IPO perusahaan anak, ada baiknya kita lihat lagi bagaimana performa perusahaan anak BUMN yang sudah lebih dulu IPO. Nama-nama itu antara lain WTON, PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT), dan PPRO.
Dari tiga saham itu, PPRO menjadi saham yang paling atraktif dan likuid, serta memberi return besar bagi para pemegang sahamnya. Bahkan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menobatkan PPRO sebagai saham likuid dan masuk indeks LQ45.
Saking seringnya bergerak ke atas, saham PPRO pun semain mahal. Sampai akhirnya, manajemen perseroan memutuskan untuk memecah nilai saham alias stock split untuk lebih menjangkau lagi para investor ritel.
Grafik: Perbandingan Return 3 Anak Usaha BUMN Periode 30 Desember 2015 – 28 Februari 2017
Sumber: Bareksa.com
Lalu, bagaimana performa WTON dan WSBP?
WTON sebagai perusahaan anak BUMN yang pertama IPO punya performa lumayan. IPO pada 8 April 2014 dengan harga perdana Rp590, saham WTON langsung ditutup naik 28,81 persen ke level Rp760 pada perdagangan hari pertama.
Tren sahamnya pun langsung naik dan mencapai level tertinggi penutupan Rp1.425 pada 12 Februari 2015. Namun setelah mencapai level itu, saham WTON terus bergerak turun dan sempat menyentuh level terendah penutupan Rp800 sebelum akhirnya ditutup Rp825 pada akhir 2016.
Pada tahun ini hingga penutupan perdagangan 1 Maret 2017, saham WTON turun 1,2 persen secara year to date.
Grafik: Pergerakan Saham WTON Sejak IPO hingga 28 Februari 2017
Sumber: Bareksa.com
Tren yang hampir sama dialami WSBP. IPO pada 20 September 2016 dengan harga penawaran Rp490, saham WSBP langsung bergerak positif dan ditutup Rp540 atau naik 10,2 persen. Setelah hari pertama, saham WSBP menyentuh level penutupan tertinggi Rp630 pada 28 Oktober 2016.
Setelah itu, saham WSBP kembali turun dan ditutup Rp555 pada akhir 2016. Sementara pada tahun ini, hingga 1 Maret 2017, saham WSBP tercatat stagnan secara year to date atau berada pada level Rp555.
Grafik: Pergerakan Saham WSBP Sejak IPO hingga 28 Februari 2017
Sumber: Bareksa.com
Apakah nanti perusahaan anak BUMN lainnya akan punya nasib seperti WSBP dan WTON, ataukah bisa mengikuti jejak PPRO? Kita nantikan saja. Yang jelas, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio memastikan, hanya dua perusahaan anak BUMN yang akan IPO tahun ini.
“Akan ada dua perusahaan anak BUMN IPO. Kemungkinan April nanti,” katanya tanpa menyebut perusahaan anak BUMN mana yang dimaksud. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.