Sudirman Said Vs Rini Soemarno Soal PLN, Begini Penjabaran Datanya
Realisasi proyek 35.000 MW hanya 0,6 persen sementara program 7.400 MW baru 22 persen
Realisasi proyek 35.000 MW hanya 0,6 persen sementara program 7.400 MW baru 22 persen
Bareksa.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said dan Menteri BUMN Rini Soemarno tengah saling sahut di media terkait Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pasalnya, PLN dituduh hanya mengejar keuntungan semata oleh Sudiman Said sementara Rini berdalih PLN juga harus untung untuk dapat menjalankan fungsinya.
“Saya sudah sampaikan ke bu Rini, jangan men-drive PLN sebagai pencari uang, PLN ini beda dengan korporasi biasa”, tutur Sudirman pada Jumat, 22 Juli 2016 lalu.
Berdasar laporan keuangan, per kuartal I 2016 PLN memang membukukan keuntungan Rp95,4 miliar, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya, PLN rugi Rp18,7 miliar. Sementara dalam dua tahun terakhir, laba PLN disumbang dari manfaat pajak dan subsidi pemerintah.
Promo Terbaru di Bareksa
Meskipun membukukan untung, pencapaian proyek 35.000 MW per April 2016 hanya 0,6 persen. Data Kementerian ESDM menunjukkan kapasitas pembangkit listrik yang sudah dibangun per April 2016 hanya 223 MW, atau sekitar 0,6 persen dari total target. (Baca juga: Proyek Listrik 35.000 MW Baru Tercapai 0,6%, Kenapa?).
Belum lagi, PLN juga harus menyelesaikan program 7.400MW yang ada sejak pemerintahan SBY. Per April 2016, kapasitas pembangkit listrik yang telah beroperasi hanya 22 persen dari target atau sebanyak 1.635 MW.
Grafik: Kemajuan Proyek Pembangkit Listrik 35.000 MW dan 7.400 MW
Sumber: Kementerian ESDM
Menyangkal pernyataan Sudirman Said, Rini Soemarno mempertanyakan dasar anggapan PLN hanya fokus mengejar keuntungan. "PLN itu sebagai korporasi harus untung agar dapat menjalankan kewajibannya melistriki seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan infrastruktur kelistrikan butuh dana besar tidak hanya dari pemerintah tetapi juga investor", tutur Rini.
Rini juga mengatakan bahwa pendanaan bukan hanya dari pemerintah, PLN juga memiliki pinjaman sehingga dibebani keharusan membayar bunga.
Per kuartal pertama 2016, PLN memiliki utang jangka panjang sebesar Rp257,2 triliun, dengan beban keuangan -- termasuk didalamnya beban bunga-- berjumlah Rp3,9 triliun. Selama lima tahun terakhir, beban keuangan PLN malah cenderung turun. Tahun 2012, PLN mencatatkan beban keuangan Rp24,6 triliun, namun nilai ini telah berkurang Rp20,7 triliun pada triwulan pertama 2016. Utang jangka panjang pun menyusut Rp43,4 triliun dari sebelumnya Rp300,7 triliun menjadi Rp257,2 triliun.
Grafik: Utang Jangka Panjang dan Beban Bunga PLN
Sumber: Kementerian ESDM
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.