Pemerintah Upayakan Bunga Turun, Bank Genjot Fee Based Income

Bareksa • 01 Jun 2016

an image
Warga mengambil uang baru saat menukarkan uang di mobil kas keliling Bank Indonesia di Jalan Raya Panglima Sudirman, Kota Kediri, Jawa Timur, Minggu (20/7). (ANTARA FOTO/Rudi Mulya)

Empat bank terbesar tingkatkan Fee Based Income rata-rata 15% per tahun

Bareksa.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) terus melakukan upaya agar suku bunga kredit bank turun. Harapannya, suku bunga kredit bisa ditekan hingga di bawah 10 persen dari saat ini rata-rata 12 persen. Hal ini menjadi perhatian investor lantaran mengancam marjin keuntungan yang bisa diraih oleh bank.

Dorongan kepada bank untuk menurunkan suku bunga kredit makin jelas terlihat setelah OJK berniat memberi insentif berupa diskon alokasi modal inti untuk pendirian kantor cabang, bagi bank yang berhasil menurunkan marjin bunga bersih (net interest margin/NIM). Kebijakan ini menyusul langkah Bank Indonesia (BI) yang sebelumnya merubah suku bunga acuan menjadi BI 7 Day Repo Rate. (Baca juga: Bank Mana Saja yang Terdampak Perubahan Acuan Bunga BI?)

Langkah yang ditempuh otoritas agar bank memangkas suku bunga kredit tentunya mendorong bank untuk mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan lain. Salah satunya menggenjot fee based income (pendapatan berbasis komisi). Ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan atas pendapatan bunga (interest income) yang didorong untuk turun.

Empat bank terbesar di Indonesia yakni PT Bank Central Indonesia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) tidak luput dari usaha tersebut. Empat bank ini rata-rata berhasil meningkatkan pendapatan berbasis komisi sebesar 15 persen dalam tiga tahun terakhir.

Grafik: Pertumbuhan Fee Based Income 4 Bank Terbesar


Sumber: Bank, diolah Bareksa

Pertumbuhan fee based income tertinggi diraih BRI yakni sebesar 22 persen per tahun. Bank BUMN penyalur kredit UKM ini mendapat pendapatan komisi yang besar dari biaya administrasi simpanan, serta transaksi perbankan elektronik atau e-banking. Pada Maret 2016 misalnya, bank ini memperoleh Rp992 miliar dari penarikan administrasi simpanan, dan Rp472,4 miliar dari transaksi e-banking. Dua pos pendapatan ini masing-masing menyumbang 50,5 persen dan 24 persen dari total fee based income BRI.

Peningkatan fee based income ke-empat bank tersebut juga tidak terlepas dari pertumbuhan penetrasi ponsel dan internet di Indonesia. Contohnya BRI yang mengalami pertumbuhan pendapatan transaksi e-banking sebesar 21 persen di kuartal pertama 2016, lebih tinggi daripada pertumbuhan biaya administasi simpanan yang hanya naik 9 persen year-on-year (yoy).  

Pertumbuhan segmen transaksi e-banking ini juga terjadi pada BNI dimana komisi dari transaksi tersebut naik 14 persen di kuartal I 2016. Sementara di tahun 2015, peningkatannya mencapai 40 persen. BNI juga mengalami pertumbuhan yang besar baik dari segi jumlah maupun nilai transaksi Internet Banking di mana masing-masing mencapai 32,3 persen yoy dan 63 persen yoy.

Dari empat bank tersebut, Bank Mandiri merupakan bank dengan kontribusi fee based income paling besar terhadap total pendapatan bank. Berdasarkan data laporan keuangan kuartal I 2016, fee based income Bank Mandiri berkontribusi 19 persen terhadap total pendapatan, diikuti oleh BNI sebesar 18 persen dan BRI 13 persen. Sementara pada bank swasta terbesar yakni BCA, kontribusinya baru 10 persen. Porsi fee based income terhadap total pendapatan diperkirakan akan membesar di tahun-tahun ke depan seiring dengan dorongan otoritas untuk menurunkan suku bunga sehingga memacu bank untuk menggali sumber pendapatan lain.

Grafik: Kontrribusi Fee Based Income 4 Bank Terbesar


Sumber: Bank, diolah Bareksa