Bareksa.com - Menawarkan kerja sama dengan Jepang, Indonesia mengajukan proyek revitalisasi jalur kereta api untuk memperbaiki waktu tempuh Jakarta-Surabaya. Dengan adanya proyek ini, diperkirakan Jakarta-Surabaya dapat ditempuh hanya dengan waktu lima jam dengan kereta api, tak terpaut jauh dengan waktu tempuh pesawat yang sekitar dua jam.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengungkapkan proyek yang ditawarkan kepada Negeri Matahari Terbit itu dapat mengatasi hambatan perlintasan jalur kereta yang berbahaya dan menambah kecepatan kereta. "Untuk mempercepat jalur kereta Jakarta-Surabaya, yang selama ini dilewati dengan kecepatan sekitar 100 km per jam, kita ingin tingkatkan menjadi 150 km per jam agar orang naik kereta ke sini cukup dengan 5 jam," ujarnya di depan wartawan akhir pekan lalu.
Proyek ini memang merupakan kabar baik bagi para penumpang yang sering bepergian dengan kereta, yang tarifnya boleh jadi bakal lebih murah dibandingkan dengan pesawat terbang. Niscaya, ini bisa mengancam pangsa pasar maskapai penerbangan nasional yaitu PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).
Marketing Analyst Garuda Indonesia Arista Atmadjati mengatakan proyek perbaikan jalur kereta tersebut pasti memiliki dampak bagi pangsa pasar penerbangan, meski dari sisi ekonomi masih belum dapat diperhitungkan besarnya. Menurutnya, dengan tarif kereta yang biasanya lebih murah dibandingkan pesawat terbang, penumpang bisa merasakan waktu tempuh lebih cepat dan lebih nyaman.
"Pasti ada dampak bagi maskapai penerbangan. Kita tahu Bandara Udara Soekarno-Hatta Cengkareng tidak efisien, dan sangat macet untuk mencapainya dari dalam kota. Perlu waktu lama mencapai bandara, sementara kereta bisa lebih on time dibandingkan pesawat. Selain itu pasti ada antrean pesawat take off dan landing. Kalau masalah ini belum bisa diatasi, proyek perbaikan kereta bisa menjadi ancaman bagi maskapai," ujarnya ketika dihubungi oleh Bareksa.
Selain dari sisi waktu tempuh, Arista menjelaskan tarif kereta yang lebih murah bisa menjadi nilai tambah kereta dibandingkan pesawat bagi para penumpang yang bepergian bersama keluarga. Sebagai ilustrasi, harga tiket pesawat Citilink -- penerbangan murah yang dimiliki Grup Garuda -- sekitar Rp440.000 untuk rute Jakarta-Surabaya dan Rp700.000 untuk tiket Garuda. Sedangkan harga tiket kereta eksekutif dari Gambir Jakarta dan berhenti di Stasiun Turi Surabaya sebesar Rp350.000. Ada selisih sekitar Rp90.000-Rp350.000 antara tiket pesawat dan kereta.
"Kereta lebih hemat terutama untuk pelancong keluarga. Selisih Rp100.000 per orang bagi penumpang keluarga beranggota 5 orang itu lumayan signifikan. Selisih Rp500.000 bisa untuk belanja oleh-oleh," katanya.
Meski demikian, Garuda sebagai pemimpin di industri penerbangan saat ini dianggap masih memiliki posisi yang kuat untuk segmen pelancong bisnis. Arista mengatakan di Jawa, Garuda masih menguasai sekitar separuh pangsa pasar domestik yang didukung oleh para penumpang birokrat dan kelas atas.
Berdasarkan data Bloomberg dan Kementerian Perhubungan, pada 2015 jumlah penumpang kereta api nasional mencapai 326 juta orang. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penumpang pesawat dan kapal sebanyak masing-masing 104 juta dan 15 juta orang.
Grafik: Pangsa Transportasi Umum Kereta, Udara dan Laut
Sumber: Bloomberg dan Kementerian Perhubungan
Adapun Grup Garuda (Garuda dan Citilink) sendiri mencatat jumlah penumpang pada 2015 sebanyak 38,8 juta orang untuk perjalanan domestik. Capaian ini menjadikan Garuda sebagai pemimpin pasar transportasi udara di Tanah Air dengan penguasaan pangsa 43 persen. Sementara itu, kereta api mencatat jumlah penumpang pulau Jawa non Jabotabek sebanyak 63,1 juta orang pada 2015. (kd)