Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.
PT Intiland Development Tbk (DILD)
DILD berencana menerbitkan obligasi sebanyak-banyaknya Rp 600 miliar untuk menutup kebutuhan pelunasan obligasi dan utang bank yang jatuh tempo tahun ini. Obligasi yang akan jatuh tempo tahun ini mencapai Rp 346 miliar sedangkan utang bank yang akan dilunasi mencapai Rp 230 miliar. DILD telah mengajukan rencana penerbitan obligasi ini pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan masih menunggu pernyataan efektif.
Lewat anak usahanya, Perkasa Lestari Permai (PLP), DILD memiliki utang kepada Bank Mayapada International sebesar Rp 250 miliar yang diperoleh pada 19 Oktober 2015. Fasilitas pinjaman tersebut berupa pinjaman tetap dan rekening koran, dengan jumlah masing-masing Rp 230 miliar dan Rp 20 miliar, yang jatuh tempo 21 Oktober 2016.
Produk Pasar Modal untuk Repatriasi
Bursa Efek Indonesia mengusulkan agar perusahaan sekuritas segera membuat dua produk untuk menampung dana hasil pengampunan pajak yang diperkirakan pemerintah mencapai Rp165 triliun. BEI sudah bertemu dengan 40 perusahaan sekuritas anggota bursa untuk membahas kesiapan menampung dana repatriasi tax amnesty.
Produk pertama adalah sekuritas mencari perusahaan yang ingin menawarkan saham perdana (IPO), yang menarik dana repatriasi. Lantas, saham tersebut dibekukan (lock-up) selama satu hingga dua tahun sehingga saham hanya dicatatkan di bursa tetapi tidak diperdagangkan. Produk kedua adalah reksa dana penyertaan terbatas berbasis proyek infrastruktur.
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR)
SMBR membukukan peningkatan penjualan semen sebanyak 419.238 ton pada Januari-April 2016 atau meningkat 2,65 persen dibandingkan dengan 408.404 ton pada periode yang sama 2015. Penjualan semen belum tinggi pada awal tahun tetapi perseroan berharap peningkatan pembangunan infrastruktur dimulai pada kuartal kedua hingga akhir tahun ini.
Penjualan ritel atau semen sak pada periode Januari-April 2016 tumbuh 5 persen year-on-year. Pada awal tahun ini, empat proyek besar yang mendapat pasokan semen dari SMBR itu antara lain proyek kereta ringan (light rail transit/LRT) Palembang, Sumatra Selatan sebanyak 13.042 ton. Proyek lainnya adalah pembangunan pabrik kertas, mall Lippo di Lubuk Linggau dan PLTU Way Semangka.
Kredit Perumahan
Bank Indonesia tengah menimbang beberapa opsi pelonggaran aturan loan to value atas KPR bank. Salah satunya adalah menghapus larangan pembelian secara kredit bagi rumah inden kedua. Larangan KPR untuk rumah ketiga, keempat dan seterusnya tetap berlaku. Ini demi mencegah terjadinya spekulasi harga yang berlebihan di sektor properti.
Opsi kedua adalah melonggarkan batasan KPR bagi produk-produk properti lainnya. Artinya, LTV untuk pembelian rumah pertama dengan luas di atas 70 m² sebesar 80 persen atau uang muka 20 persen termasuk yang tengah dikaji untuk dilonggarkan.
PT Timah Tbk (TINS)
TINS optimis mencapai target produksi tahun ini sebesar 25.000-30.000 ton timah meski kinerja kuartal pertama belum menggembirakan. Per kuartal I-2016, produksi logam timah turun 40,42 persen menjadi 4.205 metrik ton dibandingkan angka periode sama tahun lalu. Penjualan naik 8,03 persen menjadi 5.730 metrik ton.
Harga jual rata-rata timah sebenarnya naik dari US$ 15.478 per metrik ton menjadi US$ 18.936 per metrik ton. Namun kenaikan harga tadi belum bisa mendongkrak penjualan. TINS menargetkan kembali mencetak laba bersih di atas laba 2014 yang sebesar Rp 672,99 miliar. Seperti diketahui, pada 2015, TINS hanya mencetak laba bersih Rp 101,56 miliar, turun 85 persen year-on-year (yoy)