MARKET FLASH: TOWR Terbitkan Saham Baru Rp4 T; BTN Bagi Dividen 20% Laba

Bareksa • 13 Apr 2016

an image
Teknisi memeriksa perangkat menara telekomunikasi BTS di kawasan Cikoneng, Ciamis, Jawa Barat, Kamis (23/4). Pemeriksaan itu dilakukan untuk memastikan kesiapan jaringan dalam melayani peningkatan trafik layanan baik voice, SMS, maupun data kepada pelanggan. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/Rei/ama/15.

SMGR lirik pasar Australia; ESSA teken perjanjian kredit dengan Standard Chartered Bank

Bareksa.com - Berikut ini sejumlah berita terkait pasar dan aksi korporasi yang diambil dari sejumlah surat kabar nasional dan keterbukaan informasi.

RUU Tax Amnesty

Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memutuskan untuk menunda pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pengampunan Pajak atau RUU Tax Amnesty hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Hampir seluruh fraksi di Komisi XI DPR menilai pembahasan RUU Pengampunan Pajak harus menunggu pertemuan konsultasi antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan pimpinan DPR.

Alasannya, pertemuan konsultasi antara Presiden dengan pimpinan DPR merupakan hasil keputusan Badan Musyawarah (Bamus) pekan lalu yang tidak boleh diabaikan. Maka bila pembahasan dilakukan sebelum ada keputusan dari pertemuan konsultasi antara pimpinan DPR dengan Presiden, dikhawatirkan pembahasan RUU Tax Amnesty menjadi tidak sah alias inkonstitusional.

Free Float

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat masih ada beberapa emiten yang belum memenuhi ketentuan jumlah saham beredar di publik atau free float minimal 7,5 persen.  Batas waktu aturan ini sejatinya pada akhir Januari lalu. BEI sudah memberi sanksi peringatan kepada emiten yang belum memenuhi persyaratan ini.

BEI memberi kesempatan perpanjangan waktu bagi emiten-emiten ini sekitar enam bulan. Samsul Hidayat, Direktur Penilaian Perusahaan BEI mengatakan, BEI masih mendata sejumlah emiten saham yang sedang dalam proses pemenuhan aturan free float. Data terakhir ada 18 emiten yang belum memenuhi ketentuan.

PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA)

ESSA menandatangani perjanjian kredit dengan Standard Chartered Bank senilai US$ 49,4 juta. Fasilitas kredit tersebut merupakan bagian dari pendanaan proyek pabrik amonia, yang digarap oleh anak usaha ESSA, PT Panca Amara Utama. Dalam laporan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ESSA menjelaskan perjanjian kredit ini juga dilakukan bersama pemegang saham utama ESSA, PT Trinugraha Akraya Sejahtera.

Berdasarkan perjanjian pendanaan proyek pabrik amonia itu, ESSA mempunyai kewajiban kepada kreditornya untuk memberi kontribusi kepada Panca Amara dalam bentuk ekuitas dan/atau pinjaman, serta letter of credit untuk menutupi jumlah kontribusi yang belum dapat dipenuhi ESSA. Untuk memenuhi kekurangan pendanaan itu, ESSA bersama Trinugraha ingin memperoleh fasilitas letter of credit dari Standard Chartered Bank.

PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)

SMGR melirik Australia untuk membuka pasar baru semen di luar negeri. Saat ini, SMGR masih menjajaki potensi pasar semen Negeri Kanguru tersebut. Harapannya, semester II tahun ini sudah bisa mengekspor semen. Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan SMGR, mengatakan, perusahaan masih menjajaki potensi pasar di Australia dan sedang melakukan survei pasar.

SMGR sudah menerima permintaan yang masuk dari calon pembeli dari Australia. Tapi saat ini emiten semen ini masih belum mengantongi kontrak ekspor. Nanti permintaan itu bakal ditopang pabrik Tuban dan Tonasa. Sampai dengan Februari lalu, ekspor SMGR baru menyentuh 40.000 ton, dibanding sebelumnya  76.000 ton.

PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)

TOWR berencana menerbitkan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu sebanyak-banyaknya 1,02 miliar saham atau 10 persen modal disetor perseroan. Perusahaan menara terafiliasi Grup Djarum ini belum menentukan pihak yang akan mengambil bagian atas saham baru tersebut. Perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam RUPSLB pada 20 Mei 2016.

Tujuan dari penerbitan saham baru ini untuk mendapatkan sumber dana alternatif dan atau mengembangkan usaha perseroan dan atau entitas anak. Harga pelaksanaan sekurang-kurangnya Rp4.105 per saham sehingga total dana yang diterima diperkirakan sebesar Rp4,19 triliun. Pemegang saham lama berpotensi terdilusi kepemilikannya sebesar 9,09 persen.

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

WIKA menargetkan kontrak baru Rp3 triliun dari segmen industrial plant sepanjang tahun ini. Jumlah tersebut meningkat Rp1 triliun atau sebesar 50 persen dari realisasi kontrak sepanjang tahun lalu sebesar Rp2 triliun. Hingga saat ini, perseroan sudah mendapatkan dua proyek baru segmen industrial plant senilai Rp1,08 triliun. Kontrak itu didapat dari Kementerian ESDM dan PTPN III.

Kontrak dari Kementerian ESDM bernilai Rp500 miliar dengan paket pekerjaan meliputi pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di Bekasi, penerangan jalan umum, dan pembangkit listrik mini hidro di Papua. Sementara itu, di Sei Mangkei, Sumatera Utara, WIKA akan membangun pabrik minyak goreng untuk PTPN III dengan kapasitas mencapai 600.000 liter per tahun. Nilai kontrak pembangunan pabrik minyak goreng tersebut mencapai Rp581,91 miliar.

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS)

Tiga proyek strategis yang digarap oleh korporasi baja milik negara, KRAS mengalami kemunduran dalam hal waktu penyelesaiannya. Berdasarkan laporan tahunan 2015, KRAS menyebutkan pembangunan pabrik Hot Strip Mill #2 itu ditargetkan selesai pada kuartal I-2019, pabrik besi spons selesai pada kuartal III-2016, dan pabrik bahan baku semen selesai pada kuartal I-2017.

Padahal, berdasarkan paparan manajemen sebelumnya dalam laporan tahunan 2014, pabrik HSM#2 itu ditargetkan selesai pada 2017, pabrik besi spons selesai pada kuartal III-2015, dan pabrik pengolahan bahan baku semen ditargetkan selesai pada 2016. Dengan demikian, ada perbedaan target penyelesaian pabrik. Selain itu terdapat dua proyek yang tidak lagi dicantumkan dalam proyek strategis, yaitu pembangunan pabrik gas industri dengan kapasitas 63.500 normal kubik meter per jam  oleh perusahaan patungan milik PT Krakatau Engineering, PT Aneka Gas Industri dan Bapelkes yakni PT Krakatau Samator.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BBTN menyetujui pembagian dividen sebesar 20 persen dari laba bersih 2015. Direktur Utama Bank BTN Maryono mengutarakan dengan pembagian dividen 20 persen berarti pemegang saham berhak menerima Rp34,96 per lembar saham. Sementara laba ditahan lebih besar dan akan berdampak pada struktur permodalan bank ini.

Pada tahun lalu BTN mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,85 triliun, melonjak 62 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp1,15 triliun. Hingga 31 Maret 2016, BTN memiliki 10,59 miliar lembar saham, dengan komposisi 60 persen pemerintah atau 6,354 miliar lembar saham dan masyarakat atau publik 40 persen atau 4,236 miliar lembar saham.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)

BBNI pada tiga bulan pertama tahun ini meraup laba Rp2,97 triliun, naik 5,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya saat penyaluran kredit melesat 21,2 persen. Laba BNI ditopang oleh pendapatan bunga bersih sebesar 13,3 persen menjadi Rp6,09 triliun dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Selain itu, pertumbuhan laba bersih ditopang oleh pertumbuhan pendapatan non-bunga sebesar 16,4 persen menjadi Rp1,9 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Achmad Baiquni, Direktur Utama BNI, mengutarakan tren penurunan suku bunga membuat margin bunga bersih (net Intertest margin/NIM) tergerus. Bank pelat merah itu hingga kuartal I-2016 menjaga NIM di level 6,1 persen.

Penjualan Semen

Asosiasi Semen Indonesia merilis penjualan semen pada kuartal I-2016 mencapai 14,43 juta ton naik 4 persen dibandingkan dengan pencapaian pada periode sama tahun lalu sebanyak 13,83 juta ton. Lambatnya pengucuran anggaran pemerintah disinyalir menjadi penyebab belum maksimalnya penjualan semen.

Sepanjang tahun ini, pertumbuhan permintaan tertinggi terjadi pada awal tahun. Pada saat itu, konsumsi mencapai 5,21 juta ton naik 7,2 persen dibandingkan dengan raihan pada Januari 2015 sebanyak 4,86 juta ton. Untuk pencapaian pada Maret 2016, konsumsi semen tumbuh 2,14 persen menjadi 4,77 juta ton bila dibandingkan dengan Maret 2015. Faktor hujan menjadi alasan utama konsumsi semen melambat pada Maret.