MARKET FLASH: Laba BTN Bisa Capai Rp1,8T, Tambah Produksi Kalbe Siap Dana Rp1,5T

Bareksa • 06 Jan 2016

an image
Kantor Kalbe Farma (company)

ABMM terbitkan obligasi wajib tukar Rp300 miliar; LPPF tambah saham di MatahariMall

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

KLBF berencana mengalokasikan belanja modal (capex) hingga Rp1,5 triliun pada 2016 yang sebagian besar untuk ekspansi pabrik farmasi, consumer health, serta distribusi. Direktur Keuangan dan Corporate Secretary KLBF Vidjongtius menyebutkan sumber dana capex itu seluruhnya adalah kas internal perseroan. 

Angka belanja modal itu naik dari target tahun lalu Rp1 triliun, meski yang terealisasi hanya sebesar Rp900 miliar. Ekspansi pabrik akan dilakukan termasuk menambah kapasitas produksi pabrik lama KLBF serta membangun pabrik baru. Pada tahun lalu perusahaan yang bergerak di bidang farmasi, produk nutrisi, distribusi dan logistik, serta alat kesehatan itu sudah memulai pembangunan pabrik baru di Cikarang.

Produk Derivatif 

Bursa Efek Indonesia akan meluncurkan dua produk derivatif baru pada 2016 untuk meningkatkan likuiditas perdagangan bursa saham di pasar reguler. Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan mengatakan dua produk turunan anyar itu yakni LQ45 Index Futures, yang akan diterbitkan lebih dulu pada kuartal pertama, dan Indonesia Government Bond Futures. 

LQ45 Index Futures akan berguna untuk melindung nilai (hedging) transaksi investor di pasar reguler. Dengan begitu, investor institusi akan berani mengambil posisi di pasar reguler. Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) telah menggelar uji sistem terintegrasi yang melibatkan anggota bursa. Sembari menyiapkan sisi teknisnya, BEI menyosialisasikan produk LQ45 Futures. 

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) 

BBTN memperkirakan laba bersih senilai maksimal Rp1,8 triliun pada akhir tahun lalu, melihat realisasi pada November 2015 yang mentereng. Adapun, laporan keuangan publikasi bulanan BTN per November 2015, menunjukkan perseroan telah menghimpun laba bersih senilai Rp1,56 triliun. 

Direktur Finance & Treasury BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan berdasarkan realisasi tersebut, pihaknya positif akan meraup laba bersih berkisar Rp1,75 triliun–Rp1,8 triliun pada akhir 2015. Dari laporan keuangan BTN, realisasi laba bersih selama sebelas bulan tahun lalu ditopang naiknya pendapatan bunga bersih BBTN sebesar 13,01 persen menjadi Rp6,19 triliun di November 2015. Laporan keuangan tersebut juga mencatat, tumbuhnya laba bersih BBTN disokong melonjaknya komisi/provisi/fee dan administrasi menjadi Rp513,23 miliar per November 2015.

PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) 

RANC akhirnya melepas bisnis convenience store Ministop. Per 31 Desember 2015, pemilik gerai Ranch Market ini resmi menjual seluruh kepemilikan saham di PT Bahagia Niaga Lestari (BNL), anak usahanya yang mengoperasikan bisnis Ministop.

Perseroan menjual dan memindahkan hak atas 70 persen saham di BNL kepada pihak ketiga, PT Tiga Mitra Retail. Dari transaksi tersebut, RANC mengantongi dana Rp 9,8 miliar. Mengutip laporan Keuangan RANC kuartal III-2015, kinerja Ministop kurang baik. Pendapatan bersih turun 3,2 persen dari kuartal III-2014. 

PT ABM Investama Tbk (ABMM) 

Anak usaha ABMM, PT Sumberdaya Sewatama, menerbitkan obligasi wajib tukar senilai Rp 300 miliar. Direktur Utama ABMM Achmad Ananda Djajanegara mengemukakan, perjanjian penerbitan obligasi tersebut diteken bersama PT Indonesia Infrastructure Finance pada 30 Desember 2015.

Dana yang diperoleh akan digunakan untuk pembangunan proyek listrik Sewatama berbasis energi baru dan terbarukan. Pada Agustus tahun lalu, Sumberdaya Sewatama menggandeng Caterpillar Inc (CAT) untuk membuat pembangkit listrik berteknologi hybrid renewable pertama di Indonesia. Teknologi tersebut merupakan kombinasi antara mesin konvensional dengan tenaga matahari sepanjang hari. Pembangkit listrik ini akan membuat biaya yang lebih rendah dan dengan implementasi yang cepat. 

PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG)

Anak usaha ENRG, EMP Bentu Limited, mendapat pinjaman baru untuk membiayai kembali (refinancing) utang. EMP Bentu meneken perjanjian pinjaman senilai $60 juta dengan Intesa Sanpaolo SpA & Britannic Strategies Limited pada 31 Desember 2015. Pinjaman itu mematok suku bunga LIBOR + 6,8 persen per tahun dengan jangka waktu jatuh tempo lima tahun.

Direktur Utama ENRG Imam Agustino mengatakan, perseroan ini dan kreditur masih menunggu beberapa pemenuhan syarat pendahuluan (conditions precedent). Nantinya, ENRG akan menggunakan dana tersebut untuk melunasi pinjaman yang sudah jatuh tempo dari Pro Strategic Investor Ltd senilai $53 juta dengan suku bunga 20 persen per tahun. Imam mengatakan, pelunasan pinjaman itu akan menghemat beban bunga hingga sebesar $6,3 juta pada tahun ini. 

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) 

SMRA mengalokasikan belanja modal Rp2,7 triliun tahun 2016. SMRA akan menggunakan dana itu untuk menyiapkan proyek baru, melanjutkan proyek properti dan membangun infrastruktur. Sumber dana dari kas internal dan eksternal. 

SMRA masih melihat perkembangan dan mempertimbangkan beberapa alternatif. Saat ini SMRA memiliki dana Rp1,05 triliun untuk capex. Sebesar Rp500 miliar adalah dana hasil penerbitan obligasi November 2015 dan Rp550 miliar pinjaman dari BCA. Dengan begitu, dana Rp1,65 triliun harus disiapkan perusahaan ini.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) 

ANTM melanjutkan beberapa ekspansi pabrik di tahun ini. Perusahaan pelat merah ini menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp2 triliun. Dana itu akan mengalir untuk membangun tiga proyek utama ANTM, yakni proyek anode slime, smelter grade alumina (SGA) Mempawah, dan proyek Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Halmahera Timur (P3FH). 

Anode slime adalah produk sampingan pengolahan tembaga yang selama ini diekspor ke luar negeri dan bakal diolah menjadi emas di dalam negeri oleh ANTM. Nilai investasi pabrik di Gresik Jawa Timur itu sekitar US$ 40 juta. Sementara pembangunan P3FH mulai dikebut karena ANTM sudah mendapat dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 3,5 triliun. 

PT Matahari Department Store Tbk (LPPF)

LPPF menambah kepemilikan saham pada PT Global Ecommerce Indonesia untuk memperoleh peluang baru mengembangkan komponen e-commerce online to offline (O2O) yang akan mendorong kenaikan penjualan dan laba perusahaan.LPPF menambah 4,4 juta saham dengan total nilai Rp 53,14 miliar. Global Ecommerce Indonesia merupakan pemilik 99,9 persen saham PT Rekata Sinar Bumi, dan pemegang 99,99 persen saham PT Lenteng Lintas Benua. Kedua anak usaha itu merupakan pemegang saham PT Solusi E-commerce Global, operator Mataharimall. 

LPPF menyerap saham Global Ecommerce seharga Rp 12.065 per unit sesuai perjanjian pemberian hak opsi yang ditandatangani 15 Agustus 2015.  Setelah transaksi, kepemilikan Global Ecommerce berubah. LPPF memiliki 5,16 persen, MPPA memiliki 1,93 persen, Duta Wibisana Anjaya menguasai 3,67 persen, Dutamas Sinar Mustika memiliki 7,34 persen dan Investama Digital memiliki 81,9 persen. 

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)

SSIA bersiap mengakuisisi lahan seluas 300 hektare (ha) untuk industri di Subang, Jawa Barat. Manajemen perusahaan ini telah menyiapkan belanja modal Rp600 miliar untuk mendukung ekspansi. Adapun sampai akhir 2015, perusahaan ini sudah mempunyai cadangan lahan 363 ha.

Selain mencari tambahan lahan, pengembang ini juga akan melanjutkan tahap kedua proyek kawasan industri Suryacipta Technopark. Proyek ini telah dimulai Oktober 2015, dan ditargetkan beroperasi pada pertengahan tahun 2016 ini.