Pemerintah 'Intervensi' Harga Semen, Gas dan Obat. Selalu Berdampak Negatif?
Berkaca pada semen yang sempat diintervensi pemerintah, harga saham SMGR naik 55% daam tiga bulan
Berkaca pada semen yang sempat diintervensi pemerintah, harga saham SMGR naik 55% daam tiga bulan
Bareksa.com – Pemerintah berencana menurunkan harga obat-obatan yang dinilai mahal dan memberatkan masyarakat. Rencana pemerintah itu menjadi sentimen negatif bagi saham-saham sektor farmasi.
Pada penutupan perdagangan kemarin (Kamis, 10 Desember 2015), sahaPT Kalbe Farma Tbk (KLBF) turun 4,82 persen. Sementara saham produsen obat BUMN, seperti PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) masing-masing turun 6,49 persen dan 4,85 persen.
Bukan sekali ini saja pemerintah mengeluarkan pernyataan yang cenderung ‘mengintervensi’. Pada Januari 2015, saham-saham semen sempat berjatuhan akibat keputusan pemerintah menurunkan harga semen eceran Rp 3.000 per sak. Saat itu, harga saham emiten semen milik pemerintah PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sempat anjlok 13,4 persen dalam dua hari. (Baca juga : Presiden Umumkan Harga Semen Turun, Saham SMGR Ambrol Lebih dari 5%)
Promo Terbaru di Bareksa
Selain semen, beberapa kali juga pemerintah mengeluarkan rencana penurunan harga gas yang berdampak pada PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Pertama kali, rencana penurunan harga gas industri diutarakan oleh Menteri Perindustrian Saleh Husin pada 14 April 2015 yang mengusulkan penurunan harga gas untuk industri mulai 10 - 40 persen. Tujuannya meningkatkan daya saing manufaktur dalam negeri. Pernyataan menteri perindustriaan itu memberi sentimen negatif terhadap harga saham PGAS yang anjlok 8 persen dalam dua hari. (Baca juga : Intervensi Harga Semen Berulang? Harga Saham PGN Rontok 5%).
Grafik : Harga Saham SMGR Periode 11 Desember 2014 – 11 Desember 2015
Sumber : dioleh Bareksa
Grafik : Harga Saham PGAS Periode 1 April 2015 – 11 Desember 2015
Sumber : dioleh Bareksa
Memang sentimen negatif intervensi pemerintah terhadap harga saham tidak berlangsung lama. Harga saham SMGR misalnya, setelah mencapai titik terendahnya pada 24 Agustus 2015 dengan harga penutupan Rp 7.975, saham produsen semen itu kemudian naik 55 persen menjadi Rp 11.200 (harga penutupan 10 Desember 2015) hanya dalam jangka waktu tiga bulan.
Demikian pula PGAS. Meskipun pemulihan tidak terlalu signifikan karena pemerintah masih memproses penurunan harga gas pada tahun depan, saham PGAS sempat naik 27 persen selama periode 9 September 2015 - 12 Oktober 2015.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.