Mungkinkah Indonesia Ikuti Jejak Negara Tetangga Turunkan Harga BBM?
Dalam tiga bulan terakhir harga minyak dunia menyusut sekitar 20 persen.
Dalam tiga bulan terakhir harga minyak dunia menyusut sekitar 20 persen.
Bareksa.com - Inikah saatnya pemerintah kembali memangkas harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi? Pertanyaan ini terlontar dari sebuah riset perusahaan investasi asing JP Morgan dilatarbelakangi harga minyak dunia yang terus merosot.
Menjelang akhir tahun harga minyak jenis WTI kembali turun hingga sempat menyentuh $35 per barel akhir pekan lalu. Padahal sepanjang September - Oktober 2015, harga minyak sudah pulih di atas $45 per barel. Jika mengambil periode 1 September - 16 Desember, harga minyak melorot sekitar 20 persen.
Sementara nilai tukar rupiah pada periode yang sama relatif tidak berubah sekitar Rp14.000 per dolar Amerika karena rupiah sempat menguat pada Oktober 2015. Tetapi jika mengambil dari titik terkuat 9 Oktober 2015 hingga kemarin (Selasa, 15 Desember 2015) rupiah hanya melemah 4,4 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Dalam slide presentasi Kementerian ESDM, perhitungan harga dasar BBM menggunakan rata-rata Harga Indeks Pasar dan nilai tukar rupiah berdasarkan kurs Bank Indonesia.
Grafik: Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika
Sumber: Bareksa.com
Menelusuri pertanyaan tersebut, analis Bareksa mencoba melihat korelasi kebijakan pemerintah atas harga BBM bersubsidi dengan harga minyak dunia dan rupiah sepanjang 2015 ini.
Sejak awal 2015, harga BBM bersubsidi khususnya jenis Premium telah mengalami perubahan empat kali. Dua kali BBM bersubsidi turun, yakni pada Januari 2015, di mana saat itu harga minyak melorot sekitar 18 persen dibanding Desember 2014 dan rupiah juga melemah sekitar satu persen menjadi Rp12.600 per dolar Amerika.
Pada Maret 2015, pemerintah juga dua kali menaikkan harga BBM bersubsidi menyusul kenaikan harga minyak dunia menjadi sekitar $55 per barel dibanding titik terendahnya pada awal Maret $45 per barel. Kala itu mata uang rupiah juga tertekan hingga menyentuh level Rp13.200 per dolar Amerika.
Grafik: Korelasi Kebijakan BBM Subsidi Dengan Pergerakan Minyak Dunia & Rupiah
Sumber: Bareksa.com
Lalu ketika harga minyak menyentuh $60 per barel selama Mei dan Juni 2015 dan rupiah masih terus melemah, pemerintah mengambil kebijakan tidak mengubah harga BBM bersubsidi. Kala itu banyak yang bertanya konsistensi pemerintah atas kebijakan BBM bersubsidi berdasarkan pada harga pasar. Tetapi dalam slide presentasi Kementerian ESDM menyirat bahwa pemerintah bisa memberi subsidi pada kondisi tertentu.
Periode Juli - Agustus 2015, harga minyak dunia kembali naik tetapi rupiah juga ambrol hingga Rp14.700 per dolar Amerika. Ini yang menyebabkan pemerintah tetap mengambil kebijakan menahan harga BBM subsidi. Tetapi pada dua bulan terakhir ini, saat harga minyak dunia melorot, pelemahan nilai tukar rupiah tidak seberat dua bulan sebelumnya.
Mengutip dari riset JP Morgan yang telah disampaikan kepada nasabah negara-negara tetangga juga sudah menurunkan harga BBM. Dalam enam bulan terakhir harga bensin di Singapura, Thailand dan Filipina telah menyusut 8 - 15 persen. Data Bloomberg memperlihatkan harga bensin oktan 95 di Thailand sudah turun 12 persen sejak akhir Juni 2015.
Grafik: Harga Bensin Oktan 95 di Thailand
Sumber: Bloomberg, diolah
Jika Pemerintah Indonesia mengikuti jejak negara tetangga di kawasan ASEAN, maka perusahaan-perusahaan di sektor konsumsi dengan segmen menengah ke bawah yang memperoleh keuntungan. JP Morgan merekomendasikan saham perusahaan rokok, Indofood dan Ramayana akan menerima impak positif jika Pemerintah menurunkan harga BBM subsidi.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.